SOCIETY 5.0 dan MANFAATNYA UNTUK INDONESIA

 Melihat perkembangan dunia saat ini, data terakhir dari World Economic Forum harus kita cermati bersama. 

Industry 4.0 - MAKING INDONESIA 4.0

Gerakan dan upaya pemerintah kita menghidupkan sektor manufaktur terkait industri 4.0 yang diperkuat dengan langkah bersama dalam Making Indonesia 4.0 di April 2018. Langkah ini mungkin cukup bisa membuat industri manufaktur Indonesia bergairah, namun dengan adanya tekanan dan pandemi global, maka semua upaya ini kembali menghadapi tantangan besar.

Sebagian orang, dan mahasiswa seringkali berpendapat industri 4.0 ini akan membuat mereka tergantikan oleh robot, sistem komputerisasi. Padahal yang harus kita lakukan adalah meningkatkan kemampuan (reskilling & upskilling). Tantangan industri manufaktur bukan hanya di skala korporasi besar, yang mungkin lebih mampu menggunakan komputer dan berbagai teknologi IT / OT, tapi malah ada di 44juta industri kecil menengah yang selama ini cukup menopang dan menyedot tenaga kerja Indonesia.

Maka tetap upaya kita untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia kita harusnya tetap menjadi upaya utama. Selain masalah SDM, kita juga menjumpai permasalahan lain di industri kita, seperti pemodalan, marketing dan dukungan operasional agar bisa bertahan, terutama di masa pandemi ini.

SOCIETY 5.0

Tidak hanya Jerman yang menginisiasi industry 4.0 dan menawarkannya ke global. Jepang tidak mau ketinggalan, di akhir Januari 2019 memperkenalkan konsep Society 5.0. Dengan konsep ini, Jepang ingin membuat dirinya dan dunia melihat konteks permasalahan yang lebih luas dari implementasi dan penggunaan teknologi (informasi) untuk kembali berfokus kepada manusia, tidak semata ke sistem dan teknologi informasi. 

Upaya Society 5.0 ini terus banyak dibahas di perguruan tinggi Indonesia sepanjang 2019, dan banyak yang bisa kita pelajari dari sana. 



MANFAAT BAGI INDONESIA

Baik industri 4.0, atau disebut juga dalam era Society 4.0, atau kita lebih sederhanakan lagi menjadi era Digital 4.0, Indonesia punya peluang besar untuk bisa melakukan percepatan agar bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. 

 
Maka bukan yang paling kuat, paling pintar, tapi yang paling bisa beradaptasilah yang akan bisa bertahan, terutama di masa-masa seperti ini.

Kalau bicara teknologi, 8 teknologi inilah yang paling banyak kita bicarakan saat ini .


Tapi yang menarik, Prof Zainal Arifin Hasibuan (Ucok) juga menyimpulkan, baik industri 4.0 dan society 5.0 harus disesuaikan dengan konteks Indonesia.


Maka tidak heran, secara global, WEF dengan SDG nya juga berusaha menyesuaikan dengan Society 5.0 ini.


Karena Society 5.0 diharapkan merupakan suatu model baru untuk menyelesaikan permasalahan sosial, juga membuat masa depan lebih baik dengan berlandaskan target pencapaian SDG.

Kita juga melihat berbagai upaya SDM UNGGUL ini disuarakan di banyak kesempatan. Kita jangan sampai kehilangan momentum keuntungan demografi yang sedang kita rasakan saat ini. 

KEMANA KITA HARUS MELANGKAH

Indonesia memiliki beberapa peluang untuk menetapkan langkah mendukung Society 5.0, seperti halnya mendukung Industry 4.0. 

Coba kita bedah laporan WEF Future Jobs 2020 yang disampaikan baru-baru ini.


Secara digital skill data menunjukkan 60,6% cukup baik. Digital skill ini terkait  computer skills, basic coding, digital reading. Data Supply of business relevant skill 61% menunjukkan masih kurang tepat skill yang diperlukan oleh pebisnis. Upaya ini dilakukan pemerintah dengan link-match dan sekarang bergeser ke program vokasi. 

Lalu apa yang perusahaan banyak lakukan di kala pandemi ?

Lihat data 91.7% menunjukkan banyak usaha mengijinkan pekerjanya bekerja secara remote. Dan 75% 'memaksa' proses digitalisasi dalam bekerja. Angka yang cukup tinggi, dan untungnya didukung dengan digital skill yang cukup memadai. Tapi kita juga melihat ada 58.3% proses otomatisasi tugas rutin digantikan dengan sistem. Sedangkan sisanya masih mengurangi jumlah pekerja (41.7%) dan melakukan akselirasi upskilling/reskilling hanya 41.7%.

Survey ke eksekutif perusahaan yang dilakukan oleh WEF ini juga menunjukkan teknologi apa saja yang sedang diminati.


Dan beberapa jenis pekerjaan, posisi yang sedang berkembang dan berkurang.

Dan inilah skill yang banyak diperlukan perusahaan.

Terkait dengan upskilling / reskilling, apa yang banyak pebisnis lakukan.


Apakah mereka siap diminta melakukan perubahan skill nya?


Kapan diperlukan reskilling nya?


Siapa yang menjadi mitra mereka dalam melakukan reskilling ini ?

Maka kembali kita bertanya, apa yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan Society 5.0. 


Indonesia jelas memiliki peluang untuk terus meningkatkan DIGITAL SKILL yang diperlukan untuk mendukung industri 4.0, dan society 5.0. Meningkatkan kemampuan digital ini harus dilakukan di banyak sektor, dan fokus ke masyarakat ini menjadi sangat penting. Bukan fokus ke teknologinya semata. 

Jangan takut pekerjaan kita akan digantikan sistem atau robot, karena tetap MANUSIA adalah fokusnya. Tabel ini menunjukkan ada tetap keterlibatan manusia dan peran manusia dalam tiap kuadran. 



Tingkatkan kemampuan anda (reskilling / upskilling) dengan fokus ke bidang yang sedang berkembang dan diperlukan (lihat tabel diatas). 

Maka kita (Indonesia) harus punya pendekatan sendiri yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia terkait society 5.0, dan ini yang akan kita namakan INDONESIA MASYARAKAT 5.0 (IMA5). Dengan IMA5, kita bersama mengumpulkan ide, dan menjadikan ide menjadi program nyata yang bisa kita kerjakan bersama, demi INDONESIA MAJU.









Posting Komentar

0 Komentar