Modernisasi Alutsista dan Pengembangan SDM Kemeliteran


Bimo Joga Sasongko, Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE). Lulusan North Carolina State University


Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 yang menyebabkan 53 prajurit gugur telah melahirkan hikmah yang terdalam bagi bangsa Indonesia agar segera melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI, ditopang penguasaan teknologi dari alutsista tersebut. Oleh karenanya, TNI memerlukan cetak biru pengembangan SDM yang sesuai dengan kemajuan zaman. Zaman sekarang tidak mudah mencetak SDM kemiliteran yang tergabung dalam kesatuan Hiu Kencana yang telah gugur saat menjalankan tugas di perairan utara Bali. Untuk mencetak prajurit profesional di atas tidak mudah dan butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. 

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sedang gigih menjalankan program modernisasi alutsista TNI dengan berbagai cara. Seperti misalnya kerja sama dengan ne gara-negara maju untuk pe ngadaan alutsista yang canggih. Profesionalitas prajurit TNI membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang cukup serta dengan sistem pe ngadaan yang cepat dan kualitas yang baik. Perlu dipikirkan pengadaan alutsista dengan pola imbal beli yang tepat waku dan tepat harga. Pola imbal beli yang diterapkan perlu ditata lebih rinci dengan mewajibkan eksportir negara mitra dagang untuk membeli produk atau jasa dalam negeri. Apalagi pada saat ini ada perlambatan eks por nasional, sehingga skema im bal beli ini bisa dipergunakan sebagai salah satu instrumen untuk penetrasi produk ekspor. 

Selain juga sebagai salah satu instrumen untuk mengatasi hambatan dan kendala ekspor. Skema imbal beli merupakan suatu cara pembayaran barang yang mewajibkan pemasok luar negeri untuk membeli dan atau memasarkan barang tertentu dari Indonesia sebagai pembayaran atas seluruh atau nilai sebagian barang dari pemasok luar negeri. Selain imbal beli, skema lain yang bisa dipergunakan oleh pemerintah antara lain of fset atau pembelian barang di mana pemasok luar negeri menyetujui untuk melakukan investasi kerja sama produksi dan alih teknologi. Pemerintah perlu membentuk lembaga lintas kementerian untuk mengelola sistem imbal beli utamanya of fset terkait dengan berbagai macam belanja ke luar negeri maupun pembangunan infrastruktur. 

Terutama bagi pembelian dengan jumlah anggaran yang besar. Seperti misalnya pem belian kapal selam, pesawat terbang untuk penerbangan sipil maupun keperluan militer. Definisi of fset secara umum dapat diartikan sebagai mekanisme timbal balik. Kalau kita mem beli pesawat terbang senilai X dari negara lain, maka kita meminta timbal balik senilai Y dari nilai pembelian tersebut. Ketentuan, jenis dan nilai Y tersebut didetailkan oleh lembaga pe ngelola offset di negeri ini. Bisa saja jenis offset berupa alih teknologi lewat pengiriman SDM untuk be lajar keluar negeri maupun pro duksi bersama terkait barang yang dibeli. Lembaga of fset harus mampu menjalankan fungsi strategisnya yakni inventarisasi potensi yang bisa dikembangkan terkait offset. Kemudian memiliki data base yang akurat terkait perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mampu menerima offset. 

Selanjutnya, melakukan monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan di lapangan. Kita mengenal pribahasa, ”the man behind the gun”, yang menempatkan SDM/prajurit sebagai un sur utama dalam pertempuran atau perang. Di masa mendatang seiring meningkatnya Iptek, selain SDM sebagai unsur yang paling dominan, maka teknologi persenjataan yang dimiliki juga sangat menentukan dalam memenangkan pertempuran. Tren ke depan mendorong kekuatan pertahanan Indonesia ti dak lagi hanya mengandalkan kemampuan penguasaan senjata saja, tapi lebih lanjut berupa penguasaan teknologi dan keahlian khusus lainnya. 

