ALFI Jatim Siapkan Aplikasi Digital

Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, Direktur Operasi dan Komersial Pelindo III Putut Sri Muljanto, Ketua DPW ALFI Jatim Henky Pratoko dan pakar kemaritiman ITS Surabaya Raja Oloan Saut Gurning pada seminar “Haruskan Revolusi Industri 4.0 Berperan Total dalam Usaha Jasa Kepelabuhanan” di Surabaya, Rabu (24/4/2019). ( Foto: Beritasatu Photo / Amrozi Amenan )
Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA) Jawa Timur (Jatm) terus akan segera meluncurkan aplikasi digital untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha logistik dan forwarding di Jatim.Ketua DPW ALFI Jatim Henky Pratoko menyatakan, perubahan yang diakibatkan oleh era digital sudah tak terelakkan. Saat ini, sebagian anggota ALFI Jatim ada yang sudah mulai mengalihkan dari perdagangan konvensional ke digital sejak beberapa tahun terakhir. Namun demikian, ada juga sebagian masih berkutat dengan pola konvensial.

"Kami memang tidak bisa memaksa mereka yang masih menggunakan cara konvensial untuk beralih ke digital. Namun kami akan terus mendorong mereka ke arah digital dengan melakukan sosialisasi karena digitalisasi menawarkan efisiensi. Digitalisasi juga merupakan salah satu kesiapan pelaku usaha logistik dan forwarding memasuki Industri 4.O,” kata Henky di sela seminar 'Haruskan Revolusi Industri 4.0 Berperan Total dalam Usaha Jasa Kepelabuhanan' di Surabaya, Rabu (24/4/2019).

Henky menyatakan, saat ini ALFI Jatim sedang menyiapkan aplikasi digital untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha di Jatim. Pada tahap awal aplikasi ini bisa dimanfatkan melalui komputer atau laptop berbasis internet. Selanjutnya, aplikasi ini akan dikembangkan dan bisa dimanfaatkan dengan menggunakan perangkat Android. Langkah ini diharapkan bisa mendorong mereka memasuki era digital secara total.

"Kami belum menamai untuk aplikasi digital ini, namun pada Juni nanti akan disosialisasikan secara internal. Setelah itu baru akan diluncurkan. Kami berharap aplikasi ini akan memenuhi kebutuhan," terang Henky.

Hengky menambahkan, era digital sudah menjadi keharusan karena layanan jasa kepelabuhan sekarang juga sudah mengadopsinya. "Mindset pelaku usaha memang harus berubah dan digitalisasi memang sudah menjadi keharusan," tegas Hengky.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan digitalisasi berujung pada efisiensi. Dia mencontohkan penerapan smart port dan smart logistic mampu memangkas post clearance dalam pengeluaran barang di pelabuhan hingga 75 persen, mengurangi antrean loket (50 persen) dan memangkas biaya pengurusan DO (75 persen). "Efisiensi dan kolaborasi menjadi kebutuhan di era sekarang," tandas Yukki.

Namun, Yukki mengingatkan, transformasi digital bukan hanya semata-mata memindahkan proses bisnis manual menjadi digital melalui penerapan sistem tertentu, melainkan harus disertai dengan perubahan business process yang mengedepankan tiga nilai, yakni faster, better dan cheaper. Perubahan proses bisnis inilah yang seringkali menimbulkan gesekan diantara pemangku kepentingan, sebab terkadang perubahan ini terhalang ego sektoral dimana tidak diinginkan adanya perubahan peran dari pihak terkait.

"Bagaimapun, optimalisasi ketiga nilai digitalisasi memerlukan keterlibatan banyak pihak atau pemangku kepentingan. Keterlibatan para pemangku kepentingan tersebut tidak terbatas pada keterikatan terhadap suatu platform tertentu saja, melainkan diperlukan adanya integrasi dalam suatu ecosystem yang memberikan nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan. Integrasi menjadi kata kunci dalam Industry 4.0. Semakin banyak integrasi yang dilakukan, semakin tinggi nilai tambah yang diberikan dan nilai baru yang dihasilkan," tegas Yukki.

Sumber: BeritaSatu.com

Posting Komentar

0 Komentar