Indonesia Youth Forum 2021 Jadikan Kesempatan untuk Ciptakan Perubahan


 Jakarta — Indonesia Education Forum menggelar Indonesia Youth Forum 2021 dengan tema “TRANSFORMING EDUCATION: Fostering Creativity & Critical Thinking”. Forum ini merupakan kesempatan untuk membuka pikiran dan menciptakan perubahan di sekitarnya.

Co-Founder Indonesia Education Forum, Sachin V. Gopalan mengatakan, teknologi di era industri 4.0 saat ini memungkinkan orang-orang untuk dapat menciptakan pekerjaan mereka sendiri dan mengembangkan ekonomi daerah. Teknologi membawa keterampilan dan teknologi baru beserta pekerjaan baru termasuk produser game, produser film, pembuat situs web, koki restoran, cloud kitchen, pembuat AI, pilot drone, teknisi agritech dan begitu banyak pekerjaan baru lainnya yang akan mengubah masa depan penduduk Indonesia.

“Forum ini merupakan kesempatan bagi Anda untuk membuka pikiran dan menciptakan perubahan di sekitar Anda. Mentor yang berbicara pada hari ini akan membantu anda melalui perjalanan tersebut. Telah bergabung pula di Indonesia Youth Forum seperti STSP501 oleh Inotek, Program Arjuna oleh Orbit Future Academy, program beasiswa internasional dari Duta Besar India, kursus dari Intel, AWS dan Microsoft,” kata Sachin  melalui keterangan persnya yang diterima SIAR. Jumat (30/4).

Acara yang menghadirkan beberapa pembicara utama seperti Ilham Habibie, Gita Wirjawan, Sandiaga S. Uno, Shinta Kamdani, Duta Besar India untuk Indonesia dan Timur Leste H.E. Manoj K Bharti, dan lainya.  Dari pemerintah diwakili Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – Riset dan Teknologi, Prof. Nizam.

Dirjen Dikti Nizam mengatakan, saat ini dunia bergerak begitu cepat di mana petani bisa menjadi ahli drone dengan memanfaatkan teknologi 4.0 dan sebaliknya orang kota dapat ikut melakukan pertanian vertikal dengan menggunakan revolusi industri 4.0. Diperkirakan sekitar 27 juta lapangan kerja konvensional akan hilang dalam 10 tahun ke depan, tapi di sisi lain ada peluang terciptanya lapangan kerja baru yang dua kali lebih besar yakni sekitar 46 juta.

“Banyak pekerjaan baru yang hari ini belum hadir/belum ada. Kita harus membekali mahasiswa dengan kecakapan/kompetensi yang adaptif, agile, entrepreneurial, menjadi complex problem solver. Perlu kecakapan lintas disiplin di mana mereka tidak hanya menguasai satu keilmuan tapi bisa lintas keilmuan untuk menghasilkan kreativitas inovasi baru. Sudah terbukti, 6 dari 11 unicorn/decacorn terbesar di ASEAN lahir di Indonesia. Dalam hal startup Indonesia berada di angka 2.500 di Asia, masih kalah dari India yang memiliki sekitar 8.000 startup. Ini bukti kreativitas millennial kita yang perlu terus kita perkuat,” kata Nizam.

Di satu sisi, kampus harus beradaptasi agar tidak terjadi broken link antara kampus dengan dunia kerja yang memiliki perubahan yang sangat dinamis. Kementerian, lewat program kampus merdeka berupaya mengubah paradigma universitas yang semula silo keilmuan sempit menuju self directed flexible learning. Mahasiswa diberikan fleksibiltas mengambil mata kuliah dari prodi, departemen bahkan fakultas lain, sampai 20 SKS dari 144 SKS wajib sarjananya. Di luar itu, mereka bisa belajar dari dunia profesi dan itu disetarakan dengan 40 SKS. Dengan demikian, diharapkan potensi mereka akan berkembang secara optimal karena memilih peluang jalan yang banyak dan luas.

Sedangkan Direktur Eksekutif Inotek Foundation Ivi Anggraini menyatakan, memiliki program yang diluncurkan 25 Juni 2020 seribu teknopreneur sejuta pekerjaan (STSP) yang digagas oleh dua tokoh nasional  Sandiaga Uno dan  Ilham Habibie. Nah sebagai rangkaiannya, akan ada program STSP501 yang mendorong pertumbuhan inkubator bisnis untuk Indonesia 4.0 yang juga didukung oleh Ristek BRIN, WANTIKNAS dan juga IB, yang mencakup kegiatan dari hulu ke hilir, untuk membantu universitas membangun inkubator yang sesuai dengan karakteristik universitas. Bisa dikases ke www.inotekfoundation.org  atau langsung ke https://stsp.inotek.org

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno membagikan pandangannya terkait campus entrepreneurship. Pandemi Covid-19 berdampak ke kehidupan baik dari sisi ekonomi, sosial dan lapangan pekerjaan. Di mana ada 34 juta lapangan kerja di sektor Parekraf yang terdisrupsi. Sebagian pengusaha mengurangi jam kerja mereka dan ada sekitar 11,4 ribu iklan lowongan kerja di kuartal III 2020, turun jauh dari kondisi normal di luar pandemi.

“Tapi selain tantangan, ada peluang di depan mata. Termasuk jumlah populasi 274,9 juta yang didominasi usia produktif, aktifnya transaksi mobile, internet dan media sosial. Potensi ekonomi digital dari data Google-Temasek sebesar 120-140 miliar dolar AS di tahun 2025. Kita harus menyikapinya agar kita tidak menjadi pasar, melainkan menjadi produsen,” kata Sandiaga.

Kemenparekraf sendiri ingin membangun ekosistem ekonomi kreatif digital namun terkendala permasalahan klasik di UMKM seperti akses ke pasar, akses pembiayaan, akses peningkatan SDM. Isu sama yang mendera pelaku UMKM selama 20 tahun terakhir. Hal lain yang mengejutkan, baru 9% UMKM yang menggunakan teknologi digital secara optimal. Hanya 8 juta dari 60 juta unit UMKM yang terhubung dengan wadah digital. Ini menjadi PR bersama.

“Terkait inkubator di kampus, ini sangat ultra critical. Makanya saya titip ke Prof. Nizam karena best entrepreneurial ideas itu mulainya di kampus, itu pengalaman saya sendiri. Kampus merupakan satu ekosistem yang mendorong inovasi, pro-activity dan risk-taking yang sudah teruji. Di kampus ide–ide tersebut, relatif bisa terkurasi dengan presisi. Dulu di kampus saya ada entrepreneurship center and laboratorium di mana ide-ide diuji seperti Pizza Hut itu toko pertamanya itu ada di kampus. Gojek juga kan di tahun 2009 pitching pertama kalinya di kampus,” tambah Sandiaga.  (Setia Ade Amarullah)



Sumber : https://siar.com/indonesia-youth-forum-2021-jadikan-kesempatan-untuk-ciptakan-perubahan/

Posting Komentar

0 Komentar