Home Automation: Ketika 'Jarvis' Iron Man Ada di Indonesia


Jakarta, CNBC Indonesia - Pada zaman kiwari, perkembangan IoT (Internet of Things) sudah bisa dirasakan manfaatnya. IoT merupakan konsep di mana objek tertentu mempunyai kemampuan untuk mentransfer data lewat jaringan tanpa memerlukan interaksi dari manusia ke manusia atau dari manusia ke perangkat komputer secara fisik.

Generasi Baby Boomers nampaknya sudah memimpikan teknologi canggih yang bisa berdampingan dengan kehidupan manusia. Dalam film Back to the Future (1985) teknologi canggih seperti hoverboard, video call, atau kacamata virtual reality ditampilkan, bahkan hari ini teknologi seperti itu sudah barang biasa. Film yang menjadi budaya populer tahun 80-an itu seperti memprediksi kemunculan teknologi canggih di masa depan.

Kemudian harapan akan teknologi masa depan juga tampil pada film Iron Man yang tayang pada tahun 2008. Berbeda dengan film Back to the Future penonton dapat merasakan efisiensi berumah tangga. J.A.R.V.I.S, sebuah artificial intelligence membantu sang tokoh utama Iron Man dalam mengerjakan segala aktivitasnya, baik di rumah maupun saat bertempur di medan peperangan.


Teknologi home automation seperti J.A.R.V.I.S atau lebih populer dengan nama smart home mempunyai sejarah perkembanganya secara bertahap. Dalam halaman iotevolutionworld Smart Home muncul dalam bentuk peralatan rumah tangga pada tahun 1901-1920. Seperti penemuan penyedot debu bertenaga mesin yang ditemukan pada tahun 1901. Walaupun peralatan rumah tangga saat itu bukan definisi "smart" seperti IoT.

Kemudian pada tahun 1966 James Sutherland menemukan 1966 ECHO IV walaupun tidak pernah dijual secara komersial. ECHO IV adalah suatu mesin yang mampu melakukan kegiatan otomatis seperti kontrol TV dasar, stereo on/off, dan jam alarm.


Hari ini, smart home sudah berkembang dengan teknologi yang lebih mapan. Dengan mengurangi pengeluaran energi yang tidak perlu. Smart home juga bisa mengingatkan kita jika ada penyusup datang, apakah kita dirumah atau tidak.

Perusahaan yang sudah muncul dan menjual produk smart home saat ini diantaranya adalah August Smart Lock. Perusahaan asal San Francisco, Amerika Serikat ini menjual sistem kunci rumah otomatis yang bisa dikontrol melalui ponsel. Adapula Control4 dengan fitur yang lebih lengkap seperti jaringan kamera, lampu, suhu, dan mekanisme penguncian pintu otomatis.

Smart Home di Indonesia

Autonomous Smart Control Appliance (ASCA) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang smart home. Menurut Calvin Sidik, seorang founder ASCA mengemukakan bahwa konsep smart home tidak hanya bisa menyalakan atau mematikan lampu atau sekedar memasang CCTV. Tetapi lebih menghidupkan benda yang sebelumnya mati menjadi suatu benda yang dikatakan "smart".

"Orang nyala matiin lampu sudah dari dulu. CCTV juga hanya sebagai alat bantu, jika terjadi perampokan kita hanya bisa melihat. Sementara kita bisa buat preventif security, jika ada maling yang memaksa masuk maka alarm akan berbunyi secara otomatis. Walaupun kita di luar kita bisa mendapatkan notifikasi langsung ke telepon genggam. Selain itu, kita mau kembangkan panggilan otomatis ke keamanan di sekitar rumah dan panggilan darurat polisi ke 110," ucap Calvin pada CNBC Indonesia di Greenlake, Jakarta Barat (11/1/2019).


Perusahaan yang berdiri sejak pertengahan tahun 2017 ini meyakinkan diri untuk bergerak dalam bisnis smart home karena tren yang berkembang di dunia. Alexander Wibowo, Co-Founder ASCA yakin bahwa market di Indonesia secara mayoritas merupakan trend follower.

"Mendirikan suatu perusahaan start-up yang bergerak di bidang smart home ini basicly tren dari Eropa, Amerika Serikat, bahkan India. Di luar negeri smart home sudah menjalar bahkan sudah menjadi kebutuhan. Kalo dari Indonesianya sendiri kan mayoritas trend follower. Nah, gua liat disitu sebagai suatu kesempatan bisnis yang cukup oke," kata Alex pada CNBC Indonesia di Greenlake, Jakarta Barat (11/1/2019).

Namun ASCA menyadari bahwa penduduk Indonesia belum sepenuhnya mengerti tentang konsep smart home. Sehingga mereka berusaha untu mengedukasi public dengan membuat show room. Sehingga gambaran tentang konsep smart home dapat dilihat secara visual.

Perusahaan lain yang bergerak di bidang ini adalah Smart Home Indonesia yang sudah berdiri sejak 2005. Smart Home Indonesia mempunyai taget pasar rumah mewah, kantor, dan hotel.

Menurut Ganda S Osay seorang Co-Founder dari Smart Home Indonesia berkata bahwa perusahaan ini berusaha mengintergrasikan berbagai alat dalam satu aplikasi. Seperti lighting & dimming system, AC, background music, TV, decoder, blueray, apple TV, CCTV, doorbell, intercom, security & alarm system, motorized curtain, motorized gate, dll.

Karena menyadari bahwa harga yang ditawarkan dari konsep smart home tidak murah maka Smart Home Indonesia sedang mengincar mid to low market untuk membentuk Toko-IoT. Yakni suatu website yang menjual produk-produk berbasis "smart" dengan harga yang lebih terjangkau.

"Soon, kita akan mengembangkan bisnis lain untuk barang smart home yang DIY (Do it Yourself). Bekerjasama dengan Gramedia untuk membuka www.toko-iot.com. Jadi tidak butuh professional installer seperti kita. Hanya sistem-sistem yang simpel dan tidak kompleks seperti rumah besar atau kantor yang mewah," ucap Ganda via pesan WhatsApp (15/1/2019).


Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190119091614-37-51432/home-automation-ketika-jarvis-iron-man-ada-di-indonesia

Posting Komentar

0 Komentar