Akuntan Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) bekerjasama dengan Pranadipta Consulting melaksanakan Focus Group Discussion dengan mengangkat tema Akuntasi di Era Revolusi Industri 4.0. (istimewa) 
JAKARTA -- Era Revolusi Industri 4.0 mendorong seluruh pihak untuk berinovasi dan berdaptasi agar bisa bertahan, termasuk profesi akuntan. Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) bekerjasama dengan Pranadipta Consulting melaksanakan Focus Group Discussion dengan mengangkat tema Akuntasi di Era Revolusi Industri 4.0. Dosen SKSG UI, Danny Buldansyah mengatakan Era Revolusi Industri 4.0 terlihat dari pertumbuhan bisnis Gojek dan Grab yang menyalip Bluebird dalam waktu singkat, meski tidak punya satu armada kendaraan. Melihat kondisi tersebut, dia menekankan penemuan bisnis model baru agar setiap orang dari seluruh profesi termasuk dalam bidang akuntansi untuk dapat menjawab perubahan paradigma.

Sementara itu, anggota DSAK Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Ersa Tri Wahyuni menuturkan menjadi kabar gembira bahwa Indonesia sebagai negara dengan perkembangan start-up posisi kedua di dunia. Hal ini menandakan kreatifitas dan minat pelajar, mahasiswa dan anak muda Indonesia di bidang bisnis digital. Meski demikian, kata dia, muncul masalah baru seperti yang dialami perusahaan-perusahaan digital dalam menyusun laporan keuangan, dikarenakan adanya beberapa transaksi dan aset yang bingung dalam proses pencatatan laporan keuangannya. Contohnya, Facebook memiliki nilai valuasi yang tinggi dikarenakan digital traction-nya yang tinggi. Dalam risetnya, Ersa menemukan 64% kalangan start-up mengakui kesulitan dalam penyusunan laporan keuangan dan menganggap laporan keuangan sebagai isu yang krusial. “Aplikasi Revolusi Industri 4.0 dalam bidang start-up ditinjau dari sudut pandang akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan adalah depelovement cost yang dapat dikapitalisasi dan tidak harus di expand asal memenuhi persyaratan yang cukup ketat sebagaimana diatur dalam PSAK untuk aset tak berwujud, ucapnya.

mengkomunikasikan hasil analisis big data keuangan,” kata Ersa. Di tempat yang sama, Wakil direktur PT. Hutchison 3 Indonesia, Erick menjelaskan jumlah pengguna/user menjadi patokan yang paling penting dalam bisnis di era revolusi Industri 4.0. Timbul permasalahan dan perdegabatan apakah Number of Users itu bisa masuk laporan keuangan, bebernya. Dahulu, kata dia, akuntansi menulis dengan berpatokan pada transaction base. Maka aset yang dibeli tahun 1980 dilaporan keuangan tahun 2000 nilainya masih sama dengan nilai saat transaksi. Menurutnya, masalah ini sudah diselesaikan dengan regulasi yang baru bahkan sekarang sudah future transaction base. Akuntan tidak lagi hanya menjadi pencatat tapi juga sebagai penilai. Dengan demikian, prinsip dan model kerja akuntan selalu berubah dikarenakan model bisnis dan ekonomi yang mengalami peningkatan dan perubahan. IAI harus bisa menjawab seluruh permasalahan dengan regulasi dan panduan yang memadai untuk menjawab permasalahan ini, pungkasnya.

Sumber : https://www.ayobandung.com

Posting Komentar

0 Komentar