Ekonomi Digital Bawa Indonesia Naik Kelas

Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, implementasi ekonomi digital akan membawa Indonesia naik kelas dengan target menjadi negara berpendapatan level kelas menengah atas (upper middle income country) pada tahun 2020.

Untuk itu, diperlukan penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0 secara sinergi di antara pemangku kepentingan.

"Digitalisasi ekonomi merupakan salah satu leap frog strategy ke level selanjutnya, yakni lulus dari middle income trap," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (30/4).

Dalam hal ini, tambahnya, melalui Making Indonesia 4.0, aspirasinya besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.

"Bahkan, berdasarkan hasil studi PwC dan McKinsey, kita bisa masuk 7 besar ekonomi dunia di 2045, sementara pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia," ujar Airlangga.

Guna mencapai sasaran tersebut, indusri 4.0 akan memacu produktivitas dua kali lipat dengan anggaran untuk RnD sebesar 2%.

"Oleh karena itu, pemerintahan di bawah Bapak Presiden Joko Widodo akan meluncurkan insentif super deductible tax baik untuk RnD maupun pengembangan SDM. Artinya ini untuk menunjang program ekonomi Indonesia berbasis inovasi," jelasnya.

Menperin menambahkan, dengan penerapan ekonomi digital, juga akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Kalau baseline ekonomi kita targetnya tahun depan di angka 5,6%, maka baseline ini nantinya dapat ditingkatkan menjadi 1-2 persen," imbuhnya.

Kemudian, bakal terciptanya lapangan kerja hingga lebih dari 10 juta orang dan kontribusi manufaktur bisa terdongkrak sebesar 25%.

Ada lima sektor yang menjadi pilot pada industri 4.0 di Indonesia, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. "Bukan berarti sektor lain tidak penting, karena ada 38 sektor lainnya yang pemerintah punya kebijakan tersendiri untuk mereka," paparnya.

Berdasarkan studi McKinsey, kelima sektor manufaktur yang masuk dalam prioritas pengembangan pada Making Indonesia 4.0, karena secara total mampu menyumbang hingga 78% terhadap PDB industri, kemudian berkontribusi 65% terhadap ekspor dan sebanyak 60% tenaga kerja ada di lima sektor tersebut.

Sampai tahun 2025 nanti, McKinsey juga menunjukkan, pembangunan ekonomi berbasis digital akan menciptakan pendapatan tambahan pada PDB nasional sebesar USD155 miliar.

"Ini new opportunity akibat digitalisasi ekonomi. Selain itu, ada tambahan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 4,5 juta orang dan untuk sektor industry-related service mencapai 12,5 juta orang," sebut Menperin.

Dalam upaya mengajak pelaku usaha manufaktur di dalam negeri memanfaatkan teknologi industri 4.0, Kemenperin telah meluncurkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0). Ini merupakan indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam upaya mengukur tingkat kesiapan perusahaan untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia.

"Dari hasil self assessment, sebanyak 326 industri yang berpartisipasi dinilai cukup siap menerapkan industri 4.0. Selanjutnya, kami juga melakukan pengembangan kepada industri kecil dan menengah (IKM) agar bisa go digital melalui e-smart IKM serta program penumbuhan startup," imbuhnya.

Kemenperin juga sedang membangun Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0 di Jakarta. "Diharapkan dapat jadi percontohan pengembangan inovasi. Isinya antara lain virtual manufacturing lab, smart quality management, autonomous logistic system dan augmented reality," ujarnya.

sumber : https://www.industry.co.id/read/50850/ekonomi-digital-bawa-indonesia-naik-kelas

Posting Komentar

0 Komentar