![]() |
Foto: PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) meraih penghargaan The Best Digitalization Enabler Enterprise dalam ajang CNBC Indonesia Award 2020.
Apresiasi dari CNBC Indonesia ini diterima secara langsung oleh Direktur Enterprise & Business Service Telkom Edi Witjara pada malam Penganugerahan CNBC Indonesia Award 2020 bertema "Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021" di Auditorium Menara Bank Mega Jakarta Selatan pada Kamis, (10/12/2020).
Dalam kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia, sejak menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Mlik Negara (BUMN), Erick Thohir setidaknya telah dua kali menyentil PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), untuk terbang lebih tinggi dan tak hanya bermain di layanan telekomunikasi.
Sentilan pertama disampaikan pada Februari lalu dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI ketika Erick meminta Telkom mempercepat transformasi bisnisnya di era digital. "Jadi saya ingin mereka bisa mentransformasi diri dengan yang terjadi di era digital, kekuatan Telkom luar biasa, jaringan dan database," ujarnya.
Sentilan kedua disampaikan baru-baru ini ketika Erick membuka acara 25th Telkom IPO Anniversary, pada Kamis (19/11/2020) yang disiarkan secara virtual. Dia berharap, nilai kapitalisasi pasar (market cap) Telkom bakal meningkat menjadi Rp 450 triliun.
"Kalau dulu nilai kapitalisasi pasar Rp 450 triliun, saya mau di bawah pimpinan komisaris dan direksi sekarang, valuasi Telkom harus sama kembali," tuturnya, mengacu para market cap ketika Telkom mencatatkan dual listing di bursa New York (NYSE) 25 tahun yang lalu.
Telkom menjadi satu-satunya BUMN yang dual listing di NYSE. Di BEI, saham perseroan mencetak kapitalisasi pasar sebesar Rp 327 triliun, setelah akhir tahun sempat di kisaran Rp 350 triliun. Krisis pandemi menekan harga saham TLKM sebesar 16,7% (sepanjang tahun berjalan).
Investor, sebagaimana disinggung Erick, bakal mengapresiasi kebijakan stategis dalam jangka menengah dan jangka panjang yang bakal menjadi "ladang minyak" baru penghasil keuntungan. Dia mengacu pada pengembangan layanan digital dan teknologi 4.0 yang selama ini belum digarap secara masif oleh Telkom.
Telkom membagi bisnis digitalnya menjadi 3 domain. Pertama, konektivitas digital yakni Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN), Network Function Virtualization (NFV), dan satelit. Kedua, layanan digital ke perusahaan dan pelanggan rumah tangga.
Ketiga, platform digital yang meliputi pusat data (data center), komputasi awan (cloud), internet segala-rupa (internet of things/IoT), data besar (big data), keamanan siber (cybersecurity), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Saat ini, Telkom masih mengandalkan pendapatannya dari anak usahanya yakni Telkomsel, dengan kontribusi sebesar 65,8% (per Juni 2020). Kontributor kedua berasal dari lini bisnis jaringan broadband Indihome sebesar 15,5%, bisnis enterprise (11,5%), dan wholesale (10,2%).
Jika ingin mendongkrak kinerjanya secara drastis dan menarik investor memegang saham perseron, sebagaimana diamanatkan Erick Thohir, Telkom tidak bisa mengandalkan pertumbuhan organik dar Telkomsel. Lompatan harus dilakukan, dengan menggenjot lini bisnis lain yang sedang bertumbuh pesat, yakni digital.
Sentilan pertama disampaikan pada Februari lalu dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI ketika Erick meminta Telkom mempercepat transformasi bisnisnya di era digital. "Jadi saya ingin mereka bisa mentransformasi diri dengan yang terjadi di era digital, kekuatan Telkom luar biasa, jaringan dan database," ujarnya.
Sentilan kedua disampaikan baru-baru ini ketika Erick membuka acara 25th Telkom IPO Anniversary, pada Kamis (19/11/2020) yang disiarkan secara virtual. Dia berharap, nilai kapitalisasi pasar (market cap) Telkom bakal meningkat menjadi Rp 450 triliun.
"Kalau dulu nilai kapitalisasi pasar Rp 450 triliun, saya mau di bawah pimpinan komisaris dan direksi sekarang, valuasi Telkom harus sama kembali," tuturnya, mengacu para market cap ketika Telkom mencatatkan dual listing di bursa New York (NYSE) 25 tahun yang lalu.
Telkom menjadi satu-satunya BUMN yang dual listing di NYSE. Di BEI, saham perseroan mencetak kapitalisasi pasar sebesar Rp 327 triliun, setelah akhir tahun sempat di kisaran Rp 350 triliun. Krisis pandemi menekan harga saham TLKM sebesar 16,7% (sepanjang tahun berjalan).
Investor, sebagaimana disinggung Erick, bakal mengapresiasi kebijakan stategis dalam jangka menengah dan jangka panjang yang bakal menjadi "ladang minyak" baru penghasil keuntungan. Dia mengacu pada pengembangan layanan digital dan teknologi 4.0 yang selama ini belum digarap secara masif oleh Telkom.
Telkom membagi bisnis digitalnya menjadi 3 domain. Pertama, konektivitas digital yakni Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN), Network Function Virtualization (NFV), dan satelit. Kedua, layanan digital ke perusahaan dan pelanggan rumah tangga.
Ketiga, platform digital yang meliputi pusat data (data center), komputasi awan (cloud), internet segala-rupa (internet of things/IoT), data besar (big data), keamanan siber (cybersecurity), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Saat ini, Telkom masih mengandalkan pendapatannya dari anak usahanya yakni Telkomsel, dengan kontribusi sebesar 65,8% (per Juni 2020). Kontributor kedua berasal dari lini bisnis jaringan broadband Indihome sebesar 15,5%, bisnis enterprise (11,5%), dan wholesale (10,2%).
Jika ingin mendongkrak kinerjanya secara drastis dan menarik investor memegang saham perseron, sebagaimana diamanatkan Erick Thohir, Telkom tidak bisa mengandalkan pertumbuhan organik dar Telkomsel. Lompatan harus dilakukan, dengan menggenjot lini bisnis lain yang sedang bertumbuh pesat, yakni digital.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20201210204509-17-208276/telkom-raih-the-best-digitalization-enabler-enterprise
Ayo Ikuti Event Online Bersama APTIKNAS. silahkan Cek di Eventcerdas.com
0 Komentar