SDM Data Scientist di Indonesia Masih Minim

BANDUNG - Kendati perkembangan teknologi informasi (TI) semakin pesat, Indonesia hingga kini masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) data scientist. Padahal, kebutuhan tenaga yang ahli dalam bidang big data ini sangat besar. 

SDM Data Scientist di Indonesia Masih Minim

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB yang juga Data Scientist Sharing Vision Dimitri Mahayana mengatakan, bedasarkan survei Sharing Vision, 88% responden menyatakan adanya kendala implementasi big data, terutama kurangnya SDM yang menguasai data scientist, statistician, dan lainnya.

"Kebutuhan data scientist saat ini di Indonesia diperkirakan baru terpenuhi sekitar 50%. Begitu pun di Amerika,
kebutuhan data scientist baru terpenuhi sekitar 60%. Hal ini menunjukkan besarnya demand terhadap data scientist," beber dia, Selasa (22/1/2019)

Tingginya kebutuhan atas SDM data scientist mestinya dimanfaatkan perguruan tinggi untuk membuat jurusan yang lebih sesuai kebutuhan zaman. Jurusan itu bisa dibuat lebih spesifik dan aplikatif. Peluang untuk bidang pekerjaan yang terkait TI diperkirakan terus berkembang. 

Istilah Chief Data Officer pun, kata dia, masih belum familiar di Indonesia. Chief Data Officer adalah senior executive yang bertanggung jawab kepada strategi eksploitasi data (mining, analytics, insight) dan tata kelola data (policy, quality, lifecycle, privacy, proteksi, security).

"Hanya 10% yang menyatakan pengelolaan big data analytics di bawah Chief Data Officer. 40% responden lainnya menjawab pengelolaan big data analytics masih di bawah Direktur IT/ Chief Information Officer," pungkas dia. 

Dimitri menyebut, pasar big data analytics diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2027 dengan CAGR 11%. Pertumbuhan terbesar terlihat dari software. Pasar software diprediksi meningkat menjadi USD46 Miliar di tahun 2027. Pasar Big Data Service diprediksi tumbuh menjadi USD33 miliar di tahun 2017.

Sedangkan pasar hardware yang berada di posisi berikutnya juga diperkirakan meningkat mencapai USD24 miliar (2027). Khusus untuk software, pertumbuhan terbesar terlihat dari Stream Processing (32%), Analytics Apps (29%), dan Science Pipeline (26%).

Di Indonesia, hasil survei yang dilakukan Sharing Vision terhadap 27 perusahaan menunjukkan bahwa 66% responden menilai Big Data akan booming di Indonesia 1-2 tahun ke depan. Selain itu, hasil survei ini juga menunjukkan bahwa 48% perusahaan sudah memasukkan pengembangan sistem Big Data ke dalam IT Strategic Plan, bahkan 33% di antaranya sudah mengoperasikan sistem tersebut dan 33% lainnya sedang mengembangkan sistem big data.

Bila dilihat dari sisi tingkat adopsi Big Data, secara global semakin banyak perusahaan yang menggunakan big data. Sebuah hasil studi dari Dresner Advisory Services (2018 Big Data Analytics Market Study) menyebutkan bahwa 82% perusahaan memprioritaskan aplikasi dan
platform analytics dan BI sebagai bagian dari anggaran mereka untuk teknologi dan layanan berbasis cloud yang baru. Sementara 78% perusahaan memprioritaskan advanced analytics, dan 76% memprioritaskan persiapan data.

sumber: https://jabar.sindonews.com/read/4305/1/sdm-data-scientist-di-indonesia-masih-minim-1548136892

Posting Komentar

0 Komentar