Apalagi dalam menghadapi perang asimetrik (asymetric warfare) sangat dibutuhkan keahlian penguasaan teknologi alutsista canggih yang terpadu dengan revolusi Industri 4.0. Meskipun dalam Industri 4.0 peran robot otonom, big data, internet of things (IoT) sangat penting dalam operasional alutsista, namun peran SDM kemiliteran tetap tidak tergantikan. Seperti contohnya dalam pertahanan bawah air, fungsi pasukan katak telah terbantu dengan wahana Submarine Support Rescue Vehicle (SSRV) yang dilengkapi dengan robot penyelam yang dikendalikan jarak jauh untuk melakukan operasi yang mustahil dilakukan oleh manusia. Namun peran SDM tetap dominan sebagai pengambil keputusan bagi sang robot. Alutsita canggih seperti kapal selam, helikopter, hingga tank, kini membutuhkan SDM yang memiliki keahlian khusus lewat pendidikan yang intens. 

Kini di negara maju telah memberi perhatian ekstra terkait dengan mencetak SDM kemiliteran. Pada saat ini bangsa-bangsa di dunia sedang memperkuat sekolah atau pendidikan kemiliteran yang setara dengan universitas kelas dunia. Betapa kerasnya persaingan masuk ke akademi militer di Amerika Serikat. Masyarakat AS kini berpendapat bahwa masuk ke Universitas Cornell, Universitas Brown atau Darmouth College lebih gampang dibanding akademi- akademi militer Amerika. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk seorang siswa di Akademi Militer West Point sekitar US$ 56 ribu atau sekitar 813 juta rupiah. Akademi-akademi militer tidak saja gratis, tetapi mereka bahkan membayar siswa untuk bersekolah di tempat itu. Akademi militer tersebut adalah universitas yang didanai oleh anggaran federal, yang melatih siswa untuk menjadi perwira di Angkatan Bersenjata Amerika. Setelah lulus, siswa Amerika harus berdinas selama lima tahun di angkatan terkait. Sementara siswa asing kembali ke Tanah Air mereka untuk bertugas. 

Bahkan untuk mencetak personil militer, beberapa Negara banyak yang mengirim lulusan sekolah menengah ke akademi militer terkemuka dunia, seperti Akademi Militer West Point. Setiap tahun Akademi Militer di West Point di New York, Akademi Angkatan Laut AS (USNA) di Annapolis, Maryland, Akademi Angkatan Udara (USAFA) di Co lorado Springs, Colorado; Akademi Penjaga Pantai (USCGA) di New London, Connecticut; dan US Merchant Marine Academy (USMMA) di Kings Point, New York menerima siswa dari luar Amerika Serikat. Sejarah menunjukkan bahwa membeli senjata relatif lebih mudah dari pada mencetak SDM kemiliteran yang adaptif dengan kemajuan zaman. Apalagi ke majuan teknologi persenjataan dunia yang pesat sekali harus diimbangi oleh SDM TNI yang ahli dan spesialis di bidangnya.

Oleh sebab itu, selain mengimpor alutsista juga diperlukan penguasaan teknologi dari alutsista tersebut sehingga masalahkendala bisa diatasi. Tak pelak lagi, TNI memerlukan cetak biru pengembangan SDM yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pengembangan sumber daya manusia TNI yang modern dan profesional sangat mendesak di lakukan guna mengantisipasi perubahan tatanan global dan di namika yang bisa mengancam kedaulatan negara. Kondisi global menuntut agar TNI secepatnya membangun postur SDM masa depan yang mumpuni yang didukung sistem pembinaan jati diri TNI. Perlu transformasi sistem pendidikan TNI yang lebih modern. Dimulai dari proses perekrutan yang baik dan sesuai dengan kemajuan Iptek.


Sumber : https://investor.id/opinion/modernisasi-alutsista-dan-pengembangan-sdm-kemiliteran

Posting Komentar

0 Komentar