Bandara di Bali Rencana Manfaatkan Energi Terbarukan, PLN: Tidak Mudah


Angkasa Pura I menarget Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali untuk memperoleh sertifikat sistem manajemen energi ISO 50001:2018. Informasi ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Faik Fahmi, melalui rilis pada Jumat (19/2/2021) lalu. 

Stakeholder Relation Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Taufan Yudhistira, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya siap menjadi bandara pertama yang dipilih dan ditarget oleh Angkasa Pura I untuk proses Sertifikasi ISO 50001 : 2018.

1. Pihak Bandara Ngurah Rai sedang dilakukan koordinasi dengan Kantor Pusat di Jakarta

Taufan Yudhistira mengungkapkan saat ini pihak Bandara Ngurah Rai sedang dilakukan koordinasi dengan Kantor Pusat di Jakarta, khususnya terkait langkah-langkah yang akan diterapkan untuk pemanfaatan energi terbarukan tersebut.

“Tentunya, Bandara I Gusti Ngurah Rai selalu berusaha untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup. Melalui penerapan konservasi energi dan pemanfaatan energi berkelanjutan. Konsumsi energi listrik di Bandara Ngurah Rai saat beroperasi normal sekitar 7.4 Mega Watt hour per bulan,” jelasnya pada Senin (22/2/2021).

2. Bandara I Gusti Ngurah Rai dipilih karena termasuk bandara dengan aktivitas tersibuk

Menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Faik Fahmi, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali terpilih dalam program ini karena merupakan salah satu bandara dengan aktivitas tersibuk. Peningkatan operasional bandara tentu berdampak pada peningkatan konsumsi energi, baik penggunaan energi listrik, maupun energi bahan bakar minyak (BBM).

Dalam pelaksanaannya, Angkasa Pura I bekerja sama dengan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia. Langkah ini diharapkan bisa menjadi upaya konservasi dan penghematan energi yang nyata untuk mendukung bandara ramah lingkungan atau green airport. 

3. Instruksi untuk rencana aksi telah diterbitkan

Manajemen Angkasa Pura I juga telah menerbitkan instruksi tentang langkah-langkah penurunan gas emisi rumah kaca di bandara yang dikelolanya. Instruksi ini memuat rencana aksi untuk mendukung konservasi energi, seperti pemanfaatan energi baru terbarukan melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga surya, penggunaan lampu penerangan jalan solar cell, lampu LED, dan peralatan hemat energi lainnya yang mendukung kegiatan operasional bandara.

“Untuk dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup. Hal ini juga menjadi salah satu misi perusahaan,” jelas Faik Fahmi dalam rilis tersebut.

4. PLN UTD Bali sebut perlu ada regulasi dan investasi yang besar

Kepala Sub Bagian Humas PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi (PLN UID) Bali, I Made Arya, mengungkapkan bahwa selama ini Bandara Ngurah Rai tidak pernah bermasalah dengan pembayaran listrik. Pembayaran selalu dilakukan tepat waktu yakni sebelum batas akhir tanggal 20 setiap bulannya.

“Untuk bandara tidak pernah ada masalah terkait tunggakan listrik,” ungkapnya.

Menyikapi rencana penerapan konservasi energi dan pemanfaatan energi berkelanjutan di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, PLN menilai pergantian ini tidaklah mudah. Untuk mewujudkannya, diperlukan regulasi hingga investasi yang besar.

“Untuk melakukan pergantian dari PLN menjadi energi listrik terbarukan, bukanlah hal yang mudah. Perlu regulasi dan investasi yang besar dan kajian terkait dengan kehandalan listriknya untuk memasok bandara yang saat ini merupakan jaringan VIP PLN,” jelasnya pada Senin (22/2/2021).

Pihak PLN telah melakukan workshop dengan Angkasa Pura membahas rencana ke depan untuk menggunakan kendaraan electrik sebagai transportasi di bandara sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019.

“Ke depan PLN akan mengembangkan layanan Total Solusi untuk PLTS. PLN berharap bahwa PLN mampu menjadi pilihan pelanggan dalam penyediaan energi bersih dan tentunya akan membantu menurunkan Biaya Pokok Penyediaan Listrik di Bali,” ungkapnya.

5. Pemanfaatan konservasi energi di Bandara Ngurah Rai dinilai keputusan yang tepat

Menanggapi rencana ini, seorang warga asal Kabupaten Badung, Rian Miqo, mengungkapkan bahwa penggunaan tenaga surya atau solar cell di Bandara I Gusti Ngurah Rai bisa menjadi solusi kebutuhan energi di bandara. Selain itu dapat pula menjadi ikon baru bagi Bali yang sangat peduli akan kelangsungan energi ke depannya. Hanya saja dalam penerapannya, perlu dibuat sebuah kajian atas kelayakan serta keamanannya bagi penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

“Sepengetahuan saya, solar cell memiliki pantulan cahaya. Kalau penggunaan lampu LED memang sudah seharusnya dilakukan mengingat daya listrik dari lampu LED cukup kecil dengan intensitas cahaya yang cukup baik. Lampu LED memiliki usia penggunaan yang lebih panjang sehingga tentu nya dapat menghemat biaya listrik dan pemeliharaan. Di saat-saat seperti ini, harusnya kita banyak berbenah guna perbaikan yang lebih baik lagi,” jelasnya pada Senin (22/2/2021).

Warga Kota Denpasar, Sonny Tumbelaka, juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, konservasi energi sama dengan penghematan. Semua sektor memiliki peluang penghematan hingga 35 persen.

“Teorinya seperti itu. Nah, pemanfaatan energi dengan lebih efisien dapat dicapai melalui penggunaan teknologi hemat energi, penerapan budaya hemat energi, penerapan konversi energi meliputi perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan pemanfaatan energi. Dengan demikian, pemanfaatan konservasi energi di Bandara Ngurah Rai adalah suatu ide atau keputusan yang sangat baik,” ungkapnya.

Sumber: https://bali.idntimes.com/news/bali/ayu-afria-ulita-ermalia/bandara-di-bali-rencana-manfaatkan-energi-terbarukan







Posting Komentar

0 Komentar