Mahasiswa UNY Ciptakan Alat Deteksi Banjir Lahar Dingin Berbasis IoT

 


KOMPAS.com - Pada 2010 silam, terjadi bencana alam erupsi Gunung Merapi. Ada banyak korban jiwa yang melayang akibat erupsi Merapi. Bahkan infrastruktur termasuk rumah-rumah milik warga juga rusak. Selain bahaya dari letusan gunung Merapi, material lava dingin juga berbahaya. Merapi sendiri hanya satu dari sekian banyak gunung berapi aktif di Indonesia. Adanya potensi bahaya pasca erupsi gunung berapi yaitu banjir lahar dingin.

Lava dingin terbentuk dari abu dan batu vulkanik yang disemburkan gunung saat erupsi bercampur dengan air hujan, lahar dingin bisa menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar karena lahar dingin mempunyai bentuk dan tekstur campuran pasir-batu seperti semen basah. Sistem berbasis IoT Melihat fenomena tersebut mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik UNY tergerak untuk menuangkan ide. Yakni menciptakan sistem peringatan dini banjir lahar dingin berbasis Internet of Things (IoT) pasca erupsi gunung berapi. Sistem ini terintegrasi pengeras suara tempat ibadah agar dapat menyampaikan informasi bahaya kepada masyarakat yang berpotensi terdampak dengan sesegera mungkin. Sehingga masyarakat dapat segera evakuasi ke tempat yang lebih aman dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Adapun mahasiswa UNY itu antara lain Riza Atika, Anung Endra Raditya dan Rohsan Nur Marjianto. Riza Atika menjelaskan keunggulan alat ini yaitu menggunakan sensor mekanik pelampung yang lebih tahan lama dibanding sensor ultrasonik pada alat-alat yang sudah ada. Alat ini memanfaatkan pengeras suara tempat ibadah dengan tujuan untuk mempercepat informasi adanya bahaya banjir lahar dingin sekaligus menciptakan alat yang murah dan efisien, sehingga dapat dijangkau berbagai segmen masyarakat. "Selain itu, dengan berbasiskan Internet of Things maka alat peringatan dini banjir lahar dingin ini akan terhubung dengan mudah ke perangkat ponsel maupun komputer melalui jaringan internet yang akan menciptakan interkoneksi data," terang Riza seperti dikutip dari laman UNY, Jumat (14/5/2021).

Menruutnya, dengan adanya interkoneksi ini akan membuat semakin cepat dan mudah dalam penyebaran informasi peringatan dini banjir lahar dingin serta memudahkan masyarakat dalam memantau kondisi terkini data cuaca dan kondisi sungai rawan banjir lahar dingin. Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber daya utamanya. Sehingga selain cepat dan akurat, alat ini juga hemat energi dan ramah lingkungan. Tentu sekaligus membuat alat ini dapat dipasang di titik-titik yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Cara kerja Rohsan Nur Marjianto menjelaskan cara kerja alat ini, dimana terdapat dua sisi alat, sisi yang bertindak sebagai client untuk mengambil data dan server untuk menyampaikan informasi potensi banjir lahar dingin hasil olahan data. "Sisi client akan dipasang di beberapa titik sepanjang sungai untuk memastikan pasang surut air sungai sekitar gunung berapi dengan memanfaatkan sling baja yang disambungkan pada rotary encoder," jelasnya. Jika terjadi pergeseran tanah, secara otomatis rotary encoder akan berputar dan mendeteksi pergeseran tanah hingga ketelitian 1 cm. Adapun sensor mekanik pelampung berfungsi untuk mendeteksi nilai perubahan ketinggian air. Jika terdeteksi adanya longsoran dan ketinggian diatas ambang batas yang ditentukan, maka akan memicu sisi client untuk mengirimkan pesan melalui modul GSM ke sisi server. Server akan mengkolaborasikan data dari client dengan data prakiraan cuaca dari BMKG yang bisa diakses secara umum.

Setiap satu menit sekali sisi client akan mengambil sampel data untuk dikirim ke server, kemudian server akan mengirim ke database untuk simpan dan diolah yang selanjutnya data tersebut dapat diakses melalui aplikasi berbasis android dan website oleh masyarakat. Data yang dapat dipantau oleh masyarakat ialah monitoring status cuaca, curah hujan, dan informasi terkini ketinggian muka air sungai. Keterbukaan informasi ini untuk mendukung transparansi informasi kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat siap tanggap bencana lebih dini.

sumber : https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/15/135622571/mahasiswa-uny-ciptakan-alat-deteksi-banjir-lahar-dingin-berbasis-iot?page=all

Posting Komentar

0 Komentar