Industri 4.0: Siapkah Indonesia ?

Ilustrasi Industri 4.0 

Menurut peneliti LIPI (2019), saat ini terdapat sekitar 143 juta dari 243 juta penduduk Indonesia telah menjadi pengguna internet. Artinya, lebih dari setengah populasi Indonesia sudah dapat dengan mudah mengakses dan memanfaatkan internet untuk berbagai kebutuhan. Jumlah ini menunjukkan betapa besarnya potensi pasar dari ekonomi berbasis intenet dan teknologi Internet of Things (IoT) atau yang kini digadang-gadang sebagai revolusi industri 4.0. Hal ini pun seiring dengan pertumbuhan sektor ekonomi terkait industri 4.0. Sektor ekonomi kreatif yang terdiri atas beragam jenis kegiatan ekonomi mulai dari pengembangan aplikasi permainan hingga kesenian, pertumbuhannya melambung sekitar 5,67% dibandingkan pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan. Begitu juga dengan investasi dan modal terlihat mulai bergerak secara massif ke arah pengembangan industri 4.0. Indonesia telah memiliki 4 startup teknologi yang berkembang pesat menjadi startup unicorn atau perusahaan teknologi baru dengan valuasi lebih dari 1 Miliar Dolar Amerika. Ke depannya, industri 4.0 di Indonesia yang terdiri atas industri aplikasi, game hingga Internet of Things (IoT) diproyeksikan akan terus bertumbuh hingga mencapai US$130 miliar atau senilai Rp1.734 triliun pada 2020. Ditambah lagi, pada 2030 Indonesia sudah diprediksi menjadi salah satu dari 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kekuatan ekonomi ini akan terus memuncak seiring bonus demografi yang mencapai titik tertingginya pada 2045. Perekonomian dunia yang saat ini telah dikuasai oleh Cina, Jepang, Korea, dan negara-negara Asia bisa direngkuh oleh Indonesia di masa depan karena negara-negara tersebut kini telah mencapai peak perfomance sehingga ada kemungkinan mengalami penurunan di masa depan. Penyebabnya tak lain ialah penduduk di negara-negara tersebut mulai berkurang akibat kebijakan dan kondisi sosial masyarakat yang tidak lagi mendukung pertumbuhan. Kondisi ini harus menjadi pemicu Indonesia untuk bangkit dengan pengembangan industri 4.0. Tidak hanya industri yang berkaitan langsung dengan industri 4.0, industri konvensional yang menjadi tulang punggung Indonesia saat ini juga perlu mengadopsi kecanggihan dalam industri 4.0. Apalagi, dengan diadopsinya industri 4.0 di berbagai bidang yang ada saat ini akan meningkatkan nett export sebesar 10% atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini. Tenaga kerja pun akan semakin produktif, bahkan produktivitasnya meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, dan alokasi aktivitas R&D teknologi dan inovasi sebesar 2% dari PDB. Adapun penyerapan tenaga kerja akan bertambah hingga lebih dari 10 juta lapangan pekerjaan. Secara umum, pertumbuhan ekonomi sebesar 1-2% akan dapat diraih dengan implementasi industri 4.0 yang juga akan mendorong sektor manufaktur dan industri pada umumnya. Terdapat lima sektor yang sedang difokuskan untuk mengadopsi industri 4.0 oleh Kementerian Perindustrian. Sektor-sektor tersebut di antaranya, industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika. Kelompok tersebut dipilih karena dianggap memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap perekonomian Indonesia. Industri 4.0 meberikan kemajuan yang signifikan dari berbagai bidang kehidupan. Tentu perubahan besar yang terjadi ini akan memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap masyarakat Indonesia. Kita sebagai generasi penerus tentunya harus mempersiapkan diri akan fenomena global ini dan siap menghadapi tantangannya, berikut merupakan analisa dampak yang akan terjadi: 1. Memunculkan berbagai lapangan pekerjaan baru dan menghilangkan beberapa pekerjaan bersifat konvensional. Pada Studium Generale yang diadakan di Kampus Institut Teknologi Bandung yang langsung dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suyadi DEA. selaku rektor ITB dengan tema pembahasan mengenai “Revolusi Industri 4.0”, beliau menyampaikan bahwa dengan hadirnya industri 4.0 