Smart Tourism dan Penerapannya pada Museum di DKI Jakarta

 


Pengembangan destinasi wisata pada dasarnya mengarah ke perubahan, namun apa jadinya jika perubahan tersebut menggunakan konsep smart tourism atau pariwisata cerdas, konsep ini difokuskan lagi ke dalam lima karakteristik pariwisata cerdas yakni konektivitas melalui aplikasi web, wisatawan berperan dalam konten destinasi, meningkatkan pengalaman berwisata melalui teknologi terkini, berinteraksi sosial, dan meningkatkan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Salah satu destinasi yang tidak luput dari ganasnya zaman adalah museum. Museum erat kaitannya dengan koleksi peninggalan masa lalu, bisa dibayangkan betapa kayanya museum akan nilai historis, pengunjung seakan akan dibawa ke masa lalu. Namun, karena hal tersebut museum juga tidak dapat lepas dari stigma masyarakat yang menyatakan museum itu membosankan, cenderung ketinggalan zaman dan tidak modern, jadi banyak wisatawan yang enggan mengunjungi museum karena tiga hal tersebut.

Bagaimana jika museum melakukan perubahan yang lebih fresh? konsep smart tourism ini dapat dilakukan, karena konsepnya membuat perubahan sebuah destinasi yang lebih modern dan kental akan penggunaan teknologi terkini di dalamnya.

Dari banyaknya kota yang memiliki museum, DKI Jakarta adalah salah satunya, dan juga mengembangkan kotanya ke arah smart city yang bercabang kepada smart tourism, DKI Jakarta dalam segi perkotaan sudah tidak dapat diragukan lagi mengembangkan sebuah kota lebih modern mengikuti perkembangan zaman, mulai dari sarana prasana kota, alat transportasi dan juga pelayanan yang ditawarkan. Hal tersebut yang mendorong konsep smart tourism dapat diwujudkan, karena sudah mendapatkan dukungan lebih dari perkembangan kotanya ke arah smart city.

DKI Jakarta yang memiliki total 72 museum di dalamnya sedang melakukan proses revitalisasi museum yang lebih modern, dan terdapat beberapa museum baru yang muncul dan mengusung konsep yang lebih fresh di banding museum pada umumnya, untuk museum yang sedang melakukan perubahan tiap perubahan yang lebih modern adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Museum Kebaharian Jakarta, dan pendatang baru museum di Indonesia yang sedang ramai di kunjungi para kawula muda adalah Moja Museum yang mengusung konsep museum yang lebih modern dan juga atraktif.

Proses digitalisasi dalam produk museum sedang dilakukan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan pengembangan produk serta revitalisasi bangunan sedang dilakukan oleh Museum Kebaharian Jakarta, serta Moja Museum yang menerapkan konsep museum yang berbeda dari yang lain dari segi produk, kegiatan dan juga pelayanan yang mendorong para wisatawan dapat lebih berekspresi dalam hal seni, namun apakah hal-hal tersebut dapat dengan cukup menyimpulkan bahwa ketiga destinasi tersebut tergolong ke dalam smart tourism? mari kita cari tahu.

Dalam teori konsep smart tourism sebuah destinasi dapat di katakan destinasi yang cerdas harus memenuhi lima karakteristik yang sudah di sebutkan di awal, yakni konektivitas melalui aplikasi berbasis web, wisatawan berperan pada konten destinasi, meningkatkan pengalaman berwisata melalui teknologi terkini, berinteraksi sosial dan meningkatkan keberlanjutan sosial serta lingkungan.

Untuk yang pertama yakni konektivitas melalui aplikasi berbasis web, hal ini sudah dilakukan Moja Museum, wisatawan dapat memesan tiket secara online melalui pesan Whatsapp yang dapat di akses informasi nya melalui sosial media instagram Moja Museum, untuk Museum Perumusan Naskah Proklamasi, tidak adanya pemesanan tiket secara online dan tidak adanya konektivitas melalui web maupun sosial media, namun wisatawan hanya dapat mengakses informasinya saja melalui website, dan untuk Museum Kebaharian Jakarta, sudah memiliki akun instagram yang dapat menjawab pertanyaan dari pengunjung dan juga dapat dijadikan media informasi selain dari website.

