Tiga Lapisan Ruang Siber yang Sering Diintai Hacker

 

Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam diskusi virtual #CyberCorner "Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?", Selasa (8 Desember 2020) yang diadakan oleh Cyberthreat.id melalui platform telekonferensi Jumpa.id. | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Andi Nugroho

Cyberthreat.id – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menjelaskan bahwa ruang lingkup dunia siber terdiri atas tiga lapisan, yaitu jaringan fisik, jaringan logika, dan persona siber.

Pada lapisan jaringan fisik mencakup perangkat-perangkat keras yang terhubung dengan internet, seperti komputer, smartphone, alat penyimpanan data, dan perangkat internet of things (IoT).

“Infrastruktur fisik menjadi instrumen penting dalam pengoperasian ruang siber,” ujar Hinsa dalam diskusi virtual #CyberCorner bertajuk "Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?", Selasa (8 Desember 2020) yang diadakan oleh Cyberthreat.id melalui platform telekonferensi Jumpa.id.

Untuk mengoneksikan jaringan satu dengan yang lain dalam sebuah pemrograman dibutuhkanlah lapisan kedua, yaitu jaringan logika. Jaringan ini, kata Hinsa, sering disebut dengan jaringan perantara atau perangkat lunak (software) yang terhubung dengan jaringan fisik.

“Terakhir, adalah lapisan persona siber yang merupakan representasi digital dari aktor atau identitas pengguna di ruang siber,” ujar Hinsa.

Sementara, terkait dengan serangan siber, Hinsa menjelaskan, serangan terbagi dalam dua sifat, yaitu serangan sosial dan teknis.

Serangan sosial adalah upaya untuk mempengaruhi manusia pada dan melalui ruang siber, cenderung berkaitan erat dengan perang politik, perang informasi, perang psikologi, dan propaganda.

Sementara, serangan teknis lebih ditujukan menyerang jaringan logika melalui berbagi metode untuk mendapatkan akses ilegal, mencuri informasi, atau memasukkan malware yang bisa merusak jaringan fisik dan persona siber (pengguna internet).

Menurut Hinsa, serangan teknis meliputi tiga subspektrum, yaitu intensitas tinggi, sedang, dan rendah.

Ciri-ciri serangan berintensitas tinggi, kata Hinsa, penyerang menggunakan metode-metode canggih seperti malware yang dirakit dengan kemampuan tingkat tinggi seperti logic bomb atau zero-day exploit.

Serangan tipe ini menargetkan pada sistem kontrol industri (SCADA), seperti layanan listrik dan lainnya, sehingga dapat melumpuhkan infrastruktur informasi vital nasional sebuah negara.

Lalu, serangan intensitas sedang mencakup akses ilegal ke dalam sistem informasi. "Contohnya, hacking, malware, trojan, virus, worms, atau rootkit, dengan tujuan untuk memanipulasi informasi atau tujuan lain termasuk pemerasan," ujarnya.

Terakhir, Hinsa mejelaskan, serangan intensitas rendah berwujud propaganda, mempermalukan/mengganggu, dan atau menghilangkan kepercayaan publik terhadap target.

"Contohnya, web defacementdoxing (pengambilan informasi rahasia dari individu/organisasi/negara), Denial of Service (DoS), hacking akun media sosial, dan Distributed Denial of Service (DDoS)," ujar Hinsa.

Hinsa pun membeberkan bahwa serangan siber yang menyasar Indonesia sebanyak kurang lebih 423 juta serangan sejak Januari hingga November 2020. "Jumlah ini lebih banyak hampir 3 kali lipat dengan jumlah serangan periode yang sama di tahun lalu," katanya.

Kendati demikian, kata dia, BSSN telah mengambil beberapa langkah strategis dalam mewujudkan keamanan dan ketahanan siber nasional, antara lain menyusun strategi keamanan siber nasional, pembangunan pasukan yang mengamankan infrastruktur siber di kementerian/lembaga melalui Computer Security Incidents Response Team (CSIRT), danpengembangan SDM melalui penyusunan peta okupasi nasional.

#CyberCorner merupakan agenda diskusi virtual yang diadakan oleh Cyberthreat.id, portal berita cybersecurity. Diskusi ini bakal hadir menjadi agenda rutin diskusi virtual ke depan dengan topik seputar dunia siber dan ancamannya.

Dalam diskusi perdana yang dimoderatori Pemimpin Redaksi Cyberthreat.id, Nurlis Effendi, hadir sebagai pembicara Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN Anton Setiyawan, Pakar Hukum Telematika Edmon Makarim, dan Pakar Forensik Digital Ruby Alamsyah.

Acara ini juga diikuti sekitar 250 peserta dari kalangan umum, dosen dan mahasiswa dari berbagai universitas, seperti Universitas Malahayati Bandar Lampung, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Kotabumi, STMIK Prabumulih, dan IIM Surakarta.[]


sumber: https://cyberthreat.id/read/9530/Tiga-Lapisan-Ruang-Siber-yang-Sering-Diintai-Hacker


Ayo Ikuti Event Online Bersama APTIKNAS. silahkan Cek di Eventcerdas.com

poster_DNA%2BARTIFICIAL%2BINTELLIGENCE

Posting Komentar

0 Komentar