Pentingnya Digitalisasi Teknologi Pertanian Guna Mendukung Industri 4.0

Konferensi Internasional "Boosting the Big Data of Plant with Digital Identifiers” di Bali | Foto: Ist.
Kehidupan populasi dunia sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian (SDGTPP).

Namun ada kekhawatiran global berupa erosi genetik karena berbagai faktor yang akan mengurangi keanekaragaman genetik di semua negara.

Untuk itu diperlukan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dan melalui sistem akses dan manfaat multilateral.

Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Mastur PhD di Bali, Rabu (12/6/2019).

Mastur berbicara mewakili Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) saat memberi sambutan dalam Konferensi Internasional “Boosting the Big Data of Plant with Digital Identifiers”.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan inti di bawah proyek BSF-FAO yang didanai oleh Uni Eropa melalui Organisasi Pertanian dan Pangan Dunia (FAO).

Mastur menjelaskan, BSF-FAO merupakan proyek percontohan untuk tracking sumber daya genetik tanaman melalui pertukaran dan transfer dengan menerapkan Digital Object Identifier (DOI).

Meskipun proyek percontohan diterapkan pada padi, perluasan implementasi ke tanaman lain dapat dengan mudah dilakukan.

“Kami sebagai lembaga utama proyek ini berharap agar negara-negara yang terlibat dapat memperluas penggunaan DOI tidak hanya pada padi tetapi juga tanaman lain,” ujar Mastur.

Dia menambahkan, Indonesia saat ini berada di era digitalisasi atau era industri 4.0. Balitbangtan memiliki tugas untuk mengembangkan teknologi pertanian guna mendukung era 4.0 ini.

“Oleh karena itu, meningkatkan big data dengan DOI sangat relevan dan tepat waktu untuk berkontribusi dalam pada mendukung pertanian memasuki era industri 4.0,” imbuhnya.

Diketahui, konferensi internasional ini diikuti oleh 32 peserta dari 11 negara yakni Burundi, Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Filipina, Tanzania, Vietnam, Zambia, dan Indonesia.

Khusus Indonesia, peserta konferensi yang berlangsung selama dua hari ini berasal dari lembaga penelitian di bawah Balitbangtan dan perguruan tinggi.

Seluruh peserta akan berbagi informasi tentang topik-topik yang berkaitan dengan Global Information System seperti DOI, big data serta gambaran umum proyek SBF-FAO.

Posting Komentar

0 Komentar