Soal Industri 4.0, HT: Bertransformasi, dari Konvensional ke New Business

Chairman MNC Group sekaligus Komisaris Utama MNC Investama Hary Tanoesoedibjo (HT) (tengah) berbincang dengan direksi MNC Investama dan Global Mediacom dalam paparan publik bersama di Gedung iNews Tower, Jakarta, Selasa (25/6/2019). (Foto: MNC Media)
JAKARTA, iNews.id - Seluruh sektor industri sedang bertransformasi ke arah digital. Karena itu, siapa yang tak beradaptasi dengan cepat akan tertinggal.

Hal tersebut disampaikan oleh Komisaris Utama PT MNC Investama Tbk (BHIT) Hary Tanoesoedibjo (HT) seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BHIT di iNews Tower, Selasa (25/6/2019).

"Siapa pun yang bertahan status quo dengan bisnis konvensional pasti akan ketinggalan. Industri 4.0 menggantikan bisnis konvensional dengan new technology," kata HT.

HT menjelaskan, industri berevolusi dari industri 1.0 hingga saat ini menjadi 4.0. Pada periode industri 1.0, segala sesuatu dikerjakan secara fisik, misalnya saja membajak sawah menggunakan sapi. Memasuki industri 2.0, sawah dibajak menggunakan traktor, sehingga pengerjaan bisa lebih cepat.

Kemudian, industri 3.0 di mana teknologi membantu supaya bisa lebih efisien. Periode industri 4.0, maka dibutuhkan perhatian yang khusus. Sebab, industri 4.0 menggantikan bisnis konvensional dengan new technology.

Hal ini sudah terlihat dari perkembangan berbagai industri mulai dari jasa keuangan, media, ritel dan berlangsung di seluruh industri. Di ritel misalnya, banyak yang berguguran tak mampu bersaing dengan belanja online. Kendaraan kini juga sudah bisa berjalan tanpa supir.

Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus, karena Indonesia membutuhkan banyak lapangan kerja. Apalagi penambahan penduduk sangat pesat, yaitu 3 juta sampai 4 juta jiwa setiap tahunnya.

Bila tak diatur, teknologi bisa memangkas banyak tenaga kerja. Misalnya, pabrik rokok yang biasanya mempekerjakan tenaga kerja, karena efisiensi bisa beralih menggunakan robot.

"Kita sekarang ini masuk era baru transformasi dari bisnis konvensional ke new business," kata HT.

BHIT menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018. Selama 2018, perseroan telah mengantongi laba bersih Rp86,4 miliar.

Direktur Utama BHIT Darma Putra mengatakan laba bersih perseroan akan dialokasikan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan. "Dalam RUPST 2018 disetujui laba bersih digunakan untuk memperkuat struktur permodalan," ujarnya saat Public Expose BHIT.

Selain itu, dalam RUPST juga memutuskan tidak ada pergantian jajaran komisaris dan direksi perseroan. Namun, posisi Direktur Independen dihilangkan dan digantikan dengan posisi Wakil Direktur Utama.

"Jadi, susunan dewan komisaris dan dewan direksinya tidak berubah cuma ada sedikit perubahan Wakil Direktur Utama saja tadinya Direktur Independen karena sekarang peraturan OJK telah menghilangkan kewajiban untuk Direktur Independen maka itu kami hilangkan," tuturnya.

Dengan demikian, jajaran komisaris dan dewan direksi MNC Investama sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama: Hary Tanoesoedibjo

Komisaris: Liliana Tanoesoedibjo

Komisaris: Angela Herliani Tanoesoedibjo

Komisaris: Valencia Herliani Tanoesoedibjoo

Komisaris Independen: Kardinal Alamsyah Karim

Komisaris lndependen: Ricky Herbert Parulian Sitohang

Dewan Direksi

Direktur Utama: Darma Putra

Wakil Direktur Utama: Susanty Tjandra Sanusi

Direktur: Tien

Direktur: Natalia Purnama

Direktur: Jiohan Sebastian

Direktur: Henry Suparman

Direktur: Mashudi Hamka


Posting Komentar

0 Komentar