Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan pada 2017 lalu bakal dievaluasi oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Anggota Dewan Energi Nasional Satya W. Yudha mengatakan pencapaian RUEN ini menemui banyak kendala, terutama sejak 2020 sebagai imbas dari pandemi Covid-19.
Menurutnya, terkait dengan ketahanan energi, ada beberapa unsur yang harus menjadi perhatian, yakni ketersediaan pasokan, infrastruktur, serta keterjangkauan harga (affordability). Menurutnya, unsur keterjangkauan ini terkait dengan daya beli masyarakat yang juga perlu menjadi perhatian pemerintah jika mau beralih ke energi baru terbarukan (EBT).
"Affordability, daya beli ini yang perlu diketahui secara pasti, transisi dari fosil ke EBT apakah bisa affordable (terjangkau)," jelasnya dalam 'Indonesia Energy Transition Outlook 2021', Selasa (26/01/2021).
Namun demikian, menurutnya dengan adanya teknologi, ini bisa membuat EBT semakin kompetitif dan menjadi lebih murah. Menurutnya, EBT sudah menunjukkan satu tendensi yang bagus meskipun belum bisa menjadi penopang beban dasar (base load).
"Target bauran 23% tahun 2025 menurut saya berat. Tapi teknologi bisa drive EBT agar bisa kompetitif," ujarnya.
Menurutnya, salah satu pasal dalam Peraturan Presiden No.22 tahun 2017 tentang RUEN juga menyebutkan bahwa RUEN ini memungkinkan untuk dikaji kembali.
"Ada satu pasal yang kemungkinan ini bisa di-review tiap lima tahun kalau ada asumsi makro yang tidak cocok," ungkap Satya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pembangkit listrik yang bersumber dari EBT pada 2020 hanya meningkat tipis 1,71% atau bertambah 176 mega watt (MW) ke posisi 10.467 mega watt (MW) dari 10.291 MW pada 2019.
Penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT baru pada 2020 ini bisa dikatakan lebih kecil dibandingkan penambahan kapasitas pada tahun-tahun sebelumnya, di mana pada 2019, tambahan kapasitas baru mencapai 503 MW, pada 2018 bertambah 409 MW, dan 2017 bertambah 393 MW.
Dia menyebutkan, tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT pada 2020 tersebut di antaranya karena beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso berkapasitas 66 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Merauke 3,5 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Sion 12,1 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap 13,4 MW.
Arifin mengatakan, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional sudah ditetapkan target bauran energi sebesar 23% pada 2025. Oleh karena itu, menurutnya pemerintah terus berupaya mendorong penambahan kapasitas EBT.
"Total pembangkit listrik EBT di tahun 2020 10.467 MW dan di tahun 2021 kita targetkan kapasitas terpasang EBT 12.009 MW," ungkapnya saat konferensi pers Capaian Kinerja Sektor ESDM 2020 dan Rencana Kerja 2021, Kamis (07/01/2021).
Sumber: https.cn://wwwbcindonesia.com/news/20210126163132-4-218875/harga-energi-terbarukan-mahal-daya-beli-harus-dipikirkan
Mari lihat dan pelajari SMART MANUFACTURING dengan solusi ADVANTECH 04 Feb 2021 - segera daftar di EVENTCERDAS.COM / https://s.id/eventcerdas4feb #aptiknas #eventcerdas #smartmanufacturing #smartfactory #advantech
0 Komentar