Perekonomian Indonesia diprediksi dapat menduduki peringkat terbesar ketujuh di dunia pada 2030, dari posisinya ke-16 di tahun 2019. Dengan catatan, jika Indonesia dapat segera kembali ke tingkat pertumbuhan pra pandemi. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan fokus baru terhadap peningkatan produktivitas dan daya saing setelah pandemi Covid-19 mereda.
Hal ini terungkap dalam laporan baru McKinsey & Company, “Ten ideas to unlock Indonesia’s growth after Covid-19”. Analisis ini memaparkan 10 ide yang berfokus pada resiliensi, kreativitas, dan faktor pendukung yang dapat membantu Indonesia mentransformasi ekonominya dan mendukung pencapaian potensi ekonomi negara yang sesungguhnya untuk menyokong kebangkitan Indonesia dari pandemi dengan lebih kuat dari sebelumnya.
Khoon Tee Tan, Senior Partner di McKinsey & Company mengatakan, prinsip-prinsip utama resiliensi, kreativitas dan faktor pendukung menjadi kunci untuk perbaikan ekonomi Indonesia secara cepat. “Membangun resiliensi terhadap guncangan besar maupun kecil merupakan hal penting dalam memperkuat fondasi ekonomi Indonesia. Pandemi ini telah mengekspos kerentanan, seperti dalam rantai pasok global, yang harus diatasi untuk mentransformasi lanskap ekonomi negara dan mendukung kemajuan secara pesat," katanya.
Di saat yang sama, kata dia, dorongan yang lebih besar terhadap pendekatan kreatif diperlukan untuk membawa perekonomian negara ke tingkat yang lebih tinggi. Sementara langkah pendukung seperti program pendidikan dan pelatihan akan menciptakan manfaat bagi perekonomian secara luas dan perlu menjadi bagian dari pembangunan pertumbuhan ekonomi.
Adapun kesepuluh ide tersebut diantaranya, pertama kemitraan publik-swasta dalam perawatan kesehatan. Ini diharapkan dapat membawa inovasi lebih besar dalam pemberian perawatan, terutama di pedesaan. Telemedicine dan kendaraan kesehatan keliling dinilai sebagai cara cepat dan murah untuk menjangkau pasien, terutama di daerah terpencil dengan sedikit infrastruktur, dan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan.
Kedua, mendorong teknologi digital untuk memajukan pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13% PDB dan sepertiga dari lapangan pekerjaan negara. Indonesia saat ini menduduki peringkat empat secara global dalam hal produksi agrikultur, tetapi hanya meraih peringkat ke-12 dalam hal ekspor agrikultur. "Tantangan tersebut berdampak pada petani dan konsumen, ditambah dengan pandemi Covid-19 yang semakin memojokkan industri pertanian," lanjut Tan.
Ketiga, promosi pariwisata domestik dan atasi kesenjangan infrastruktur. Untuk mendorong pariwisata domestik, pemerintah dan operator harus mempromosikan atraksi domestik yang kurang terkenal. Diskon dan insentif juga dapat membantu memicu perjalanan domestik. Gangguan pandemi juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki bandara, akomodasi, dan fasilitas lain.
Lonjakan aktivitas digital selama pandemi dapat dimanfaatkan mempercepat adopsi teknologi baru oleh operator sektor ini, dari sistem pemesanan online hingga analitik canggih yang dapat menawarkan informasi secara real time tentang aktivitas dan perilaku wisatawan.
Keempat, fokus pembangunan infrastruktur. Kelima kreativitas, dimana dorongan lebih besar ke pendekatan inovatif diperlukan untuk membawa ekonomi negara ke tingkat baru. Kelima, mempercepat pengadopsian Industri 4.0. Meskipun pemain manufaktur Indonesia banyak mengetahui perkembangan teknologi, hanya beberapa di antaranya yang telah memulai transformasi digital. Dengan demikian, terdapat potensi besar yang masih belum tersentuh.
Studi McKinsey pada 2019 menunjukkan bahwa hanya 21% pemain manufaktur Indonesia yang mengimplementasikan teknologi Industri 4.0 dalam skala besar, dibandingkan dengan 30% di Korea Selatan, 40% di Jepang, 50% di Singapura dan 56% di Tiongkok.
Keenam, sumber energi terbarukan. Di Indonesia, kendaraan listrik roda dua diperkirakan mendominasi pasar. Tahun 2030, diperkirakan <4 juta kendaraan listrik roda dua dan tiga, dibandingkan sekitar 1,6 juta kendaraan roda empat. Harus ada upaya mendorong transisi ini melalui insentif bagi pembeli dan produsen, serta dukungan riset dan pengembangan.
Ketujuh, membawa teknologi modern kepada UMKM. Kedelapan, mempercepat adopsi digital untuk ekonomi inklusif. Kesembilan, memfokuskan program pelatihan pada kebutuhan masa depan. McKinsey telah memperkirakan bahwa Indonesia mungkin mendapatkan 4- 23 juta pekerjaan neto pada 2030 dari transisi menuju teknologi digital bila Indonesia dapat membekali para pekerja dengan keahlian yang diperlukan. Di saat yang sama, kenaikan produktivitas dan pendapatan akan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi negara.
Kesepuluh, bangun kekuatan rantai pasok dan logistik. Peningkatan belanja online mendongkrak jumlah pengiriman paket tahunan negara menjadi 1,6 miliar pada 2022, enam kali lipat jumlah pengiriman tahun 2018.
Untuk itu, diperlukan reformasi masif sektor transportasi dan logistik yang sistematis sehingga mengubah Indonesia menjadi kekuatan Asia dan pusat rantai pasokan regional. Pemerintah dapat membantu dengan merangsang investasi di bidang logistik dan infrastruktur yang diperlukan, khususnya dalam upaya mendistribusikan vaksin Covid-19.
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/10-ide-agar-ekonomi-indonesia-masuk-7-besar-dunia
0 Komentar