RumahCom – Kesehatan menjadi faktor penting untuk diterapkan pada bangunan gedung. Ada banyak hal penunjang khususnya penggunaan teknologi tinggi untuk memastikan gedung menjadi lebih sehat dengan indeks yang jelas selain memudahkan pengawasan maupun maintenance-nya.
Kota-kota di Indonesia telah menjadi perkotaan di kawasan Asia Tenggara dengan pembangunan gedung-gedung yang sangat pesat. Kota besar seperti Jakarta misalnya, menjadi kota metropolitan dengan pembengunan gedung terbesar dan sayangnya masih banyak gedung-gedung di Indonesia yang belum memenuhi standar kelayakan bangunan seperti aspek kesehatan hingga penerapan protokol kesehatan Covid-19 yang belum dilakukan sempurna.
Pandemi juga membuat faktor kesehatan menjadi pilar penting dari empat pilar bangunan yang seharusnya diterapkan dan menjadi urgensi yang tidak terbantahkan. Pandemi telah membuat penerapan konsep healthy building mutlak diterapkan oleh para pemilik maupun pengembang gedung.
Menurut Ketua Umum Building Engineering Association (BEA) Mardi Utomo, standar kesehatan gedung bisa tercapai jika didukung oleh teknologi yang memadai dan hal ini semakin memperkuat fakta bahwa penerapan Industri 4.0 merupakan sebuah kebutuhan bagi berbagai sektor termasuk sektor bangunan dan properti.
“Harus terus diupayakan kalau penerapan Industri 4.0 merupakan sebuah kebutuhan yang mengharuskan pemilik gedung mematuhi standar kelayakan bangunan. Dalam operasional gedung sendiri teknologi Industri 4.0 memungkinkan adanya integrasi, analisis, dan evakuasi data untuk melakukan monitoring dan proses pengambilan keputusan yang lebih baik serta pencegahan gangguan bisnis,” ujarnya.
Operasional gedung yang efektif membutuhkan lebih banyak teknologi berbasis internet of things (IoT) terutama teknologi canggih dalam otomatisasi, digitalisasi, dan konektivitas data. Teknologi IoT yang telah digunakan para operator gedung berupa Building Information Modeling (BIM) yang mencakup semua tahap pengembangan gedung mulai dari desain, konstruksi, commissioning, operasional, dan pemeliharaan hingga renovasi.
Di sisi lain, kendati industri gedung di Indonesia telah menyadari pentingnya peran teknologi dalam mendukung operasional, implementasi Industri 4.0 masih cukup lambat. Banyak tantangan yang dihadapi seperti kurangnya kapabilitas sumber daya manusia karena tidak tersedianya pelatihan maupun program pemerintah khusus bagi teknologi bangunan, kurangnya teknologi bangunan yang dikembangkan sendiri di Indonesia, hingga pada tantangan selanjutnya yaitu soal biaya investasi yang tinggi.
Akhirnya biaya investasi yang tinggi ini menjadi faktor pertimbangan para pemilik gedung kendati hal ini bisa menghemat biaya operasional untuk jangka panjang. Hasil yang ingin dilihat adalah kesehatan dan keamanan dengan praktik-praktik yang efisien dan efektif. Smart building dan penerapan teknologi menjadi beberapa cara untuk membantu para pemilik dan pengembang gedung memenuhi kepatuhan-kepatuhan yang ada dan mencapai efisiensi.
Selain itu ada Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2010 yang menyebutkan, pemilik dan pengembang gedung diwajibkan untuk mematuhi standar kelayakan bangunan dan memeroleh sertifikat laik fungsi (SLF). Sertifikat SLF ini untuk membuktikan sebuah bangunan telah memenuhi persyaratan kelayakan secara administratif dan teknis terkait aspek kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan kemudahan.
Konsep TOD merupakan program pengembangan kawasan properti yang memaksimalkan fungsi transportasi massal. Selengkapnya simak di video berikut ini.
https://youtu.be/cDOo173eTyk
Khusus untuk pilar kesehatan dalam kelayakan bangunan sendiri meliputi beberapa aspek yaitu pengaturan sirkulasi udara, pencahayaan, sanitasi, dan bahan bangunan. Aspek-aspek kesehatan tersebut juga tersertifikasi berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Sirkulasi udara saat ini merupakan salah satu kriteria terpenting untuk membantu mencegah penyebaran Covid-19. Bangunan perlu memiliki ventilasi alami maupun mekanik yang memadai untuk memastikan sirkulasi dan kelembaban udara yang baik. Selain itu untuk perencanaan tata ruang yang tepat, penyediaan ruang terbuka, manajemen arus gerak orang, dan pemeliharaan sistem secara berkala merupakan beberapa rekomendasi untuk menjaga kualitas kesehatan dalam bangunan,” beber Mardi.
Karena itu para pengembang gedung di Indonesia juga perlu terus mengeksplorasi lebih banyak teknologi pintar terbaru yang tersedia di pasar internasional. Ini karena negara-negara lain terus memajukan teknologi smart building pada gedungnya termasuk menerapkan sistem manajemen gedung berbasis IoT. Salah satu contoh negara yang berhasil melawan Covid-19 yaitu Selandia Baru dan itu tidak terlepas dari dukungan teknologi canggih pada gedung-ged
sumber : https://www.rumah.com/berita-properti/2021/4/198153/smart-building-mutlak-diterapkan-saat-pandemi
0 Komentar