Ramai-Ramai Bos Batu Bara Klaim Kurangi Emisi Karbon

 


Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah semakin gencar mengampanyekan pengurangan emisi gas rumah kaca, salah satunya melalui dicanangkannya target net zero carbon emission, sesuai mandatori dari Paris Agreement.
Sebagai negara penghasil dan pengekspor batu bara, target bebas emisi karbon ini tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah. Sejumlah negara maju pun kini mengampanyekan anti batu bara, dan mulai meninggalkan pemakaian batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Patria Sjahrir mengakui kalau sepertiga dari total karbon 1.263 ton berasal dari pembangkit dan sektor batu bara. Tapi, adanya hilirisasi produk batu bara, efisiensi pembakaran, dan carbon capture storage, pihaknya yakin hal ini bisa mengurangi emisi karbon di sektor batu bara.

"Kami sadar, ke depan perkembangan teknologi poin penting untuk mengurangi karbon industri, yang dimulai dari mengurangi penggunaan bahan bakar diesel menjadi B30, pasokan listrik juga diubah tidak menggunakan energi fosil," jelasnya dalam CEO Talks' Webinar: Sustainability ExecutiveConnect, Rabu (05/05/2021).

Pandu menjelaskan, Asosiasi kini juga sedang melakukan perubahan dan melakukan kajian terkait perdagangan karbon, sehingga bisa membantu komitmen pemerintah menjadi net zero carbon emission di 2050.

Aksi Nyata Pengusaha Batu Bara Kurangi Karbon

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suryo Eko Hadianto mengatakan bahwa PTBA sudah merancang untuk mengurangi emisi mulai dari alat operasional berbasis listrik, serta menanam pohon yang bisa menyerap emisi tinggi dalam upaya reboisasi bekas tambang.

Selain itu, perusahaan juga berminat membesarkan porsi produksi listrik dari energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan saat ini sudah memiliki modal dari lahan tambang konsesi yang luas.

"Kita punya lahan besar sekali sudah dibebaskan dan itu jadi cost tambang. Ini modal utama untuk membangun PLTS jadi tidak butuh capex (belanja modal) lahan tinggal gelar saja solar cell di atasnya," jelasnya dalam forum yang sama.

Dia juga sedang menunggu dari aturan Perpres terkait tarif EBT, sehingga PLN bisa menyerap produksi listrik dari PLTS dari area bekas tambang.

Hal serupa diucapkan oleh Direktur Utama Mitrabara Adiperdana Khoirudin. Dia mengklaim sudah mengurangi penggunaan energi fosil untuk kegiatan operasional, seperti dengan mengurangi konsumsi BBM jenis solar menjadi 47,5 juta liter dari tahun sebelumnya 49,8 juta liter.

Mitrabara juga menambah penggunaan panel surya dalam upaya elektrifikasi kegiatan usaha, serta membangun PLTS melalui salah satu anak usahanya, Cipta Tenaga Surya sebagai salah satu pengembang sistem solar panel (panel surya). Dia mengatakan, dari kapasitas PLTS 20 mega watt (MW) di tahun ini, ditargetkan bertambah menjadi 100 MW dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

"Selain itu, kita punya anak usaha Malinau Hijau Lestari bergerak di biomassa untuk jadi kompensasi jejak karbon dari Mitrabara. Saat ini sudah mendapatkan lahan 20 ribu hektar yang kita tanami, diharapkan bisa substitusi produksi batu bara," jelasnya.

Dalam acara itu, komitmen pengurangan emisi karbon juga diungkapkan oleh perusahaan tambang lainnya, seperti PT Indominco Mandiri, PT Bara Tambang, PT Freeport Indonesia, PT TML Energy, PT Kideco Jaya Agung, PT Duta Tambang Rekayasa, PT Indika Energy Tbk, PT Indexim Coalindo, PT Pamapersada Nusantara, juga PT Amman Mineral Nusa Tenggara.

Komitmen dilakukan mulai dari pengurangan emisi dari kegiatan operasi, program pemulihan wilayah tambang, hingga merambah ke bisnis energi baru terbarukan (EBT).

sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210505161128-17-243460/ramai-ramai-bos-batu-bara-klaim-kurangi-emisi-karbon

Posting Komentar

0 Komentar