Mitta Dwi Cahyani, Penggagas Robot Pendeteksi Kanker Payudara


Melihat banyaknya kasus kematian akibat kanker payudara, seorang mahasiswa asal Solo ini tergerak hatinya untuk membuat alat pendeteksi penyakit ganas ini. Inovasi baru ini nanti dapat digunakan masyarakat di berbagai kondisi.

Sebagai mahasiswa kebidanan, Dwi Cahyani merasa miris melihat sesama kaumnya harus berjuang melawan kanker payudara dan akhirnya tidak tertolong lagi. Dia membeber data, berdasarkan data rekam medik RSUD Dr Moewardi jumlah pasien kanker payudara di Kota Solo pada Mei 2017 sebanyak 202 pasien. Angka ini membuktikan masih minimnya penanganan awal pada pasien kanker payudara.

Dari data tersebut mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) ini berinisiatif menciptakan robot mendeteksi kanker payudara. “Sebenarnya ini baru pada tahap perancangan, kalau sudah ada lampu hijau dari pemerintah baru kami realisasikan untuk masyarakaya,” ujarnya.

Proses pembuatan robot pendeteksi kanker payudara ini diperkirakan memakan waktu sembilan bulan. Pada tahap penyusunan desain dan perencanaan sistem membutuhkan waktu dua bulan. Kemudian tahap pembuatan rangkaian sistem internal robot membutuhkan waktu dua bulan. Sedangkan untuk uji coba robot dibutuhkan waktu sekitar lima bulan.

Sedangkan untuk biaya produksi, Mitta mengungkapkan, untuk satu robot menelan biaya Rp 45 juta. Dana tersebut dinilai sepadan dengan kebermanfaatan robot yang dapat menekan angka kematian perempuan Indonesia akibat kanker payudara. Menurutnya, langkah ini perlu dilakukan untuk dapat melindungi perempuan dari penyakit berbahaya.

“Dana itu sudah saya hitung dengan menggunakan harga rata-rata bahan produksi yang paling murah dan mudah dicari. Karena tujuan awal saya adalah untuk membantu masyarakat, khususnya para perempuan,” bebernya

Mitta sempat merasa kurang percaya diri membawa hasil temuannya untuk dipertandingkan pada tingkat nasional. Namun, dengan adanya dukungan dari keluarga dan dosen pendamping, dia mampu menyingkirkan 190 peserta lainya dari berbagai daerah. “Sampai tahap ini saja saya sudah bersyukur sekali. Karena banyak sekali lawannya” katanya.

Berbagai hambatan juga pernah dilalui Mitta agar dapat menyuarakan ide cemerlangnya. Dia sempat mengalami stres karena harus menyiapkan berbagai komponen demi merealisasikan robot temuanya.

Berbagi tes dan ujian juga harus dilalui agar dapat lolos sebagai finalis mahasiswa berprestasi. Mula dari tes wawasan kebangsaan, tes pemberkasan dan presentasi produk.

“Jika ini nanti lolos, robot pendeteksi kanker payudara ini dapat direalisasikan dan dibuat secara masal. Agar dapat membantu para perempuan di Indonesia mencegah penyakit kanker payudara,” terangnya.

Kunci dari berbagai hambatan dan kendala yang dialaminya, dia mengatakan tetap berpikir positif dan melakukan yang terbaik. Meski ada beberapa orang yang menganggap temuannya tidak dapat terealisasikan, namun, dengan tekad yang kuat kini tinggal selangkah lagi Mitta dapat membuktikan diri mampu menciptakan robot pendeteksi kanker payudara yang dapat bermanfaat bagi semua orang.

Sumber : https://radarsolo.jawapos.com/features/24/09/2021/mitta-dwi-cahyani-penggagas-robot-pendeteksi-kanker-payudara/

Posting Komentar

0 Komentar