Panen Energi Terbarukan dengan Jaga Kelestarian Air dan Hutan


Bagi warga Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), keberadaan Sungai Mengaji sangat vital. Sungai yang memiliki hulu di lereng sebelah barat daya Gunung Slamet itu menjadi tumpuan bagi penduduk setempat. Mereka memanfaatkan mata air yang mengalir ke sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi areal pertanian. Sedangkan air sungai digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik.

Warga setempat, Budi, mengatakan sejak tahun 1990-an, warga setempat juga mengenal turbin yang digerakkan melalui dinamo dan penggeraknya adalah aliran air Sungai Mengaji. Bagi, warga dusun yang terpencil dan waktu itu masih belum terjamah PLN, maka mereka sangat bahagia.

“Peralatannya sederhana, masing-masing keluarga biasanya memiliki satu turbin kayu. Dari tempat itu, kemudian aliran listrik dibawa ke rumah masing-masing, untuk menghidupkan lampu. Waktu itu sudah sangat gembira, karena dusun ini kan terpencil dan jelas belum masuk jaringan PLN,”jelasnya pada Sabtu (20/3/2021).

Bertahun-tahun lamanya, warga di Dusun Pesawahan menggantungkan energi listrik yang bersumber dari aliran sungai. Memang, ada banyak kelemahan ketika menggunakan turbin kayu dan dinamo. “Ya, karena sederhana, maka aliran listriknya kadang tidak stabil. Dan kalau ada gangguan sampah dan air terlalu deras mengalirnya juga bermasalah. Namun, warga tidak memiliki pilihan lain ketika itu. Konsekuensinya adalah warga harus sering-sering ke sungai untuk melihat instalasi. Hampir setiap hari,”ungkapnya mengenang.

Perubahan terjadi ketika tahun 2010 silam, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Baik turbin kayu dan PLTMH sama-sama memanfaatkan arus Sungai Mengaji untuk menghasilkan listrik. Pemprov Jateng membangun PLTMH Pesawahan karena melihat potensi Sungai Mengaji yang mengalir sepanjang tahun, bahkan ketika musim kemarau sekalipun. Kapasitas daya listrik yang terpasang mencapai 25 Kilowatt (Kw). Dengan kapasitas itu, mampu mencukupi kebutuhan listrik baik untuk penerangan, televisi bahkan kulkas dan mesin cuci. Semuanya kebutuhan rumah tangga tercukupi dengan suplai listrik PLTMH setempat.

Penerima manfaat dari PLTMH Pesawahan tidak hanya rumah-rumah milik warga, melainkan juga fasilitas umum, salah satunya adalah sekolah alternatif di dusun setempat yakni MTs Pakis Pesawahan. Kepala MTs Pakis Pesawahan Isrodin mengatakan ketika didirikan tahun 2013 lalu, sekolah tersebut tidak lagi kesulitan penerangan untuk sekolah, menyalakan komputer dan mengisi baterai laptop. “Sewaktu kami memulai membuka sekolah di sini, suplai listrik sudah ada. Meski waktu itu, PLN juga belum masuk, namun tidak bingung. Sampai sekarang, kami menjadi pelanggan tetap PLTMH Pesawahan,”katanya.

Ia mengatakan setiap bulannya, sekolah setempat hanya membayar Rp100 ribu. Bayaran listrik dari sekolah disampaikan kepada pengurus PLTMH. “Tarif listrik dari PLTMH Pesawahan relatif murah. Setiap bulan, kami hanya membayar kisaran Rp100 ribu. Karena sekolah meminta kapasitas 900 VA, maka abonemennya Rp8 ribu. Sedangkan untuk per KWh meter, Rp700,”ujar Isrodin.

Dikelola Mandiri

Sejak dibangun tahun 2010 lalu, masyarakat Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah membentuk kelompok. Namanya Kelompok PLTMH Tirta Mengaji. Inilah kelompok yang mengelola hal-hal yang berhubungan dengan PLTMH, mulai dari instalasi, pelanggan dan iuran. Ketua Kelompok PLTMH Tirta Mengaji Ali Maksur mengatakan bahwa kelompok bertugas untuk mengurus PLTMH. “Saat ini ada beberapa orang pengurus, salah satu tugasnya adalah melakukan pemeliharaan rutin dan mengurus iuran warga pelanggan,”ujarnya.

Dengan adanya PLTMH, maka masyarakat tidak lagi repot ke sungai untuk membenahi instalasi atau kabel yang putus. Pada saat musim penghujan juga tidak khawatir dengan arus deras. Hanya, pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah membersihkan aliran air ke pipa PLTMH agar tidak tertutup sampah. “Jelas, dengan kehadiran PLTMH, warga sangat gembira. Buktinya, mereka langsung menjadi pelanggan PLTMH,”katanya.

