Ilustrasi industri mamin (Foto: Kemenerin )
Keterbukaan terhadap teknologi yang lebih maju dari perusahaan asing akan membangkitkan, dan meningkatkan daya saing global industri manufaktur makanan dan minuman (mamin) Indonesia. Hal ini secara signifikan mendukung peningkatan efisiensi dan keselamatan pada bidang operasi pabrik, yang mana Selandia Baru unggul dalam menerapkan teknologi pabrik pintar (smart plant technologies)
Namun, sebagian besar pelaku usaha belum sepenuhnya menerapkan praktik Industri 4.0 seperti yang dicita-citakan dalam rencana “Making Indonesia 4.0” oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang diluncurkan pada 2018. Salah satu alasan dari lambatnya adopsi tersebut adalah kurangnya pasokan teknologi yang sesuai dan penyedia teknologi yang mahir di Indonesia. Demikian isu yang mengemuka pada live webinar, "Industry 4.0: How smart plant technologies support efficiency, safety and competitiveness of F&B manufacturing for the global stage" yang diselenggarakan oleh New Zealand Trade & Enterprise (NZTE).
Padahal operasional pabrik, sebagai salah satu dari lima pilar utama yang diukur oleh "Indonesia Industry 4.0 Readiness Index" (INDI 4.0), secara langsung mendukung keseluruhan sistem manufaktur bersamaan dengan empat pilar "INDI 4.0" lainnya, yaitu manajemen dan organisasi; sumber daya manusia dan budaya; produk dan layanan; dan teknologi.
Menurut Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, Diana Permana, Selandia Baru telah memanfaatkan perpaduan teknologi yang menggabungkan aspek fisik, digital, maupun kombinasi antara kedua aspek tersebut. Badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru menyediakan peluang untuk mendukung manufaktur mamin Indonesia menerapkan teknologi pintar yang bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik.
"Jika dijelaskan lebih lanjut teknologi pintar tersebut antara lain teknologi sistem keamanan tinggi yang dapat membantu mengelola keselamatan dengan mengurangi kontak antar sesama manusia, sistem pendingin udara yang fleksibel, rekayasa industri virtual yang mempermudah analisa data dan pengambilan keputusan, dan teknologi virtual untuk K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan),” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (5/5).
Menurut data yang dipaparkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI), Adhi S. Lukman, sebanyak 49,2% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9% berasal dari makanan olahan.
Selain itu, pertumbuhan industri mamin dilaporkan mengalami penurunan dari 7,8% pada 2019 menjadi 1,5% pada tahun lalu akibat gangguan pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan masih banyaknya manufaktur mamin Indonesia yang beroperasi secara manual dengan kendali manusia secara penuh.
“Industri mamin memainkan peran penting dalam perekonomian nasional. Pandemi Covid- 19 telah menyebabkan gangguan besar dalam nilai pertumbuhan dan kompetitif secara global. Teknologi Industri 4.0 menghadirkan digitalisasi dan Human Machine Interface (HMI). Inovasi tersebut akan memajukan industri mamin Indonesia dari operasional secara manual menjadi serba otomatis, lalu menjadi operasional secara otonom, sehingga mendukung manufaktur menjalankan operasionalnya dengan hemat biaya, waktu, aman dan berkelanjutan,” jelas Adhi.
Dengan beragam praktik baru yang muncul akibat Covid-19, kegiatan operasional yang lebih aman menjadi semakin penting dan diperkirakan akan terus berlaku kedepannya. Teknologi tidak hanya mengoptimalkan peran manusia, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko di bidang operasional.
Menurut Manajer Business Development Gallagher Security Asia Tenggara, Travis Lee, pandemi telah mengembangkan bagaimana cara mengukur keselamatan praktik bisnis dengan kebijakan prosedur yang lebih ketat untuk mengelola risiko dari segi keamanan dan kesehatan.
"Mengadopsi teknologi berbasis smart security dapat mendukung pabrik untuk mencegah dan memitigasi potensi resiko dari kontaminasi manusia, dimulai dengan penyaringan di pintu masuk, mengelola pergerakan manusia, mengelola kapasitas ruangan, hingga pelacakan kontak (contact tracing) – semua dikelola melalui system berbasis aplikasi," katanya.
Travis juga menambahkan, sistem keamanan berbasis teknologi mempercepat proses pencegahan dan penanganan ketika resiko terjadi, salah satu contohnya adalah aplikasi proximity contact tracing yang mempercepat pelacakan kasus Covid-19 di lapangan dibandingkan dengan pelacakan manual yang memakan waktu.
Di samping itu, sistem keamanan berbasi teknologi pintar Gallagher Security juga memungkinkan solusi minim kontak yang efisien diantaranya Mobile Credential, Face Detection, Temperature Screening, dan sebagainya, yang dapat menghemat waktu proses administrasi, biaya tes kesehatan, dan kerugian atas hilangnya waktu operasi jika terjadi kontaminasi dan resiko.
