Benarkah Dikotomi Kesetaraan Gender sudah mulai Tergerus Oleh Perkembangan Zaman? Laki -Laki Apa Wanita?

 

Ilustrasi kesetaraan gender. (suaramerdeka.com / dok)
Kesetaraan gender adalah andangan yang beranggapan bahwa semua orang laki-laki maupun wanita, mempunyai hak yang sama baik dalam pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Karena selama ini masih ada dikotomi gender yang mengakibatkan wanita selalu terpinggirkan sehingga belum sepenuhnya mampu mendapatkan hak yang layak, dalam perlindungan hukum maupun pendidikan.

Namun lambat laun dikotomi gender tersebut tergerus oleh kemajuan zaman. Wanita sudah lebih bisa mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. 

Kesetaraan gender diperlukan dalam mendobrak perekonomian bangsa. Selama ini masih banyak ketidakadilan gender di dalam masyarakat.

Sebenarnya apa makna dari pernyataan kesetaraan gender diperlukan dalam mendobrak perekonomian bangsa.  

Sebelum dibahas lebih lanjut, ada baiknya kita simak terlebih dahulu tentang kesetaraan gender yang dinyatakan mampu mendobrak perekonomian bangsa.

Selama ini kita mempunyai banyak tokoh wanita yang mampu dapat dijadikan inspirasi.

Di era dulu kita mengenal ada R.A Kartini, Cut Meutia, Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, dan masih banyak lagi.

Sedangkan di era modern kita mengenal sosok Kartini modern, beberapa di antaranya ada Anne Avanti, Merry Riana, Najwa Shihab, Sri Mulyani. Mereka berkiprah di bidangnya masing-masing.

Di dunia pewayangan kita juga mengenal tokoh wanita yang sangat kuat yaitu Srikandi.

Di Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara juga ada seorang Srikandi yang mampu menginspirasi kaumnya.

Beliau terkenal dengan panggilan Mbak Yani,  Ketua KWT Mekar Sari, Dadapsari.

Sosok yang satu ini adalah seorang ibu dengan 3 orang anak.

Di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga, beliau mampu mengelola usaha rumahan, yaitu camilan keripik pare.  

Usaha tersebut dibuat sejak tahun 2017.

Awal mula beliau berinovasi dengan pare ini karena mendapatkan pelatihan dari dinas koperasi dan pada waktu itu masih belum banyak produk olahan pare.

Sehingga beliau mencoba untuk memproduksinya dan ternyata banyak yang menyukainya.

Dalam satu  bulan beliau mampu menghabiskan 10 kg pare.

Awalnya produknya belum diberi label, hanya dikemas dalam kemasan pouch seberat 1/4kg.

Namun, kini produknya tersebut sudah mempunyai merek dagang sendiri yaitu Asyifa.

Pemilihan nama Asyifa selain artinya adalah obat, juga merupakan nama dari salah seorang anak Mbak Yani sendiri.

Selama ini produk camilan keripik pare milik Mbak Yani sudah dipasarkan ke banyak tempat baik secara offline maupun online, juga di koperasi dinas pendidikan.

Itulah salah satu kisah inspiratfi dari Kelurahan Dadapsari, semoga mampu menginspirasi yang lain agar berani untuk mencoba sesuatu yang baru. Semoga ke depannya aka nada inovasi baru lagi dari Asyifa. Aamiin

Sumber : https://www.beritajowo.com/kabar/pr-3192397476/benarkah-dikotomi-kesetaraan-gender-sudah-mulai-tergerus-oleh-perkembangan-zaman-laki-laki-apa-wanita

Posting Komentar

0 Komentar