Waduh! Pasokan Tembaga Menuju Krisis, Ternyata Gegara Ini

 


Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga penyedia data komoditas global yang berbasis di Paris, Prancis, Kpler, mengungkapkan kurangnya investasi terhadap tembaga dalam 10 terakhir ini berpotensi menyebabkan ancaman terganggunya pasokan komoditas logam ini.
Padahal, harga tembaga telah melonjak signifikan dalam setahun terakhir, salah satunya diakibatkan oleh maraknya investasi ramah lingkungan sehingga menciptakan peningkatan permintaan terhadap logam, salah satunya tembaga.

"Sejumlah produsen di pasar ini [logam] mengalami pertumbuhan sangat konservatif selama satu dekade terakhir. Hal ini benar-benar mengakibatkan kurangnya investasi yang mengalir melalui rantai pasokan, dan jelas sekarang menciptakan masalah [ancaman krisis pasokan]," kata analis komoditas Reid I'Anson dari Kpler, dikutip CNBC International, Selasa (22/6/2021).

Permintaan tembaga memang lagi tinggi dan memicu harganya melonjak.

Dari bidang elektronika hingga konstruksi rumah, tembaga digunakan secara luas dalam manufaktur dan pemulihan permintaan akan logam ini dipandang sebagai salah satu indikator utama dalam hal tren perkembangan ekonomi saat pandemi ini.

Awal tahun ini, harga tembaga sempat mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sejak awal tahun, harga tembaga telah naik sekitar 21%.

"Jadi saat ini semakin banyak dari perusahaan [produsen logam] tersebut menyadari akan harga yang lebih tinggi dan mereka ingin mengambil keuntungan, sedangkan waktu untuk membuka tambang baru dan dapat beroperasi akan memakan waktu cukup lama," katanya.

Ke depan, permintaan tembaga akan terus meningkat. Salah satu faktor kuncinya adalah dorongan menuju pembangunan berkelanjutan seiring dengan lebih banyak inisiatif hijau yang dilakukan oleh pemerintah.

Tembaga, katanya, banyak digunakan dalam pengembangan kendaraan listrik serta infrastruktur pembangkit listrik energi terbarukan.

"Saya pikir kinerja logam akan cukup baik, mengingat fakta akan semakin banyak 'ekonomi barat' bersedia menghabiskan banyak uang untuk memastikan bahwa mereka 'menghijaukan ekonomi mereka' dan itu akan membutuhkan banyak pasokan tembaga di masa depan," kata I'Anson.

Risiko Tembaga

I'Anson menilai bahwa ketidakstabilan politik di Chili, di mana sebagian besar tembaga dunia ditambang, juga akan berkontribusi pada masalah ini.

Bulan lalu, koalisi yang berkuasa di negara itu secara tak terduga gagal mengumpulkan jumlah kursi yang dibutuhkan untuk merumuskan konstitusi baru.

Tahun lalu, warga Chile memilih untuk menulis ulang konstitusi mereka setelah protes massal terjadi pada 2019 akibat kesenjangan yang terjadi di Chile.

"Anda juga memiliki beberapa ketidakpastian lain terkait Covid, yang membuat investasi baru, katakanlah, enam hingga 12 bulan lalu, lebih lambat dari yang diperkirakan semula " kata I'Anson.

"Jadi Chilie yang merupakan produsen tembaga utama, sedang berjuang untuk menetapkan batas waktu untuk investasi besar yang perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan pasokan yang saat ini sudah terlihat di pasar."


Data USGS mencatat produksi tembaga Chile mencapai 5,7 juta ton pada 2020 atau lebih dari seperempat produksi dunia, cadangan tembaga Chile mencapai 200 juta ton.

Adapun Indonesia tidak lagi termasuk produsen tembaga utama dunia, terakhir tahun 2018 USGS mencatat produksi tembaga Indonesia berada di angka 651.000 ton dengan cadangan mencapai 28 juta ton.

Tambang tembaga utama Indonesia termasuk PT Freeport Indonesia, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (eks Newmont).

Mengacu data London Metal Exchange (LME), pada awal Mei, tepatnya 6 Mei 2021, harga tembaga di LME menembus level US$ 10.000 per metrik ton (MT), tepatnya US$ 10.025 per MT dan terus naik.

Bahkan pada 13 Mei, sempat menyentuh US$ 10.253,5 per MT, meski pada 14 Mei harus turun ke level US$ 10.212 per MT. Pada Senin malam waktu Indonesia (21/6), harga tembaga untuk kontrak 3 bulan diperdagangkan di level US$ 9.224/MT.

Sebelumnya, harga tembaga digadang-gadang berpotensi bisa menyentuh US$ 20.000 per MT di 2025, berdasarkan analisis Bank of America (BofA), seperti dilansir dari CNBC International.

sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210621122043-17-254672/waduh-pasokan-tembaga-menuju-krisis-ternyata-gegara-ini

Posting Komentar

0 Komentar