Saat Teknologi Selamatkan Kekeringan di NTT

 

Foto: Sanspower

Loborui - Kekeringan yang dialami masyarakat Desa Loborui, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur, teratasi dengan pemanfaatan teknologi.

Sebelumnya, masyarakat setempat harus menempuh perjalanan hingga 2 km dengan menaiki bukit untuk mengambil air ke bendungan air (DAM) dengan cara memanggul jerigen. Adapun, kalau membeli air bersih, mereka harus merogoh kocek sebesar Rp 250.000 per tangki guna memenuhi kebuthan air.

Desa Loborui sendiri berada di salah satu pulau yang terletak di gugusan pulau terluar langsung berhadapan Samudera Hindia. Letak geografis ini yang membuat pulau ini tergolong pulau terisolasi dari luar.

Selain tergolong pulau kecil yang terisolasi, kondisi geografis pulau ini membuat Pulau Sabu Raijua menjadi salah satu pulau kering di Gugusan Pulau Nusa Tenggara, di mana curah hujan yang sangat minim sepanjang tahun 2019 hingga 2020 membuat kemarau berkepanjangan melanda pulau tersebut hingga saat ini. Diketahui, Desa Loborui terdiri dari 730 orang yang mayoritas pekerjaannya adalah petani.

Persoalan kekeringan dan kebutuhan air itu kemudian diatasi dengan dipasangnya pompa air tenaga surya oleh PT Java Surya Teknik (Sanspower). Melalui Yayasan Bhinneka Bhakti Nusantara (YBBN), membuat proyek sosial pompa air tenaga surya untuk pengadaan air bersih di Desa Loborui.

Project ini dikerjakan selama kurang lebih tiga bulan, dimulai dari pertengahan Agustus hingga selesai 7 November 2020. Diawali tahap perencanaan proyek hingga selesai proses pemasangan yang dilakukan tim Sanspower dan tim lapangan YBBN.

Melalui Yayasan Bhinneka Bhakti Nusantara (YBBN), membuat proyek sosial pompa air tenaga surya buatan Sanspower untuk pengadaan air bersih di Desa Loborui.Melalui Yayasan Bhinneka Bhakti Nusantara (YBBN), membuat proyek sosial pompa air tenaga surya buatan Sanspower untuk pengadaan air bersih di Desa Loborui. Foto: Sanspower

"Upaya berat ini semuanya demi air bersih. Kami sebelumnya harus berjalan jauh mendaki bukit rata-rata tiga sampai empat jam untuk memenuhi air satu jam. Setelah hadir teknologi, maka air dari DAM dipompa menuju tandon air yang letaknya dekat pemukiman kemudian didistrubusikan dengan pipa ke rumah warga," ujar Penanggungjawab Lapangan YBBN Tarsi dalam keterangannya.

Tarsi melanjutkan, teknologi selain membuat masyarakat tidak perlu mengambil air jauh mendaki bukit hari, juga membuat kebutuhan irigasi tanaman sudah bisa langsung menggunakan air yang dipompa dari DAM.

"Demikian pula untuk hewan-hewan ternak kami. Masyarakat Loborui juga sekarang sudah dapat menanam sayur yang dapat dikonsumsi pribadi bahkan bisa dijual. Dan anak-anak tidak perlu menyisihkan waktunya untuk membantu mengambil air, mereka dapat belajar dan bermain seharian," sambungnya.

Tarsi melanjutkan, teknologi dari Sanspower dinilai cocok diterapakan di desanya karena tidak perlu menggunakan energi listrik guna memompa air dari DAM ke pemukiman warga yang akses listrik yang belum ada di desa tersebut. Selain itu, desa tersebut merupakan desa dengan pancaran sinar matahari yang bagus sepanjang hari.

"Semoga ke depannya bisa dipasang filter air karena terkadang air dari DAM kotor dan tidak dapat langsung dikonsumsi," katanya.

Pastur Frans Leckner, salah satu tokoh masyarakat di Desa Loborui menambahkan, pihaknya sangat senang dengan kinerja Sanspower. Sebab, sekarang masyarakat tidak perlu berjalan berpuluh-puluh kilometer hanya untuk mengambil air.

"Anak-anak pun bisa belajar dan bermain tanpa memikirkan waktu mengambil air. Mereka hanya perlu membuka kran air di depan rumah untuk mengambil air. Sistem ini sangat membantu kami disini. Lihat mereka sekarang jadi sangat senang mandi," tuturnya.

Komisaris Sanspower Tiyo Aviyanto mengatakan, setelah implementasi di daerah terisolir, pihaknya memiliki visi ke depan penerapan teknologi berikutnya, yakni Internet of Things (IoT) untuk pompa sumur tersebut.

"Tahun ini kami telah membangun di beberapa lokasi, tahun 2021 kami yakin bisa membangun lebih banyak pompa tenaga surya di Indonesia. Sanspower juga sedang membangun produk berbasis IoT agar bisa memantau performa dan kinerja dari tiap pompa," pungkasnya.

Melalui IoT tersebut, sambung Avianto, maka semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat akan bisa memantau rekapitulasi produksi energi dari panel surya hingga memantau dari kejauhan berapa air yang dihasilkan dari tiap pompa.


sumber: https://inet.detik.com/cyberlife/d-5273256/saat-teknologi-selamatkan-kekeringan-di-ntt


Ayo Ikuti Event Online Bersama APTIKNAS. silahkan Cek di Eventcerdas.com

poster_DNA%2BNETWORK

Posting Komentar

0 Komentar