Wartawan Sidoarjo Gelar Diskusi Tangkal Hoaks di Era Industri 4.0

Hoaks atau berita bohong, sering menjadi pembahasan hangat diberbagai kalangan. Seperti pembahasan pada diskusi bertajuk “Tangkal Hoax di Era Industri 4.0” yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas), Rabu (24/4/2019).
Dalam pembahasan hoaks tersebut, tambah menarik setelah tiga narasumber diantaranya Kapolresta Sidoarjo Kombespol Zain Dwi Nugroho, Dosen Umsida Surya Winata dan General Manager Telkom Sidoarjo Putro Dewanto mengupas tuntas tentang apa itu hoax dan bagaimana fenomena yang saat ini berlangsung.

Dalam pemaparannya, Putro Dewanto mengatakan bahwa motif hoaks bermacam-macam. Antara lain kepentingan politik, ekonomi dan sentimen sosial (sara). “Penyebarnya biasanya punya karakter khusus, seperti bangga menjadi pertama yang menyebar, malas membaca, gemar cari sensasi,” katanya.

Sekarang, lanjut Putro, bahan untuk membuat berita hoaks semakin mudah karena didukung oleh aplikasi, seperti cloud, big data, medsos dan autentik. Begitu juga dengan penyebarannya yang dipermudah dengan industri 4.0. “Saat ini hampir semua manusia terhubung dengan internet,” ujarnya.

Oleh karena itu, apabila mendapat suatu berita, setidaknya dicek terlebih dahulu sebelum sharing, apakah berita tersebut hoax atau bukan. “Dalam alquran surah Hujurat ayat 6, kita sudah diperintahkan agar memeriksa, dicek benar atau tidak, bermanfaat atau tidak. Kalau benar dan manfaat, tinjau lagi kapan waktu penyebarannya,” paparnya.

Kalau menemukan berita hoax, bisa diadukan ke aduankonten.id, aplikasi hoaks buster tool di google playstore. Nah di aplikasi itu bisa cek video maupun gambar yang terindikasi hoax.

Surya Winata, Dosen Umsida mengatakan, biasanya berita hoaks itu cirinya provokatif, bias, sumber tidak jelas. Nah, oleh karena itu Media Mainstream sangat dibutuhkan dan sangat berperan untuk mencegah beredarnya berita hoax. “Media mainstream harus jadi media yang terpercaya, karena sebagai penangkal,” katanya.

Menurut Winata, saat ini ada dua tipe orang terkait Hoaks. Pertama, millenial muda dan kedua adalah senior milenial. Millenial muda jarang sharing, mereka lebih paham tentang Hoaks dan biasanya kroscek. Sedangkan senior milenial, biasanya share dulu jika mereka merasa sepertinya benar. Walaupun belum dikroscek. “Hasil surveynya begitu,” terangnya.

Sementara itu, Kombespol Zain Dwi Nugroho menyebutkan bahwa memang ada kepuasan bagi penyebar yang pertama kali. “Padahal, yang pertama itulah yang jadi tersangka. Disini, siapapun bisa melapor 24 jam apabila mengetahuinya. Di Sidoarjo ada Delta Siap,” katanya.

Dirinya menyarankan sejumlah antisipasi. Pertama, harus lebih bijak menggunakan media sosial maupun media elektronik. Setiap menerima berita, dan meragukan, harus dicek ke orang yang bisa dipercaya dan terkait dengan info tersebut, jangan sampai ditelan mentah.

Kedua, keluarga jadi benteng yang mengawasi. Orang tua tidak mudah memberi handphone. Awasi penggunaan dan waktu penggunaan. “Harus lebih care dengan keluarga,” ujarnya.

Ketiga, harus kordinasi dengan kepolisian dan Kominfo. Segera informasikan dengan sarana yang ada sebagai antisipasi, sehingga tidak menggangu stabilitas Kamtibmas dan Sidoarjo jadi lebih aman.

Posting Komentar

0 Komentar