Rudiantara: Yogyakarta Ujung Tombak Ekonomi Digital

Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara (Foto: Nuranisa)

Yogyakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menegaskan konsep smart city merupakan konsep yang berfokus melayani masyarakat lebih baik. Keberadaan teknologi hanya alat saja.

Menurut dia, smart city bukan hanya persoalan teknologi tapi lebih pada kebutuhan masyarakat. "Mulai dari kebutuhan yang sangat mendasar, seperti sanitasi, air minum, dan kesehatan," kata Menkominfo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Triwulan I Tahun 2018 di Yogyakarta, Kamis 25 April 2019.

Rudiantara mengatakan, smart city harus direalisasikan di semua bidang, termasuk perekonomian digital. "Tentang pengembangan perekonomian digital, Kemenkominfo berencana menjadikan Yogyakarta sebagai ujung tombaknya," tegasnya.

Untuk merealisasikannya, Kemenkominfo membentuk pusat pengembangan talenta perekonomian digital di Yogyakarta. "Kami sudah menggandeng empat lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan talenta," katanya.

Dia mengungkapkan, pusat pengembangan talenta perekonomian digital sangat penting. Hal ini karena adanya tuntutan untuk segera bergerak menempa sumber daya manusia bertalenta di bidang perekonomian digital.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, Yogyakarta sudah melaksanakan Jogja Smart Province. Itu merupakan grand design yang dapat merangsang inovasi tumbuh pada semua lini dengan memanfaatkan teknologi digital pada semua aspek pelayanan.

Menurut dia, Jogja Smart Province sangat membantu keseharian dalam bekerja yang mengubah pola hubungan dan komunikasi. "Sudah saatnya kita berubah demi masa depan," tegasnya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat membuka Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Triwulan I Tahun 2018 di Yogyakarta, Kamis (25/4). (Foto: Humas Pemda DIY)
Untuk itu, kata dia, lembaga birokrasi harus mampu menata dirinya mengikuti perkembangan teknologi. "Jangan sampai ASN kita gagal terhadap perubahan itu karena dinamika perubahan pada pelayanan publik yang semakin besar dan cepat," ujarnya.

Raja Keraton Yogyakarta ini berpendapat, revolusi digital 4.0 merupakan keniscayaan. "Sehingga revolusi digital 4.0 harus disambut dengan peningkatan layanan publik secara lebih smart," katanya.

Sri Sultan HB X mengungkapkan, manusia harus smart membaca perubahan. Smart dalam melakukan inovasi dan memberikan pelayanan. Di era digital ini, memasukkan berbagai ide bisnis dalam ekosistem tidak sulit. "Namun jiwa problem solving seorang entrepeneur yang sulit ditemukan," katanya.

Dia berpesan agar jiwa entrepreneurship menjadi instrumen terpenting dan harus dimiliki para pimpinan OPD dalam memulai sebuah usaha. Kemampuan melihat peluang dan memaksimalkan problem solving ideas adalah senjata yang harus terus diasah, daripada hanya sekadar mengandalkan kekuatan modal semata.

Menurut Sultan, meski sudah menerapkan Jogja Smart Province, namun DIY tetap harus belajar kepada siapa pun. Hal itu perlu untuk meningkatkan performa manajemen organisasi yang lebih visioner, lebih modern, lebih terarah, dan akuntabel.

Pada kesempatan itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Budi Wibowo mengatakan, dalam kinerja Triwulan I Tahun 2019, pertumbuhan ekonomi DIY pada 2018 yang meningkat 6,2 persen. "Angka tersebut menjadikan Provinsi DIY menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa, maupun secara nasional," jelasnya.

Menurut dia, komponen yang menjadikan pertumbuhan ekonomi DIY tinggi karena peningkatan investasi dan pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis di DIY. "Selain investasi, lapangan usaha yang tumbuh pesat adalah sektor informasi dan komunikasi,"

Posting Komentar

0 Komentar