Aerator yang digunakan oleh petani tambak udang atau ikan di daerah pantai biasanya menggunakan tenaga diesel. Berbeda dengan hal tersebut, Dosen Program Studi Teknologi Mesin Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) M. Abdus Somad bersama empat mahasiswanya menciptakan Aerator tenaga surya pertama berbasis IoT (Internet of Think) sebagai sistem pengoperasiannya.
Perbedaan antara Aerator tenaga surya berbasis IoT dengan Aerator biasanya terletak pada tenaga dan sistem pengoperasiannya. Sementara fungsinya masih tetap sama, yaitu sebagai pompa air oksigen.Aerator tenaga surya pertama berbasis IoT memang diperuntukkan bagi petani tambak udang dan ikan di daerah pesisir pantai. Yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan oksigen air bagi udang atau ikan, sehingga memudahkan para petani tersebut.
"Di daerah pesisir laut atau pantai memiliki keterbatasan jaringan listrik. Biasanya, jenis Aerator yang digunakan bertenaga diesel pengoperasiannya pun masih manual. Kita kembangkan menggunakan solar sel (tenaga matahari) membuat hemat energi, dan pengoperasiannya pun sangat mudah. Hanya menggunakan jaringan internet saja memakai aplikasi Telegram (bot) yang kami kembangkan sendiri. Jadi sangat fleksibel,” ungkap Abdus Somad, dilansir melalui laman resmi UMY.
Selama proses pembuatan aerator tenaga surya berbasis IoT membutuhkan waktu selama tiga bulan. Ide awal hadir dari Abdus Somad, yang kemudian berkolaborasi dengan keempat mahasiswanya.
Komponen yang menyusun aerator terdiri dari kotak hitam berisi aki yang berfungsi menampung daya dan pelindung sistem IoT. Kotak tersebut diapit oleh dua kincir berwarna kuning di sisi kanan dan kiri yang terbuat dari bahan komposit serat alam. Terdapat dua panel surya di bagian atas, dan dua pelampung dari jerigen untuk menahan beban alatnya yang berkisar kurang lebih 100 kg.
Pada saat melakukan uji coba, Aerator tersebut mampu dioperasikan menggunakan bot Telegram dari jarak kurang lebih 3 KM. Sementara itu, untuk keamanan alat IoT sendiri, yang terletak di dalam kotak hitam berpotensi terkena cipratan air, Abdus Somad mengatakan sangat aman. Untuk aki yang terdapat di dalam kotak hitam tersebut memiliki daya sebesar 13,4 volt dan mampu bertahan selama enam jam tanpa pengisian.
"Sangat aman, walaupun terkena air masih aman. Ketika pagi sampai sore hari, bisa digunakan karena daya akan terisi terus. Ketika malam hari bisa menggunakan daya yang tersimpan di dalam aki," terang Abdus Somad.
Aerator tenaga surya berbasis IoT sendiri pula merupakan sebuah pemenuhan catur dharma universitas, yang akan diperkenalkan ke masyarakat sebagai bentuk pengabdian. Terutama akan ditujukan bagi petani tambak udang atau ikan yang memang menjadi tujuan utama diciptakannya aerator tersebut.
"Ini bentuk kreativitas mahasiswa dan kami akan terus membimbing mereka. Terlebih sebagai mahasiswa vokasi tidak hanya teori akademisnya saja tetapi menciptakan sebuah produk. Dengan alat tepat guna ini, saya berharap bisa berguna bagi masyarakat dan semakin mengenalkan Teknologi Mesin Vokasi UMY sebagai program yang mampu menghasilkan produk-produk bermanfaat," tutup Abdus Somad.
Sumber : https://akurat.co/umy-ciptakan-aerator-tenaga-surya-pertama-berbasis-iot
0 Komentar