Meningkatkan SDM Indonesia Melalui Pendidikan Berbasis Teknologi

Indonesia adalah negara dengan jumlah tenaga kerja yang tinggi. Meski demikaian banyak masyarakatnya yang memiliki jiwa kewirausahaan dan kreatif untuk keluar dari status quo, dengan membangun dan menciptakan bisnis baru. Menurut BPS, Indonesia berhasil meningkatkan jumlah tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran sebanyak 50 ribu orang pada Februari 2018 lalu. Di tahun yang sama, laporan Daily Social menyatakan, pendiristartup dan wirausahawan di Indonesia semakin tertarik pada startup berbasis teknologi, terutama pada industri keuangan dan pendidikan. Sejumlah perusahaan teknologi Indonesia telah melakukan ekspansi bisnis di Asia Tenggara. Hal ini seiring dengan langkah pemerintah yang telah meluncurkan roadmap Making Indonesia 4.0. Tujuannya untuk mendukung lima perkembangan teknologi yang krusial, yakni Internet of Things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotic, dan sensor serta teknologi 3D Printing. Perkembangan teknologi ini membuat Indonesia menjadi lebih kompetitif, kreatif, dan mendorong iklim kewirausahaan. Salah satu aspek penting dari roadmap tersebut adalah peluang Indonesia dalam melakukan revolusi industri keempat, yakni konvergensi orang, teknologi, dan manufaktur berkelanjutan untuk membangun sebuah perekonomian yang kokoh melalui suatu pasar tenaga kerja yang lebih baik. Faktor ini merupakan hal paling penting dan tepat untuk memperkuat tenaga kerja dengan penekanan khusus dalam meningkatkan sumber daya manusia. Caranya melalui tersedianya sistem pendidikan yang lebih baik bagi generasi muda Indonesia dalam usaha persiapan untuk pekerjaan dan industri masa depan.

Keadaan Generasi Masa Depan Indonesia

Penelitian terbaru McKinsey menunjukkan, salah satu dari tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah minimnya SDM berkualitasi. Hal ini disebabkan minimnya jumlah lulusan SMA dan perguruan tinggi yang mampu bersaing untuk lowongan kerja di Indonesia. Pada saat ini, sistem pendidikan lebih didominasi oleh bahan-bahan pelajaran berupa cetak, yakni buku dan materi lainnya yang didesain untuk belajar secara hafalan. Namun, hasil penelitian HP New Asian Learning Experience memaparkan bahwa orangtua Indonesia masa kini mencemaskan apakah anak-anak mereka akan memperoleh pekerjaan di masa depan, dan 50 persen dari mereka mencemaskan meningkatnya biaya hidup. Penelitian yang sama juga menyorot cara orangtua menggunakan gabungan materi pelajaran berupa bahan cetak dan digital untuk meningkatkan kemampuan matematika (66 persen) dan bahasa (53 persen).

Pendidikan berbasis Teknologi

Indonesia dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memberikan pendidikan bagi para pelajar di daerah terpencil dengan populasi yang rendah, termasuk Indonesia bagian Timur. Pelajar-pelajar tersebut akan memperoleh akses pendidikan berkualitas dalam bentuk video lewat penggunaan laptop dibandingkan harus menempuh perjalanan jauh untuk pergi ke sekolah. Teknologi adalah elemen krusial dalam proses menuju Education 4.0, tenaga pengajar dapat berkolaborasi lebih baik dengan para pelajar melalui personalisasi. Hal ini membuat para tenaga pengajar dapat mengelola perangkat-perangkat dalam kelas dan merencanakan rencana studi yang akan memberikan hasil pembelajaran lebih baik. Personalisasi melalui sebuah perangkat memungkinkan pemanfaatan teknologi yang optimal dan memberdayakan para pelajar dalam proses pembelajaran mereka. Salah satunya dengan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), kedua alat ini dapat meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar saat para pelajar menghadapi pembelajaran berbasis penugasan. VR dilaksanakan secara virtual, dengan rangsangan terbatas dari dunia nyata. Sedangkan AR dilaksanakan secara langsung tetapi dilengkapi oleh elemen-elemen digital. Sebagai pionir dalam pengalaman personal technology, HP ingin membantu Indonesia meningkatkan kualitas sistem pendidikannya dengan inovasi teknologi dan inisiatif dalam kemitraan dengan institusi-institusi lokal terkait. Untuk mencapai tujuan ini, HP memanfaatkan National Education Technology Readiness (NETr), suatu perangkat untuk menilai kesiapan sistem pendidikan untuk mengimplementasikan teknologi. Dengan bantuan para mitra, termasuk UNESCO dan Walikota Bogor, HP menjadikan Bogor sebagai lokasi uji coba NETr pertama di Asia Pasifik dan Jepang. Hasil dari penilaian tersebut menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap sistem pendidikan berbasis teknologi, baik teknologi sebagai alat untuk mengajar maupun belajar antara murid dan guru. Menggunakan hasil tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Bogor mampu mengidentifikasi alat teknologi informasi dan komunikasi, seperti PC dan internet, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Bogor. Semua pemangku kepentingan, termasuk para pebisnis, perlu turut berpartisipasi dalam mendukung pendidikan di Indonesia. Dengan meningkatkan sistem pendidikan sejak dini, kita dapat memperkaya proses pembelajaran dan membentuk tenaga kerja masa depan yang siap dengan perangkat, alat, pola piker, dan lingkungan yang tepat untuk bekerja dalam dunia yang kerap berubah.

Sumber : https://biz.kompas.com

Posting Komentar

0 Komentar