Arcandra Ungkap 6 Penyebab Perusahaan Migas Eropa Beralih ke Energi Terbarukan


Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar angkat bicara soal banyaknya perusahaan migas internasional (International Oil Company/IOC) di Eropa yang mulai beralih ke bisnis energi terbarukan (ET). Padahal secara bisnis, margin dari ET jauh lebih rendah daripada migas.

Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) menyimpulkan bahwa cost of capital untuk bisnis migas berada di sekitar 7 persen, sementara untuk perusahaan utility dan power di sekitar 4 persen (ET). Selain cost of capital yang tinggi, perusahaan migas berharap return on investment (ROI) mereka sekitar 3,9 persen di atas cost of capital, sementara perusahaan utility dan power bisa menerima ROI sekitar 2,3 persen di atas cost of capital mereka.
Arcandra pun membahas faktor-faktor yang mendorong IOC Eropa mulai beralih ke bisnis ET.
"Pertama, saat ini cadangan migas yang besar dan memungkinkan untuk dikembangkan secara efisien berada di negara yang semakin maju dalam pengelolaan dan pengembangan migas. Seperti di Timur Tengah, Venezuela, Libya, Rusia dan Iran. Di negara-negara tersebut, IOC sulit untuk masuk karena industri migas dikuasai oleh National Oil company di negara masing masing. Semangat untuk mengembangkan sumber daya alam secara mandiri dan sistem politik yang dipakai, menjadi tantangan yang tidak mudah bagi IOC Eropa seperti Shell, Total, BP, Equanor, dan lain-lain," ujar Arcandra seperti dikutip dari akun Facebook resminya, Selasa (9/5). Kedua, pendanaan untuk eksplorasi dan produksi migas semakin sulit dibandingkan dengan ET. Jika ada lembaga keuangan yang mendanai proyek migas, mereka akan mengenakan biaya yang tinggi. Ini sejalan dengan risiko bisnis migas yang juga terus meningkat.
"Ketiga, carbon tax. Di Eropa setiap produksi karbon dikenakan pajak antara EURO 1/ton dan EURO 100/ton. Besaran pajak yang harus dibayar perusahaan migas ini akan sangat memberatkan. Apalagi dengan risiko bisnis migas yang sangat tinggi," ungkapnya.
Keempat, dengan level harga minyak saat ini dan prediksi ke depan, banyak proyek migas tidak lagi menguntungkan. Artinya risiko bisnis yang makin lama makin tinggi mengakibatkan financial risk juga naik. Selama tahun tahun 2020 misalnya, Shell melakukan writedown asetnya sekitar USD 22 miliar, sementara ExxonMobile USD 20 miliar.
"Kelima, adanya kebutuhan dari negara-negara yang selama ini sangat bergantung dari impor minyak seperti China, Jepang dan India untuk lebih independen dari sisi energi. Negara dengan populasi besar itu mulai banyak berinvestasi di ET sehingga IOC melihatnya sebagai peluang bisnis baru," papar Arcandra.
Keenam, banyak perusahaan migas di Eropa merasa khawatir terhadap sikap kritis masyarakat terhadap faktor pencemaran lingkungan yang sering ditujukan kepada mereka.
"Situasi yang bisa mendorong berbagai class action tersebut menjadi sentimen negatif bagi pelaku usaha migas. Sebelum class action terjadi, mereka secara perlahan mulai beralih ke bisnis ET," tutupnya. Sumber: https://kumparan.com/kumparanbisnis/arcandra-ungkap-6-penyebab-perusahaan-migas-eropa-beralih-ke-energi-terbarukan-1v8wcGs2zEq/full

Posting Komentar

0 Komentar