Di Dusun Pesawahan, warga bisa memilih dua kapasitas daya terpasang yakni 450 VA dan 900 VA. Perhitungannya memang berbeda. Untuk daya yang dipasang 450 VA, maka abonemennya ditetapkan Rp4 ribu. Sedangkan pelanggan dengan 900 VA, biaya abonemen Rp8 ribu. Namun demikian, untuk bayaran per KWh tetap sama yakni Rp700 per KWh. “Kalau dari warga dengan memasang 450 VA, iurannya paling hanya Rp30 ribu. Namun untuk fasilitas umum seperti sekolah yang memasang 900 VA iurannya sekitar Rp100 ribu. Setiap builan, kami dapat mengumpulkan dari 90 pelanggan dengan nilai Rp1,5 juta,”jelas Ali.

Ia mengatakan bahwa uang iuran tersebut dipakai untuk pemeliharaan dan telah berjalan dengan baik. Terbukti, setelah 11 tahun berjalan, PLTMH Pesawahan masih tetap mampu menyuplai kebutuhan listrik Dusun Pesawahan.

“Pemeliharaan dilakukan agar instalasi tetap mampu bertahan lama serta memastikan jaringan listrik ke rumah-rumah penduduk aman. Pernah juga PLTMH mengalami kerusakan. Setelah diperbaiki, biayanya mencapai Rp60 juta. Memang cukup besar biayanya, namun dapat ditutup dengan iuran swadaya yang setiap bulan ditarik dari warga. Masing-masing warga memang berbeda-beda bayarnya, sesuai dengan pemakaian, karena di sini juga menggunakan KWh meter dan dicatat oleh petugas setiap bulannya,” papar Ali.

Warga juga sangat support kepada pengelola, karena mereka merasakan manfaat kehadiran PLTMH. Dengan adanya PLTMH, tidak ada bedanya dengan listrik dari PLN, karena bisa untuk menyalakan televisi, kulkas, mesin cuci, rice cooker dan komputer. Bahkan, PLTMH juga memasok ke sekolah, musala, warung-warung dan tempat wisata Telaga Kumpe.

Ali mengatakan bahwa selain pemeliharaan yang rutin dilakukan, syarat utama energi berkelanjutan adalah menjaga lingkungan khususnya hutan. Aliran Sungai Mengaji yang berhulu di lereng selatan Gunung Slamet harus terus dijaga terutama keberadaan hutannya. Tanpa hutan, mustahil aliran Kali Mengaji masih tetap lancar sepanjang zaman. “Warga menyadari hal itu, sehingga melestarikan kawasan hutan di wilayah setempat jadi sebuah kewajiban. Kalau hutan mengalami kerusakan, maka dampaknya bakal luas dan panjang,”katanya.

Dusun Pesawahan yang telah membuktikan mampu menjaga kelestarian air sehingga menghasilkan energi terbarukan diganjar penghargaan sebagai Desa Mandiri Energi tahun 2017 silam tingkat Provinsi Jateng. Tidak salah, karena sudah sejak puluhan tahun, warga setempat memanfaatkan aliran sungai untuk dapat menghasilkan energi.

Ditemui terpisah, Kepala Kantor Cabang Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Jateng wilayah Slamet Selatan Muhammad Sholeh mengungkapkan bahwa sungai-sungai yang ada di Banyumas potensial dikembangkan menjadi PLTMH dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM).

“Dari survei yang dilakukan, potensinya ratusan Kilowatt (KW) hingga belasan Megawatt (MW). Ada yang telah dimanfaatkan, baik secara mandiri masyarakat maupun secara komersial. Potensinya masih cukup besar, sehingga masih dapat terus dikembangkan,” katanya.

Sementara Kepala Seksi Energi Kantor Cabang Dinas ESDM Jateng wilayah Slamet Selatan Saptono Purwo menambahkan syarat utama listrik yang memanfaatkan aliran sungai adalah tercukupinya aliran airnya sepanjang tahun, termasuk ketika musim kemarau datang. Potensi air yang digunakan PLTMH di bawah 1 MW, sedangkan PLTM bisa lebih dari 1 MW.

“Kami meminta masyarakat untuk tetap menjaga potensi yang telah ada, caranya adalah dengan menjaga lingkungan dan hutan di kawasan aliran sungai maupun daerah hulu. Sampai sekarang, kondisinya masih bagus karena daya dukung liingkungan yang baik,”jelasnya.

Dusun Pesawahan menjadi contoh bagaimana kampung setempat mampu mencukupi kebutuhan listrik secara mandiri. Kecukupan itu terus diikhtiarkan dengan menjaga hutan agar air mengalir sepanjang waktu demi memanen energi terbarukan.

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2021/03/27/panen-energi-terbarukan-dengan-jaga-kelestarian-air-dan-hutan/








Posting Komentar

0 Komentar