Cloud Computing dan IoT, Bisa Jadi Solusi IKM di Masa Pandemi

 

Cloud Computing dan IoT, Bisa Jadi Solusi IKM di Masa Pandemi (ilustrasi)


Untuk memajukan sektor industri kecil menengah (IKM) dalam negeri di masa pandemi covid-19, pemanfaatan cloud computing dan internet of things (IoT) menjadi penting.

Hal ini disampaikan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Plt Direktur IKM, Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Kementerian Perindustrian Ratna Utarianingrum mengatakan pandemi covid -19 menjadi permasalahan dunia dengan adanya pembatasan sosial saat ini.

Diterapkannya social distancing, membuat pergesaran dalam gaya hidup, termasuk bisnis sehingga baginya perlu adanya sebuah solusi untfuk menanggapi hal ini.

“Ini yang menjadi concern Kemenperin guna menjaga proses bisnis industri khususnya IKM dengan memanfaatkan penggunaan teknologi berupa Cloud Computing maupun Internet of Things (IoT),” ujarnya dalam Seminar Nasional Startup4Industry (S4I) yang diselenggarakan secara virtual, pada Selasa dan Rabu (20-21/10).

Menurut Ratna, perkembangan teknologi informasi mendorong terciptanya banyak terobosan baru.

Salah satunya manfaat penggunaan cloud computing mulai dari keamanan digital yang digunakan, jaringan, pusat data, dan server yang mumpuni.

Selain itu, juga pemanfaatan dari sistem IoT yang menghubungkan teknologi, informasi dan komunikasi.

“Pemanfaatan dua sistem tersebut sangat berguna bagi kehidupan termasuk kegiatan bisnis. Betul sekali kalau sentuhan teknologi ini akan membawa dampak yang besar bagi bisnis, khususnya saat masa pandemi ini,” tuturnya.

Kemenperin, lanjutnya, berharap pemanfaatan cloud computing dan IoT dapat diimplementasikan dalam sektor industri manufaktur, terlebih dalam kondisi sekarang ini.

Ia menilai, kedua teknologi tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan atau hanya untuk industri besar, namun juga bisa diterapkan oleh IKM.

“Yang disoroti saat ini adalah kita masih memerlukan banyak provider teknologi cloud computing maupun IoT untuk menyelasaikan masalah industri manufaktur. Melalui S4I ini diharapkan dapat membentuk ekosistem solusi yang dapat menjembatani kebutuhan industri dan masyarakat,” imbuhnya.

Dalam Seminar Startup4Industry berjudul Cloud Computing for Making Indonesia 4.0 yang dihadiri oleh Datacomm Cloud Business, Zettagrid Indonesia, FLOU Cloud dan PT Arkana Solusi Teknologi membahas era digital di Indonesia.

Sutedjo Tjahjadi Managing Director Datacomm Cloud Business mengungkapkan pihaknya sudah memulai bisnis Cloud Computing ini sejak enam tahun lalu.

Faktanya, menurut Sutedjo, teknologi ini membuat semua pekerjaan menjadi serba praktis dan tidak perlu menggunakan infrastruktur yang besar.

Bahkan Cloud Computing dapat meminimalisir biaya pengeluaran perusahaan.

Tanpa disadari, masyarakat sehari-hari telah melakukan pertukaran informasi dan data menggunakan Cloud Computing.

“Era yang makin digital, komputer semakin menyentuh semua kehidupan kita terutama saat pandemi ini dan online menjadi suatu yang critical untuk dilakukan secara berkesinambungan dalam kehidupan kedepannya,” ungkapnya.

Dia menerangkan kesempatan di era teknologi ini sangat banyak sekali sehingga industri dalam negeri dapat percaya diri dan semaksimal mungkin ikut mengembangkan Making Indonesia 4.0 menuju 10 player terbesar di dunia.

“Kenapa kita confidence, karena kita punya engine, engine-nya adalah populasi di mana rata-rata anak muda,” ujarnya.

Mario Anthony, VP Sales and Business Development FLOU Cloud mengungkapkan pihaknya selaku cloud provider, transformasi digital menjadi suatu peran yang harus dilaksanakan dalam era digital ini.

Apalagi, FLOU Cloud memiliki infrastruktur yang mumpuni di seluruh Indonesia.

