IDC: Pandemi Picu Perusahaan Perkuat Strategi Berbasis Digital


JAKARTA - Lembaga riset Internation Data Corporation (IDC) mengungkapkan perusahaan yang berada di kawasan Asia Tenggara terus melakukan penguatan strategi berbasis digital, demi ketangguhan bisnis di masa depan. Langkah itu dilakukan dipicu oleh pandemi Covid-19, yang mengaharuskan perusahaan untuk transformasi sekaligus beradaptasi dalam kondisi tersebut.

“Di Asia Tenggara, pelemahan ekonomi yang terjadi karena pandemi Covid-19 membuat sebagian besar perusahaan melakukan transformasi dan beradaptasi dengan kondisi tersebut. Transformasi ini dapat terlihat dari sejumlah fase pada masing-masing periode,” kata Sudev Bangah, Managing Director IDC ASEAN melalui siaran pers, Senin, (20/9).

Menurut dia, hal ini tak hanya terjadi di ASEAN, bahkan di kawasan Asia Pasifik, pada kuartal II 2020, 60% perusahaan mulai mengubah mindset mereka untuk menjadi perusahaan yang tangguh dalam menghadapi krisis.

Bahkan, pada kuartal IV-2020, 31% perusahaan di Asia Tenggara mengalihkan fokus investasi pada model bisnis baru, melakukan ekspansi pasar dan mengubah strategi pendekatan terhadap konsumen. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk memastikan perusahaan tetap dapat beroperasi dan menjalankan bisnisnya.

Di sisi lain, pada periode tersebut, belanja teknologi informasi (TI) secara keseluruhan terkontraksi 1,1%, angka ini sedikit lebih baik dari perkiraan sebelumnya yaitu kontraksi 2% sampai 3%. Sebagian besar pengeluaran teknologi tersebut difokuskan untuk penggunaan cloud, analytics, automasi, aplikasi keamanan, produktivitas dan komunikasi.

Pada kuartal I 2021, sejumlah perusahaan mengatur ulang strategi mereka agar menjadi perusahaan yang berorientasi di masa depan. Hal tersebut dilakukan dengan menjalankan investasi yang tepat dan memperkuat infrastruktur teknologi. Pada akhirnya kedua hal tersebut menghasilkan platform digital, automasi bisnis, dan pengelolaan data bisnis secara modern bagi perusahaan.

Perubahan strategi digital menyebabkan perusahaan membutuhkan layanan cloud yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebanyak 54% perusahaan menggunakan anggaran belanja operasional lebih besar untuk pengadaan cloud.

Sebanyak 84% di antaranya lebih memilih penyedia layanan cloud yang bisa membantu mereka mengatur aktivitas bisnisnya, 44% perusahaan menginginkan layanan cloud yang menyediakan keamanan data lebih baik, dan 22% perusahaan ingin layanan cloud yang menyediakan akses yang sesuai aktivitas bisnisnya.

Sementara itu, pada kuartal II 2021, keputusan dan langkah-langkah perusahan dibuat dalam kondisi dunia yang masih belum pasti. Dalam kondisi tersebut, anggaran belanja TI semakin meningkat. Beberapa di antaranya terkait layanan cloud, aplikasi analisis, internet of things (IoT), artificial intelligence, automation technologies dan business services.

“Pengelolaan anggaran untuk TI merupakan hal yang kritikal, perusahaan harus dapat membuat keputusan belanja teknologi yang selaras dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai perusahaan. Belanja teknologi yang dilakukan harus dapat mendukung keberlanjutan bisnis, membantu perusahaan meningkatkan kualitas sistem supply chain, memastikan produksi tetap berjalan dan perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen,” ujar Sudev.

Sudev mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, perusahaan melakukan investasi untuk mengantisipasi potensi disrupsi pada bisnis. Sebagian besar rencana bisnis tidak memperhitungkan kondisi unik seperti pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahan kesulitan untuk merespon kondisi tersebut di awal pandemi.

Saat pandemi Covid-19 terjadi, perusahaan memperkuat ketangguhan bisnis untuk beradaptasi dengan situasi pandemi, yakni dengan menjalankan aktifitas bekerja dari rumah (work from home), perdagangan menggunakan platform digital, dan automasi. Hal ini membuat perusahaan tak lagi berfokus pada strategi antisipasi disrupsi bisnis.

“Setelah pandemi Covid-19, perusahaan mulai mempersiapkan strategi untuk menghadapi potensi disrupsi bisnis lainnya yang akan muncul di masa depan. Investasi digital tidak hanya bertujuan untuk mempersiapkan perusahaan beradaptasi dengan krisis saat ini, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari perubahan yang mungkin terjadi,” ungkap Sudev.

Sementara, Marketing & Solution Director Lintasarta Ginandjar menuturkan, dunia bisnis mulai merasakan kebutuhan akan adaptasi teknologi yang semakin cepat akibat pandemi Covid-19. Hal ini, katanya, justru menjadi katalisator yang menyebabkan permintaan akan implementasi digitalisasi di semua lini datang secara serentak.

“Cloud hadir sebagai solusi dengan membawa berbagai kemudahan dan keunggulan, terutama untuk mendukung implementasi digital,” tutur Ginandjar.

Kendati demikian, transformasi digital tidak dapat terjadi dalam satu malam. Perusahaan berorientasi digital membutuhkan perencanaan yang matang dan melalui peta jalan rencana transformasi digital tersebut.

“Dalam penyusunan tahapan transformasi digital pada sebuah bisnis, dibutuhkan fundamental yang kuat, seperti kesiapan, dan kematangan infrastruktur, salah satunya Cloud,” ucap Ginandjar.

Sumber : https://investor.id/it-and-telecommunication/264131/idc-pandemi-picu-perusahaan-perkuat-strategi-berbasis-digital

Posting Komentar

0 Komentar