Bisnia Tambak Udang Gunakan Teknologi , Tidak Mahal dan Tak Butuh Lahan Luas, Ini Kelebihananya


 BANDUNG - Mindset pembudidaya udang yang harus memiliki modal sekitar ratusan juta hingga miliaran rupiah dan memiliki lahan minimal 1.000 meter persegi, masih melekat di tengah masyarakat.


Padahal, saat ini sudah banyak inovasi dan terobosan yang dilakukan pemerintah agar generasi milenial dapat membudidayakan udang tanpa perlu modal besar dan lahan luas.


"Ada terobosan kolam yang kecil dengan pola mandiri. Di mana si petani, dia menjadi owner-nya sekaligus menjadi manager, feeder, teknisi. Sehingga yang tadi menjadi kendala dengan modal besar diganti dengan kemauan melalui Petani Ikan Milenial," kata Analis Budidaya Perikanan Deni Hamdani melalui siaran digital, Minggu (25/4).


Inovasi ini pun diterapkan kepada para Pembudidaya Ikan Milenial (Budidaya Udang Vaname), yakni Petani Milenial di sektor perikanan, yang merupakan program Pemprov Jabar dalam mencetak Petani Milenial.


Deni mengatakan bisa saja masyarakat menggunakan pola Millenial Shrimp Farm (MSF) atau tambak udang milenial, yang merupakan tambak yang menerapkan sistem digitalisasi teknologi berbasis industri 4.0 (Automation, IT dan Gadget), yang dinilai cocok untuk Petani Milenial Jabar.


“Model tambak ini diyakini cocok untuk generasi milenial dalam hal kepraktisannya untuk berbudidaya saat ini. Berbeda dengan tambak konvensional, model tambak ini tidak membutuhkan lahan luas, berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang dengan ukuran kolam yang bisa disesuaikan dengan lahan yang ada,” tuturnya.


Tambak ini, katanya, lebih cocok untuk para petani milenial karena tidak memerlukan pompa saat panen, kolamnya berukuran kecil (cluster) sehingga penanganan lebih mudah jika ada masalah.


Meski begitu, menurut Deni, sebelum membudidayakan udang, Petani Milenial harus lebih dulu paham dan mengetahui kelebihan serta kekurangan dari model tambak tersebut.


Daya dukung lahan pun harus disiapkan agar budidaya berjalan optimal.


“Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang, kesiapan waktu tebar benih, kualitas air yang layak untuk udang, termasuk kesiapan kita jika budidaya udang yang kita tanam terserang oleh virus yang penyebarannya lebih cepat,” ucapnya.


Sebelumnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat pun memberikan Pembekalan Pembudidaya Ikan Milenial (Budidaya Udang Vaname) kepada 60 Petani Milenial di sektor perikanan secara daring, Jumat (23/4/2021).


Program Petani Milenial bercita-cita mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian Jabar.


Selain itu, pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.


“Melalui pemanfaatan teknologi digital, petani milenial akan menggerakkan kewirausahaan bidang agrikultur yang menjadikan wajah pertanian menjadi lebih segar dan atraktif untuk bisa berkelanjutan di Jawa Barat,” ucap Deni.


Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar sendiri menyiapkan empat lokasi untuk program Petani Milenial, yakni di Ciherang (Cianjur) dan Wanayasa (Purwakarta) untuk budidaya nila, Cijengkol (Subang) untuk budidaya lele, dan Cibalong (Garut) untuk budidaya udang.


Program Petani Milenial sendiri digagas Pemda Provinsi Jabar untuk mengurangi pengangguran, khususnya pascapandemi COVID-19.


Selain itu, program tersebut dapat memperkuat ketahanan pangan di Jabar.


Apalagi, pangan menjadi sektor yang tangguh meski dihantam pandemi.


Sejumlah bantuan akan diberikan Pemda Provinsi Jabar dalam program tersebut. Mulai dari peminjaman lahan, permudah akses permodalan, sampai mencarikan offtaker atau pembeli.


Program Petani Milenial pun diharapkan dapat menarik minat generasi milenial untuk membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. 


Sebab, saat ini, sektor pertanian saat ini belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial di Jabar.


Sumber : https://jabar.tribunnews.com/2021/04/25/bisnis-tambak-udang-gunakan-teknologi-tidak-mahal-dan-tak-butuh-lahan-luas-ini-kelebihannya?page=1

Posting Komentar

0 Komentar