Jakarta - Seiring dengan harga minyak yang melemah sepekan ini, harga batu bara dunia tertekan selama sepekan, menyusul investigasi pemerintah China untuk mengendalikan harga.
Harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak berjangka (futures) yang ramai ditransaksikan berada di level harga US$ 223,45/ton pada Jumat (31/10/2021), atau terhitung melompat 3,1% dari posisi sehari sebelumnya.Namun secara mingguan, level penutupan tersebut terhitung melemah 2,85% dari posisi Jumat pekan lalu yang berada di level US$ 225,75/ton. Koreksi pekan ini melanjutkan pelemahan harga sepekan sebelumnya yang mencapai -4,2%.
Sepekan ini, pasar batu bara memang cenderung tertekan karena aksi ambil untung pemodal yang terjadi pada Rabu dan Kamis, sehingga memicu koreksi harga batu bara masing-masing sebesar 15,7% dan 4,7%, Secara kumulatif, dalam 2 hari itu harga batu bara turun 20,4%,
Sepanjang tahun berjalan, harga komoditas andalan Indonesia ini meroket 173,3%, dari posisi akhir tahun lalu yang hanya US$ 81,75/ton. Rekor harga tertinggi dicapai pada 5 Oktober, yakni sebesar US$ 295/ton. Terhitung dari posisi rekor tersebut, harga batu bara sudah jeblok 30%.
Sepanjang bulan Oktober, harga komoditas andalan Indonesia ini masih terhitung naik 2,97% dibandingkan dengan posisi akhir bulan September sebesar US$ 217 per ton. Pemicu kenaikan tak lain adalah krisis energi di Eropa dan China yang memicu aksi beli batu bara besar-besaran.
Di sisi lain, permintaan energi China masih tinggi di tengah kekurangan pasokan terutama di tengah ketegangan politik antara Negeri Panda tersebut dengan Australia, setelah Negeri Kanguru menuduh China sebagai biang pandemi Covid-19. Akibatnya, China menyetop pembelian batu bara asal Australia.
Harga mulai terkoreksi setelah Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (National Development and Reform Commission/NDRC) China menginvestigasi aduan bahwa perusahaan penyedia informasi energi, termasuk batu bara, menggunakan transaksi palsu, menerbitkan rumor dan harga yang direkayasa guna memanipulasi pergerakan harga sebenarnya.
Dalam jangka panjang, harga batu bara diprediksi melemah karena tren peralihan menuju energi terbarukan. Momentum peralihan energi dari energi fosil ke energi terbarukan ini mencapai puncaknya pada akhir pekan ini dengan konferensi perubahan iklim di Glasgow, Inggris.
Namun dalam jangka pendek, reli berpeluang berlanjut karena krisis energi China diprediksi menular ke Jepang. Harga listrik Negeri Sakura telah naik ke level tertinggi dalam 9 bulan terakhir karena terpengaruh lonjakan harga global minyak, gas alam cair, dan batu bara.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211031125417-17-287846/malangnya-nasibmu-wahai-batu-bara-ambrol-total
0 Komentar