Selanjutnya adalah peran wisatawan dalam konten destinasi, hal ini sudah dilakukan oleh Moja Museum yang mana dalam pameran yang dilaksanakan para wisatawan dapat turut serta berkontribusi untuk menyumbang buah karyanya pada konsep 'mo paint' pengunjung melukis karyanya sendiri dan dapat dipamerkan di museum dan juga dibawa pulang, lebih uniknya lagi, dinding museum pada konsep 'mo paint' dapat dicorat-coret oleh wisatawan dengan bentuk yang abstrak maupun terkonsep.

Selanjutnya, pada Museum Perumusan Naskah Proklamasi, terdapat bunker dibagian belakang museum, yang mana bunker ini peninggalan bekas masa penjajahan Jepang, pengunjung dapat dengan bebas masuk ke bunker ini dan mengabdikannya dalam bentuk foto maupun video. Begitu juga yang dilakukan oleh Museum Kebaharian Jakarta, koleksi museum yang beragam diantaranya adalah miniatur pinisi, yang mana terdapat pembuat miniatur pinisi profesional yang membuat pinisi di Museum, kita dapat secara dekat melihat proses pembuatannya, jika beruntungseniman pembuat pinisi ini mempersilahkan wisatawan berkontribusi dalam pembuatannya.

Selain itu, dalam meningkatkan pengalaman berwisata melalui teknologi terkini, Moja Museum menggunakan konsep baru dalam berwisata ke museum, pengunjung dapat mengelilingi museum dan melihat-lihat koleksi menggunakan sepatu roda.

Penggunaan sepatu roda ini memang merupakan konsep utama dari Moja Museum dan menjadi yang pertama dan satu satunya di Indonesia, tentu hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Penggunaan sepatu roda secara bergantian mengharuskan para wisatawan menggunakan kaus kaki, namun jikalau pengunjung lupa memakai, Moja Museum menyediakan mesin penyedia kaus kaki yang di dalamnya juga menyediakan masker dan juga obat-obatan.

Untuk Musuem Perumusan Naskah Proklamasi merupakan salah satu museum yang menggunakan teknologi yang bernama "SIJI", ini adalah salah satu keunggulan museum ini selain dari koleksinya, pengunjung dapat menggunakan aplikasi "Siji" yang mana di dalamnya pengunjung dapat melakukan scanning lukisan yang berlogo Siji dan Scan QR Code pada aplikasi, maka aplikasi akan memainkan video yang menjelaskan konten museum tersebut, biasanya berupa lukisan, aplikasi Siji ini memberikan pengalaman baru berupa, penjelasan konten museum secara digital dan tergambar dari sisi visual melalui ponsel pintar wisatawan.

Selanjutnya, berinteraksi sosial pada destinasi, dalam hal ini Moja Museum memberikan momen dimana antar pengunjung dapat berinteraksi di 'mo paint' selain melukis sendiri dapat berkolaborasi dalam menghiasi dinding dengan lukisan abstrak dan terkonsep secara bersama sama.

Di Museum Bahari interaksi sosial terlihat dengan kerja sama antar pengunjung dalam membuat miniatur pinisi yang lebih sederhana, konsep pembuatan pinisi ini dapat memberikan kesan tersendiri pada kegiatan atraktif di museum dan memberikan sensasi baru dalam mengunjungi museum.

Secara garis besar, ketiga destinasi museum tersebut sudah menuju ke arah smart tourism. Namun perlu diketahui bahwa perlu adanya perhatian kepada keberlanjutan lingkungan guna kelengkapan karakteristik smart tourism secara utuh. Ketiga museum tersebut dapat dijadikan cerminan bahwa smart tourism dapat diaplikasikan pada objek wisata yang menjual sisi sejarahnya dan menjadi masa depan museum khususnya di Indonesia.

sumber : https://www.kompasiana.com/okkyridwan7319/6099da378ede48231b289342/smart-tourism-dan-penerapannya-pada-museum-di-dki-jakarta?page=all#section1

Posting Komentar

0 Komentar