Menuju Smart City, Mulailah dengan Safe City...

SHENZHEN, KOMPAS.com - Huawei, perusahaan teknologi dari China, berbagi pengalamannya membangun kota pintar atau smart city di 100 kota di 40 negara di dunia. Pengalaman membangun smart city ini dipaparkan dalam sebuah panel diskusi bertajuk "Leading New ICT, the Road to Digital Transformation for Smart Industries." 

Panel ini merupakan salah satu rangkaian acara di Huawei Global Analyst Summit (HAS) 2018 di Shenzhen, China, pada 17-19 April 2018. Edwin Diender, Vice President Government & Public Utility Sector Enterprise Business Group Huawei Technologies Co, Ltd sebagai narasumber diskusi mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada satupun pemerintah di dunia yang belum punya agenda mengenai smart city. " Smart city, smart industri dan sebagainya, setiap pemerintah di semua negara di dunia pasti punya agenda yang berhubungan dengan perubahan digital," tuturnya, Rabu (18/4/2018). 

Namun bagaimana melakukannya dan mengadopsi smart city ini? Berikut sejumlah contoh yang sudah dilakukan oleh Huawei. Salah satu contoh misal di Nairobi, Kenya. Pemerintahnya bekerja sama dengan Huawei menerapkan inisiatif safe city atau kota aman. Dalam 8 tahun mereka bangun infrastruktur mobile dengan biaya miliaran dollar AS. Dengan safe city ini maka tingkat kriminalitas turun 46 persen dan jumlah turis asing naik 14 persen. Kemudian UKM juga tumbuh 18 persen. Dengan safe city ini, bahkan Kenya mendapat kunjungan Presiden AS Barack Obama, yang mana setiap kunjungan presiden AS maka tim keamanannya harus memastikan negara tersebut aman. Dengan contoh Kenya, dengan jaringan 4G bisa diupgrade ke smart city. 

Contoh lain, yakni pemerintah daerah Guangzhou di China yang membangun layanan cloud untuk mendorong layanan publik. Setelah cloud, contoh lain yakni di bidang kelistrikan di Republik Ceko. Perusahaan listrik negara ini mengkoneksikan 20.000 lampu dan jadi IoT terbesar di Eropa Tengah. Dengan teknologi connected lighting bisa mereduksi 80 persen konsumsi listrik. Kemudian ongkos pekerja turun 90 persen. Kemudian, contoh lain yakni connected city di Gelsenkirchen yang mendukung layanan smart transportation dan konektivitas warga melalui smartphone. Ide lain yakni connected airport yang memerlukan data center tier III. 

Cloud computing dan big data membuat bandara semakin cerdas. Ini juga didukung layanan IoT dan jaringan LTE untuk koneksi dengan device cerdas. Selain itu juga ada contoh smart healhtcare di Brussel, Jerman, yang membuat akses yang lebih cepat untuk data-data kesehatan sehingga meningkatkan perawatan ke pasien. Berdasarkan contoh-contoh di atas, Diender meramu sejumlah resep bagi aneka institusi, terutama perkotaan, untuk menjadi smart. "Safe (aman) and smart adalah langkah awal menuju smart city yang baik," kata dia. Langkah berikutnya, harus ada bujet tahunan untuk membangun infrastruktur kota pintar. Bujet tersebut kemudian dibagi dalam empat kuartal. Langkah selanjutnya, pemerintah harus menetapkan peta jalan transformasi digital yang jelas. 

Kemudian, membuka proyek tersebut. Ciri Kota Cerdas Dekan Kerjasama Internasional dan Eksternal untuk University of Technology Sydney (UTS) School of Architecture Anthony Burke sebelumnya mengatakan model Kota Cerdas biasanya berkiblat dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Menurut dia seharusnya Indonesia mengembangkan model kota cerdas dengan mempertimbangkan karakteristik masyarakat dan permasalahan yang ada pada kota-kota di Indonesia. Sehingga tidak harus selalu berkiblat dengan di AS atau Eropa. 

Ketua dari Institute for Innovation and Entrepreneurships Development sekaligus Ketua dari Indonesia Smart Initiatives Suhono Harso Supangkat menjelaskan beberapa pembagian ciri Kota Cerdas. “Pertama, Smart City 1.0, yang menerapkan teknologi saja sebagai alat. Kemudian Smart City 2.0, di mana teknologi mulai ada dan pemimpin kota sudah bergerak untuk menerapkannya lebih lanjut. 

Paling tepat yang Smart City 3.0, yakni ada kooperasi pemerintah dan melibatkan partisipasi masyarakat,” jelas dia. Sebagai tambahan informasi, Huawei Global Analyst Summit pertama kali digelar pada 2004 dan berlanjut hingga 15 tahun kemudian. Tahun ini, gelaran HAS 2018 berlangsung pada 17-19 April dengan berbagai sesi paralel yang dihadiri pakar dari berbagai industri di seluruh dunia.

Sumber:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/18/172808326/menuju-smart-city-mulailah-dengan-safe-city

Posting Komentar

0 Komentar