Penguatan Kurikulum, Jawaban Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

PENGUATAN kurikulum merupakan kunci untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 di dunia pendidikan. Hal ini diakui oleh Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba) Septiawan K. Santana.

Hingga saat ini, banyak perguruan tinggi yang belum banyak membuka jurusan atau prodi baru dalam bidang Ilmu Komunikasi untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0.

"Revolusi industri 4.0 merupakan tantangan semua pihak, termasuk perguruan tinggi. Di mana, mau tidak mau setiap lini harus mengikuti era disrupsi tersebut, termasuk di dunia pendidikan. Begitu juga dengan kami," ungkap Septi kepada wartawan di sela-sela Prosesi Milad Ke-36 Fikom Unisba di Aula Unisba, Jalan Tamansari Kota Bandung, Rabu (26/6/2019).

Pada dasarnya, kata Septi jurusan atau prodi Ilmu Komunikasi di setiap perguruan tinggi sudah mengantisipasi hal ini. Namun, belum banyak yang langsung membuka jurusan atau prodi tersendiri, tapi salah satu solusinya dengan memperkuat kurikulum.

"Jadi, tantangan era disrupsi tersebut belum sampai pada tataran profesi, tapi masih penguatan skill. Oleh sebab itu, penguatannya di kurikulum. Jadi, kita mempersiapkan dulu skill mahasiswanya. Kalau skillnya sudah mumpuni, tantangan apapun bisa dilalui," jelas Septi. Ia mencontohkan, skill yang harus dimiliki di era revolusi industri 4.0 adalah skill digital.

Diakuinya, sudah banyak acuan dan referensi tentang tantangan revolusi industri yang ia pegang, namun wujudnya belum bisa diaplikasikan dalam sebuah profesi bidang komunikasi. Misalnya, prodi atau kajian jurnalistik, adanya era disrupsi tidak berarti meniadakan jurusan/prodi/kajian ini. Tapi, yang harus berubah adalah medianya.

Sementara itu, Rektor Unisba, Prof. Edi Setiadi mengatakan dengan tantangan revolusi industri 4.0 diharapkan Fikom, termasuk fakultas yang lain tidak hanya jadi penonton, tapi harus cepat meresponsnya dengan baik dan ikut berperan.

"Terlebih, dunia komunikasi itu perkembangannya sangat cepat. Oleh karenanya, harus cepat merespons, kalau tidak ya akan ketinggalan zaman," harap Edi.

Selain itu, katanya Fikom Unisba merupakan fakultas yang banyak dipilih oleh masyarakat. Begitu juga akreditasinya sudah "A".

"Ini menjadi modal Fikom UNisba untuk bisa membuktikan, bahwa kita bisa. Bisa berperan dalam menghadapi tantangan revolusi industri. Jangan jadi penonton tapi revolusi industri itu harus diraih," tegasnya.

Tidak hanya kepada Fikom, dalam setiap rapat pimpinan ia juga selalu menekankan kepada para dekan untuk merespons tantangan zaman yang ada. Banyak cara untuk mewujudkan hal tersebut, di antaranya dengan silaturahmi dan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti industri, alumni, dll.

"Jangan merasa sudah besar di dalam kampus sendiri. Karena, yang menilai besar adalah masyarakat bukan kita," ujar Edi.

Dalam kesempatan tersebut Fikom Unisba juga memberi penghargaan kepada beberapa pihak yang berpengaruh terhadap perkembangan Fikom Unisba.


Posting Komentar

0 Komentar