“Kita dipaksa harus digital saat ini dengan adanya satu agen yang bernama covid -19. Sesuai dengan arahan presiden, kami punya 3 program, yakni kami akan menggelar infrastruktur baik itu server, storage sampai connectivity,” terangnya.

Selain Cloud Computing, ada teknologi lain yakni Internet of Things atau biasa disebut (IoT).

Sekretaris Jenderal Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Fita Indah Maulani mengungkapkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh pihaknya pada 2015 lalu, perkembangan IoT akan masih bertumbuh secara masif hingga 2022.

Bahkan, secara global Asioti memproyeksikan 400 juta sensor dengan sistem IoT akan diterapkan pada tahun 2022.

Walaupun ia mengakui proyeksi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 20% akibat adanya pandemi.

“Terkait spending trend di dunia pada tahun 2020 masih terus berjalan walaupun sempat ada penurunan. Tetaapi secara keseluruhan masih akan terus naik dari tahun ke tahun sampai 2024,” ucap Fita.

Dia mengungkapkan ada peningkatan data analisis dan literasi yang disebabkan perubahan cara pelaksanaan forum group discussion (FGD) yang biasanya dilakukan dengan offline, sekarang harus dilakukan dengan online.

“Otomatisasi juga mulai meningkat dalam memudahkan koordinasi dalam menjalankan pekerjaan,” tambahnya.

Dari sisi ekonomi masih ada perlambatan ekonomi global, dan itu berdampak di setiap sektor. Namun, bagi Fita, ini menjadi peluang di Indonesia untuk menemukan kanal digital untuk berinteraksi dengan pelanggan.

“Tentu ini akan mengurangi gap pertumbuhan ekonomi dengan yang melek digital dengan yang bisnis offline dan telat melakukan migrasi ke bisnis online. Jadi saat berbicara solusi pintar berbasis IoT sebenarnya ada banyak aspek yang bisa kita sentuh,” ujarnya.

DycodeX yang merupakan perusahaan teknologi yang menawarkan solusi melalui sistem IoT.

Co-Founder sekaligus CEO DycodeX Andri Yadi mengatakan semua solusi yang dihadirkan pun dikerjakan di Indonesia dengan talenta dalam negeri.

“Solusi kami pendekatannya selalu dengan menggunakan IoT untuk data collector atau data supplier dan artificial intelligence (AI) untuk mengolah data yang telah di collect,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, industri 4,0 pada dasarnya fokus pada emerging technology yang salah satunya adalah penggunaan IoT. Disamping itu terdapat AI, quantum computing, bio tech, dan lain-lain.

Secara definisi, menurutnya IoT itu adalah infrastruktur global yang memungkinkan untuk mengembangkan layanan yang advance namun berbasis teknologi eksisting, seperti internet.

Berdasarkan Report IoT Analytics, dalam jangka pendek investasi untuk IoT sangat berkurang disertai dengan banyaknya penundaan proyek di bidang tersebut. Hal ini tentu disebabkan adanya pandemi covid -19.

“Permintaan solusi IoT juga akan berkurang terutama pada konsumen yang lebih memilih menggunakan uangnya untuk bertahan hidup dibandingkan dengan membeli device yang menghadirkan solusi ini,” papar Andri.

Kendati demikian, ia optimistis IoT akan semakin bersinar kedepannya terutama dalam jangka menengah.

Pasalnya, Andri melihat pemanfaatan IoT sangat relevan untuk diadaptasi dalam bisnis dan kehidupan.

Untuk itu, Kemenperin mengajak para pelaku startup untuk bergabung dalam kompetisi berbasis pemecahan masalah dengan menggunakan teknologi Cloud Computing dan IoT untuk memberikan solusi bagi dunia industri dan masyarakat yang saat ini tengah terdampak pandemi covid -19.

Untuk informasi lebih lanjut tentang kompetisi ini bisa mengunjungi laman resminya melalui www.startup4industry.id. (*)


sumber: https://www.grid.id/read/042399390/cloud-computing-dan-iot-bisa-jadi-solusi-ikm-di-masa-pandemi

Ayo Ikuti Event Online Bersama APTIKNAS. silahkan Cek di Eventcerdas.com


Posting Komentar

0 Komentar