Pengoperasian Perpustakaan Alun-alun, Pekerjaan Rumah Pemkot Bandung

ILUSTRASI.*/ DOK. PIKIRAN RAKYAT
BANDUNG, (PR).- Peresmian microlibrary di kompleks Kantor Kecamatan Kiaracondong menambah satu lagi layanan literasi yang disediakan Pemerintah Kota Bandung. Meski demikian, masih banyak pekerjaan rumah harus segera dituntaskan oleh Pemkot, seperti rencana pengoperasian perpustakaan Alun Alun, dan ratusan kotak baca di trotoar yang tidak jelas kelanjutannya.

Microlibrary di Kiaracondong diresmikan oleh Wali Kota Bandung Oded M. Danial, Senin 29 April 2019. Bangunan dengan desain unik, dilengkapi dengan teras atas dan wahana bermain prosotan, merupakan hibah dari PT Manila Water, perusahaan air bersih asal Filipina. Kerja sama ini sudah dirintis sejak era mantan Wali Kota Ridwan Kamil.

Oded menjelaskan pengoperasian microlibrary merupakan salah satu wujud desentralisasi layanan akses literasi yang sangat dibutuhkan oleh warga Kota Bandung. Ia menyinggung riset oleh UNESCO yang menyebut minat baca orang Indonesia tergolong sangat rendah. Dari seribu orang, hanya satu di antaranya yang membaca buku secara rutin.

“Perpustakaan mini ini bisa mendorong, memotivasi warga Kota Bandung, khususnya anak-anak sekolah, untuk lebih rajin membaca. TInggal disempurnakan saja, termasuk buku koleksinya,” ucap Oded.

Menurut Oded, Pemkot akan terus mendorong program-program desentralisasi layanan akses dan infrastruktur literasi. Selain microlibrary yang ditargetkan bisa dibangun di tiap kecamatan, Pemkot juga berencana menambah layanan perpustakaan keliling, perpustakaan gerobak, dan perpustakaan bermotor.

Salah satu layanan literasi oleh Pemkot yang mendapat sorotan dalam beberapa bulan balakangan adalah keberadaan kotak-kotak baca di trotoar-trotoar jalan. Sejak dipasang, kotak-kotak itu hanya membuat bingung warga karena tidak juga diiisi dengan buku.

Menunggu serah terima
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Bandung Maryun Sastrakusumah menyatakan, ada sekitar 100 kotak baca yang sampai saat ini terpaksa disimpan dulu di gudang kantornya. Kotak-kotak merupakan hibah yang awalnya diserahkan kepada Bagian Umum Pemkot Bandung. Dispusip belum bisa melakukan tindakan apa-apa karena belum ada berita acara serah terima.

“Kami sedang menunggu berita acara penyerahan ke kami untuk dikelola. Begitu diserahterimakan, kami akan mengisinya dengan buku dan menggandeng komunitas untuk mengelola tiap-tiap titik kotak baca,” tuturnya.

Sebelum disimpan di kantor Dispusip, puluhan kotak baca itu sempat menumpuk di kompleks Pendopo Kota Bandung. Wali Kota Bandung Oded M. Danial secara langsung meminta agar barang-barang tersebut dipindahkan dari rumah dinasnya. Ia juga meminta agar program pemasangan dan pengoperasian kotak baca segera dieksekusi.

Pengoperasian kotak baca bukan satu-satunya program literasi bersumber hibah yang belum terwujud. Pengoperasian perpustakaan di Alun Alun malahan lebih lama lagi terkatung-katung. Direncanakan sebagai lokasi strategis untuk memajang koleksi buku-buku tentang Kota Bandung, perpustakaan tersebut tak kunjung dibuka. Beda nasibnya dengan revitalisasi Alun-alun yang juga bersumber hibah perusahaan swasta.

Deni Rachman, salah seorang pegiat literasi yang aktif di Asian-African Reading Club (AARC), berharap agar Pemkot lebih inovatif dalam memberikan layanan dan akses literasi kepada warganya. Sebagai kota pintar (smart city), Pemkot bisa memulai dari pembuatan basis data literasi secara digital. Basis data yang lengkap akan memudahkan beragam layanan dan program.

“Kami dari komunitas tentu akan menyokong program-program penting seperti ini. Sudah saatnya semua pemangku kepentingah bekerja bersama, bukan lagi asik sendiri-sendiri,” tuturnya.***

Posting Komentar

0 Komentar