Mengenal Pohon Nyamplung, Alternatif Potensial Sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan


Pohon nyamplung masuk ke dalam marga Callophylum tersebar di berbagai belahan dunia.

Tumbuhan nyamplung dapat tumbuh dengan baik di daerah sub tropis dan tropis termasuk di Indonesia.

Sebaran jenis nyamplung di Indonesia mulai dari Sumantra Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulewesi, Maluku, Nusa Tengara, dan Papua.

Tumbuhan nyamplung dapat tumbuh di daerah panas, dataran rendah, dan sebagian besar tumbuh di pinggiran pantai. Tumbuhan ini memliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah, pasir, lumpur, maupun tanah yang telah mengalami degradasi.

Nyamplung sendiri dapat tumbuh pada ketinggian sampai 800 m di atas permukaan laut.

Di Indonesia, nyamplung memiliki nama lokal masing-masing contohnya di Pulau Sumatera disebut bintangur, bintol, dan penaga. Di Pulau Jawa disebut bunut, nyamplung, dan punaga.

Tumbuhan nyamplung merupakan pohon yang bertajuk rimbun dengan tinggi mencapai 10-30 m, batangnya bewarna cokelat. Memiliki getah lekat berwarna putih atau kuning.

Tumbuhan nyamplung menghasilkan buah yang berbentuk bulat dengan diameter 2,5 – 3,5 cm dengan bakal buah umumnya berwarna merah.

Buah nyamplung yang masih muda bewarna hijau, sedangkan buah yang sudah tua berwarna kekungingan.

Buah nyamplung yang menghasilkan biji merupakan salah satu bahan baku ernergi terbarukan yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel.

Biji nyamplung inilah yang dapat diolah menjadi produk minyak dan berbagai macam produk lainnya, dengan prospek pemasaran menjanjikan.

Kandungan dari minyak biji nyamplung mengandung kadar oktan cukup tinggi dibandingkan beberpa tanaman penghasil biofuel lainnya.

Kandungan minyak pada biji nyamplung sebesar 40 – 73 persen, sedangkan untuk tanaman biofuel lainnya seperti jarak pagar sebesar 40 – 60 persen, dan kelapa sawit sebesar 46 – 54 persen.

Kelebihan tumbuhan nyamplung ini sebagai bahan baku BBN adalah kandungan minyak dari biji nyamplung sangat tinggi.

Penggunaan minyak nyamplung sebagai BBN dapat dalam bentuk biodiesel lebih ramah lingkungan.

Namun penggunaan biodiesel dari minyak nyamplung masih belum diterapkan secara operasional karena harganya masih lebih mahal dari harga BBM solar.

Secara operasional, penggunaan minyak nyamplung murni menjadi alternatif yang lebih potenisal sebagai bahan baku energi Secara teknis, minyak nyamplung murni dapat digunakan sebagai BBN penganti solar.

Namun, kekentalan dan kadar asam lemak bebas yang tinggi serta adanya senyawa pengotor masih menjadi kendala.

Sehingga perlunya penelitian terus menerus dalam pengembangannya tumbuhan nyamplung ini sebagai alternatif bahan baku energi terbarukan.

Sumber: https://malangterkini.pikiran-rakyat.com/sains/pr-1251360656/mengenal-pohon-nyamplung-alternatif-potensial-sebagai-bahan-baku-energi-terbarukan

Posting Komentar

0 Komentar