Simak rekomendasi saham emiten batubara di tengah sentimen kenaikan harga komoditas

 


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga batubara masih belum berakhir. Bahkan, batubara menyentuh level tertingginya setelah harga batubara kontrak Agustus 2021 di ICE Futures berada di US$ 151 per ton pada Jumat (16/7).

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menjelaskan, kenaikan harga batubara didorong oleh apa yang terjadi di China. Saat ini, permintaan batubara terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan listrik di tengah pemulihan aktivitas industri. Tapi di satu sisi tengah terjadi keterbatasan pasokan batubara akibat beberapa tambang yang harus tidak beroperasi karena cuaca hujan ekstrem.

“Dengan tidak seimbangnya antara pasokan dan permintaan, ini membuat harga batubara terus naik. Kami memproyeksikan untuk tahun ini, harga rata-rata batubara akan berada di level US$ 90 per ton,” kata Catherina kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7).

Lebih lanjut, Catherina juga melihat adanya ketidakpastian masa depan pada industri batubara. Pemerintah saat itu sempat mewacanakan untuk menutup pembangkit listrik batubara berdaya 50 GW pada 2025 sebagai langkah menuju emisi nol karbon pada 2060. Tapi, di satu sisi pada tahun 2020 terdapat pembangunan pembangkit listrik batubara berdaya 11,8 GW dan membangun pembangkit listrik batubara berdaya 21 GW yang beroperasi hingga 2065.

Menurut Catherina, pemerintah sebenarnya sedang berada di persimpangan jalan, apakah memutuskan untuk beralih ke energi terbarukan atau bergantung pada batubara. Tapi, sebagai negara yang bergantung pada batubara, cukup sulit bagi Indonesia untuk beralih ke energi terbarukan dalam waktu sekejap.

“Jadi kemungkinan Indonesia akan mengurangi penggunaan batubara secara bertahap, namun tidak akan sepenuhnya bergantung pada energi terbarukan. Energi konvensional setidaknya masih akan digunakan beberapa dekade ke depan, apalagi dengan adanya proyek gasifikasi yang mengindikasikan kebutuhan batubara di tahun-tahun mendatang,” imbuh Catherina.

Catherina pun saat ini memberikan rating netral untuk sektor batubara. Dia yakin, minat investor akan beralih ke industri yang lebih ramah lingkungan. Sementara kenaikan harga batubara akan membuat harga saham emiten batubara ikut menguat. Namun, menurutnya hal tersebut hanya berlangsung sementara karena harga batubara ke depan juga akan berangsur turun.

Bagi investor yang tertarik mengoleksi emiten batubara, Catherina merekomendasikan untuk membeli saham dengan yield dividen paling tinggi serta punya tingkat kesadaran ESG yang juga tinggi. Dia menjadikan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai top pick emiten batubara dari MNC Sekuritas

Berikut masing-masing rekomendasi untuk saham sektor batubara:

1. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

ADRO merupakan salah satu saham emiten batubara dengan yield dividen yang paling tinggi dibanding peers, yakni 5%. Selain itu, ADRO juga punya tingkat ESG yang cukup baik dengan memiliki produk batubara enviro yang merupakan batubara dengan polutan sangat rendah. Selain itu, ADRO juga punya beragam diversifikasi bisnis dan turut serta dalam proyek gasifikasi. Tak hanya itu, ADRO juga punya potensi kenaikan pangsa ekspor sehingga diuntungkan dengan kenaikan harga batubara belakangan ini.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia merekomendasikan untuk beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.450 per saham

2. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

PTBA juga menjadi salah satu emiten batubara yang punya diversifikasi bisnis cukup beragam, salah satunya adalah Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) yang juga merupakan proyek gasifikasi. Selain itu, PTBA juga semakin serius untuk masuk ke sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan menjajaki manajemen karbon. Sementara dari bisnis batubara, PTBA juga mempunyai cadangan batubara yang melimpah dan sistem penambangan yang terintegrasi.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo merekomendasikan untuk beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.400 per saham

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

ITMG yang akan mendapatkan keuntungan tertinggi dari kenaikan harga batubara belakangan ini seiring mereka memiliki proporsi ekspor tertinggi, yakni 80%-85% dari volume penjualan. Sementara itu, biaya produksi ITMG kemungkinan akan tetap stabil selama tahun ini karena penurunan nisbah (rasio) kupas dan volume produksi yang lebih tinggi. Adapun, untuk tahun ini ITMG memasang target produksi 17,7 juta ton-19,9 juta ton.

Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya merekomendasikan untuk beli saham ITMG dengan target harga Rp 16.550 per saham.

4. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Pada kuartal I-2021, BUMI membukukan pendapatan sebesar US$ 191,25 juta atau turun 25,67% secara yoy. Walau begitu, jika dilihat secara kuartalan, kinerja BUMI berhasil mengalami kenaikan 15%. Pada periode tersebut, BUMI berhasil mencatatkan volume produksi sebesar 19,5 juta ton. Adapun, pada tahun ini BUMI menargetkan bisa memproduksi batubara sebanyak 85 juta ton - 89 juta ton.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan untuk wait and see saham BUMI dengan target harga Rp 68 per saham.

sumber : https://investasi.kontan.co.id/news/simak-rekomendasi-saham-emiten-batubara-di-tengah-sentimen-kenaikan-harga-komoditas?page=2

Posting Komentar

0 Komentar