maka diperkirakan pada tahun 2025 akan memunculkan 60% jenis pekerjaan baru yang tidak ada pada tahun 2018. Hal ini sejalan dengan fenomena keberaadaan layanan berbasis online yang saat ini sedang menjamur. Pada 7 tahun lalu bentuk pelayan berbasis online ini belum mencuat dan sekarang dalam kurun waktu 5 tahun pengoperasian di Indonesia, mereka dapat mengebrak dunia bisnis dimana telah berhasil menyerap tenaga kerja mendekati 2 juta orang pada bidang transportasi, pergudangan dan transportasi. Layanan tersebut pun berhasil mencapai “unicorn” stratup dimana perusahaan stratup yang memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 Miliar atau Rp. 14 Triliun. Fenomena layanan berbasis online ini akan terus bermuncul dan menghadirkan gagasan – gagasan baru yang memudahkan berbagai pihak. Sehingga menjadi sarana lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat Indonesia. Sebaliknya untuk beberapa industri yang menggunakan tenaga kerja kasar akan mengalami perubahan, dimana para pekerja kasar akan digantikan dengan robot sebagai upaya peningkatan kualitas, peningkatan produksi, serta efisiensi biaya ataupun tenaga. Hal ini akan berakibat kepada pemutusan kerja secara masiv untuk beberapa industri yang berakibat kepada penambahan jumlah pengangguran. Maka dengan kondisi yang telah dipaparkan diatas penduduk Indonesia harus bersiap mengambil segala kesempatan dengan pengupayaan peningkatan kemampuan diri terutama pemahaman dibidang teknologi. 2. Kemunculan industri 4.0 sejalan dengan bonus demografi Indonesia. Bonus demografi merupakan kelimpahan penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun ) pada suatu negara. Indonesia akan mengalami kenaikan presentase usia produktif yang siginifikan pada rentang tahun 2020 – 2035. Tercatat dari data yang diberikan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, usia produktif telah mencapai 68% persen dari total penduduk Indonesia. Potensi kelimpahan jumlah penduduk usia produktif ini diimbangi dengan kehadiran industri 4.0 yang diperkirakan akan mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 2025. Dengan peluang yang besar itu Indonesia harus bersiap diri dengan melakukan peningkatan kualitas pada sumber daya manusia. Perbaikan dunia pendidikan merupakan bagian yang harus ditingkatkan, dimana tingkat kesenjangan yang diakibatkan fasilitas serta kualitas pengajar antara daerah harus diperkecil. 3. Kemudahan pembelajaran berbagai bidang dengan bantuan teknologi Industri 4.0 menekankan kepada automatisasi sistem yang saling terintegrasi untuk menjalankan fungsinya dengan bantuan teknologi atau internet fiber sebagai pengaturnya. Sehingga teknologi digital dan internet menjadi sangat penting dalam industri 4.0. Salah satu teknologi yang memiliki perkembangan yang baik serta dapat mencangkup segala bidang adalah teknologi Virtual Reality atau biasa disebut dengan VR . Pak Kadarsah dalam perbincangan di Studium Generale ITB memaparkan juga bahwa di Jepang untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dibuatlah lah program realitas dimana gambaran kondisi ril serta proses pengolahan wilayah pembangkit dapat dilihat melalui VR, sehingga masayarak tidak akan terkenai dampak negatif dari nuklir. VR pun memiliki potensi dimana saat kondisi konektivitas jaringan intenetnya dapat dikembangkan dengan baik, maka bukan tidak mungkin seseorang dapat berkeliling dunian berkeliling dunia dengan melihat penampakan aslinya pada VR. Untuk itu VR sebagai salah satu bentuk teknologi di era industri 4.0 ini memiliki nilai penyampaian pembelajaran yang tinggi sehingga masyarakat Indonesia harus dapat memanfaatkannya dengan baik, Berikut beberapa dampak yang akan Indonesia rasakan dari hadirnya Industri 4.0. Sebagai generasi penerus bangsa tentu saja mempersiapkan segala kebutuhan untuk memaksimalkan potensi yang ada merupakan suatu keharusan agar kelak Indonesia menjadi negara maju dan mampu bersaing terutama dibidang industri 4.0 ini dengan negara lainnya.

Posting Komentar

0 Komentar