Dua Inovasi Banyuwangi Masuk 10 Terbaik Inotek Award Jatim 2021


BANYUWANGI – Dua inovasi Pemkab Banyuwangi masuk jajaran 10 terbaik kompetisi Inovasi Teknologi (Inotek) Award Provinsi Jatim 2021. Dua inovasi tersebut adalah Sistem Terintegrasi Ternak, Ikan, dan Sayur (Sister Say) dan Eco-Green Energy pada budi daya buah naga berbasis internet of things (IoT).

Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jatim Nomor 070/620/206.5/2021. Surat tentang penetapan calon penerima anugerah yang lolos seleksi tahap I pada penganugerahan Inovasi Daerah dan Inovasi Teknologi Provinsi Jatim Tahun 2021 diteken pada 27 Agustus lalu.

Bupati Ipuk Fiestiandani bersyukur inovasi Banyuwangi terus diapresiasi positif oleh pemerintah pusat dan provinsi. Dia pun menyampaikan terima kasih kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan masyarakat yang terus menginisiasi inovasi baru untuk mendukung kemajuan dan kesejahteraan Banyuwangi. ”Semoga dua inovasi kita ini bisa lolos hingga tahap akhir,” ujarnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banyuwangi Suyanto Waspo Tondo Wicaksono menjelaskan, kompetisi Inotek Award Jatim 2021 ini melombakan lima kategori. Yakni inovasi daerah, inovasi teknologi berbasis website/mobile apps, inovasi teknologi non-ekonomi, dan perangkat daerah penyelenggara fungsi penelitian dan pengembangan (litbang).

Dalam SK tersebut dua inovasi Banyuwangi dinyatakan lolos pada seleksi tahap pertama. Sister Say tercatat masuk ranking 10 tertinggi untuk kategori inovasi daerah. Sedangkan Eco-Green Energy dari kategori inovasi teknologi bidang ekonomi.

Inovasi Sister Say merupakan program yang digagas oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi. Sedangkan Eco-Green Energy digagas masyarakat kabupaten the Sunrise of Java ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setyawan mengatakan, Sister Say merupakan inovasi penyediaan kebutuhan pangan lengkap bagi warga di desa-desa yang rawan stunting. Inovasi ini mengoptimalkan aplikasi konsep urban farming yang mengintegrasikan pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu lahan. Di lahan tersebut tersedia tanaman sayuran, buah-buahan, serta perikanan sistem bioflok dan kandang ternak dalam satu lahan.

”Lahan ini kami taruh di desa yang terindentifikasi rawan stunting. Di desa tersebut, dipilih satu lingkungan yang dijadikan pusat percontohan. Dinas Pertanian memfasilitasi dan membantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan,” kata Arief.

Satu lahan percontohan mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian terdiri dari 50 ekor ayam dan kandang portable, dua kolam lele bioflok termasuk benihnya, 1 unit peralatan hidroponik, serta benih sayurannya. Sehingga di lahan tersebut, kebutuhan pangan sumber karbohidrat, vitamin, serta protein nabati dan hewani dapat tersedia di satu pekarangan ini.

Dengan cara semacam ini, Arief berharap kebutuhan gizi warga sekitar tercukupi. ”Ini sangat mendukung program percepatan penurunan stunting di Banyuwangi. Saat ini, Sister Say sudah diterapkan di 6 desa rawan stunting yang tersebar di 6 kecamatan,” ujarnya.

Inovasi Kedua digagas oleh masyarakat. Eco-Green Energy merupakan teknologi smart farming dengan menerapkan internet of things untuk mendukung sistem pencahayaan dan pengairan pada lahan buah naga. Smart farming ini diimplementasikan menggunakan panel surya sebagai energi alternatif.

Sistem ini membantu meningkatkan produktivitas buah naga petani. Selain juga lebih ramah lingkungan, efisien, dan memiliki added value. Salah satunya, sebagai destinasi agrowisata.

Posting Komentar

0 Komentar