INFOGRAFIS: Saatnya Klub Indonesia Mengejar Industri 4.0

JAKARTA - Tak bisa dimungkiri dalam lima tahun terakhir atau sejak tahun 2014 kompetisi dunia persepak bolaan di Indonesia berada dalam bayang-bayang merebaknya gaung Revolusi Industri 4.0. Meski di belahan dunia lain peristilahan The Fourth Industrial Revolution sudah mewabah sejak pertama kali didengungkan Hannover Fair, April 2011 silam, sebagai bentuk kemajuan lintas industri dengan bantuan teknologi.
Utamanya mulai penerapan dan penggunaan e-ticketing (tiket pertandingan berbasis online), e-board electric LED perimeter advertising LED display atau papan iklan digital, hingga Video Assistant Referee (VAR) serta Goal-Line Technology. Penggunaan dua teknologi terakhir, yakni VAR sebuah video replay dan teknologi garis gawang (GLT) yang “membantu” wasit, boleh jadi sepak bola Indonesia masih menjadi “penonton” atau mimpi entah sampai kapan. PSSI dan PT LIB beralasan VAR belum bisa diterapkan karena terkait penyediaan Sumber Daya Manusia, fasilitas pendukung, serta anggaran.
Sebuah Tuntutan
Sepak bola di tengah era industri perlahan juga mulai berkembang seiring dengan manifestasi gaung Revolusi Industri 4.0. Dengan dukungan teknologinya revolusi ini paling tidak ada sebuah tuntutan, bahwa wajah sepak bola harus berubah agar lebih menarik dan kian menjadi magnet masyarakat.

Namun setidaknya, pemanfaatan teknologi e-ticketing dan e-board electric LED mulai mewabah dan menjadi tren dari beberapa klub peserta Liga-1. Arema FC dan Bali United boleh dibilang menjadi perinti penggunaan e-ticketing dan e-board electric LED sebelum diikuti beberapa klub lainnya.
Dengan anggaran Rp6 miliar yang dibayar secara bertahap, manajemen Arema mendatangkan panel-panel layar iklan elektronik dari Cina pada 2013 silam. Laga persahabatan internasional Arema melawan Hamburger SV menjadi penggunaan e-board electric LED pertama di Tanah Air.
“Penggunaan e-board electric LED membawa dampak positif pemasukan lebih banyak dari sisi sponsor. Paling tidak bisa meng-cover 40-50 persen biaya operasional tim atau kisaran Rp3 miliar dalam satu bulan,” ujar Manajer Bisnis dan Marketing Arema, Yusrinal Fitriandi.
Begitu juga e-ticketing. Meski muncul pro-kontra, namun Aremania Malang atau dari daerah lain kini lebih mudah mendapatkan tiket, tanpa harus antre. “Termasuk menekan kebocoran tiket atau memupus tiket-tiket palsu,” Yusniral menambahkan.
Pun demikian Bali United yang mulai mengembangkan pemasangan LED Perimeter Board, sejak 12 Oktober 2017 silam. Bahkan CEO Bali United, Yabes Tanuri pernah menegaskan, bahwa pemasangan LED perimeter board juga membuat tampilan Stadion Kapten I Wayan Dipta semakin menarik. “Keberadaan LED ini bisa lebih memudahkan pengusaha lokal, sebab sebelumnya kami sedikit terkendala karena terbatasnya space,” ucap Yabes.

sumber : https://www.topskor.id/detail/97934/INFOGRAFIS-Saatnya-Klub-Indonesia-Mengejar-Industri-40

Posting Komentar

0 Komentar