Dalam hal mencapai efisiensi energi melalui teknologi pintar, operasional pabrik di Indonesia juga sebaiknya menerapkan sistem pendingin udara dengan sistem lebih fleksibel (high flexibility air conditioning system), daripada menggunakan sistem pendingin terpusat yang digunakan saat ini.
Di sistem AC dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi, setiap area pabrik memiliki pengaturannya sendiri yang terpisah dengan sistem pengaturan di area lain. AC pada masing- masing area dapat dinyalakan atau dimatikan bila diperlukan, sehingga unit AC hanya dinyalakan di ruangan aktif yang ditempati. Biaya listrik didasarkan pada penggunaan yang sebenarnya yang sesuai dengan waktu operasi pabrik dan jam kerja shift yang berbeda-beda.
"Kita membutuhkan teknologi yang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini yakni jam operasional yang beragam, kebutuhan hemat energi, dan keperluan kesehatan. Sistem AC yang berdiri sendiri mampu mencegah udara bercampur antar ruangan dan sistem dapat mengatasi beban parsial secara efektif dan ekonomis serendah 3,5kW," demikian penjelasan General Manager Termperzone Singapura, WengFei Ho.
Salah satu pertimbangan dalam mengadopsi Industri 4.0 adalah tingginya biaya investasi yang juga dibahas dalam live webinar tersebut. Namun terlepas dari investasi tersebut, pelaku industri Indonesia dan Selandia Baru menyadari bahwa pengembalian investasi itu nyata dan feasible, tidak selalu dari dilihat segi angka tetapi kualitas tentunya.
Sedangkan General Manager Manufacturing PT Indolakto (Indomilk), Asep Noor mengakui bahwa transformasi Industri 4.0 adalah suatu kebutuhan karena menjawab tantangan industri mamin dalam hal keselamatan, efisiensi, kecepatan fleksibilitas produksi, serta jaminan kualitas produk.
Asep mengatakan, dari sisi operasional, PT Indolakto mengelola semuanya secara digital dari hulu hingga hilir untuk mengatur dan memantau prosedur kinerja secara real-time yang bisa dilakukan dari mana saja melalui koneksi internet.
Ketersediaan SDM
Ada pun tantangan lain untuk mengimplementasikan Industri 4.0 adalah ketersediaan sumber daya manusia yang terampil untuk menghadapi evolusi industri ini. Serta tantangan teknis lainnya seperti cyber security, infrastruktur internet, pasokan listrik di daerah terpencil, dan pengembangan ekosistem inovasi.
Elise Salt, insinyur Digital Beca - sebuah perusahaan konsultan teknik dan teknologi Selandia Baru - menggarisbawahi bahwa banyak manufaktur yang masih belum mengadopsi inovasi cerdas karena kesulitan dalam menentukan strategi yang jelas untuk mengimplementasikan teknologi, dan edukasi sebagai langkah menuju solusi.
“Industri 4.0 Demonstration Network adalah inisiatif Pemerintah Selandia Baru yang bermitra dengan Beca dan EMA, yang menyediakan roadmap bagi manufaktur dalam mempelajari aplikasi potensial dan nilai dari berbagai alat industri 4.0. Kami mengedukasi para perusahaan manufaktur melalui studi kasus dan kunjungan langsung ke lokasi pabrik untuk lebih memahami bagaimana solusi Industri 4.0 dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, sehingga memungkinkan manufaktur untuk mulai merancang strategi perubahan mereka,” jelas Elise.
Program ini mencakup tinjauan umum teknologi Industri 4.0, peningkatan produktivitas, jaminan kualitas, pemeliharaan yang berkualitas dan efisien, serta peningkatan pengambilan keputusan untuk capital expenditure.
Sebagai informasi, Selandia Baru merupakan pemimpin global di bidang manufaktur dan bisnis. Negeri Kiwi itu juga menyediakan makanan berkualitas tinggi untuk 200 negara di seluruh dunia; peringkat pertama dari 113 negara untuk keamanan pangan, peringkat ke-8 dari 78 ekonomi untuk produktivitas, dan peringkat ke-6 dari 138 negara untuk bisnis dan inovasi.
Sebagai badan pengembangan ekonomi dan bisnis internasional Selandia Baru, New Zealand Trande and Enterprise (NZTE) berkomitmen untuk mendukung dan menjadi bagian dari pengembangan Industri 4.0 Indonesia di sektor manufaktur mamin. NZTE menjembatani kemitraan antara perusahaan Indonesia dengan ahli dari Selandia Baru.
“Agar pengoperasian teknologi pintar di sebuah pabrik dapat dilaksanakan secara maksimal, pemberian pelatihan pekerja pabrik dengan keterampilan Industri 4.0 diperlukan adalah bagian dari program ini. Selanjutnya kami dapat memastikan perusahaan manufaktur lokal akan menerima dukungan dari ahli teknologi Selandia Baru untuk tercapainya proses yang aman dan efisien,” ujar Diana.
0 Komentar