Menciptakan Kepemimpinan Negara yang Efektif dalam Menghadapi Era Society 5.0

 

Image Source: id.hrnote.asia

Oleh: Fadia Pramesti

Dalam perkembangan sejarah kebudayaan manusia, perubahan merupakan suatu keharusan atau keniscayaan. Seperti saat ini, era society 5.0 sudah tidak asing lagi dan telah menjadi perbincangan hangat beberapa waktu terakhir baik di dalam ranah akademisi, pemangku kebijakan publik maupun para ekonom. Kepemimpinan di era society 5.0, kini tidak dapat lagi dihindari oleh berbagai negara di dunia karena permasalahan sosial di masyarakat yang semakin kompleks. Berbagai tantangan baru juga dihadapi oleh pemimpin negara di berbagai dunia, dimana pemimpin negara tersebut harus dapat mengatur para ahli/pakar yang memiliki kompetensi dalam dunia kerja.

Dilansir dari berbagai jurnal dan media, era society 5.0 di definiskan sebagai suatu terobosan baru konsep masyarakat informasi yang dibangun atas society 4.0 dan memiliki fokus utama yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi kepada seluruh seluruh lapisan masyarakat (Wasitarini, 2019). Sedangkan kepemimpinan negara sendiri diartikan sebagai kemampuan atau keahlian seorang pemimpin dalam memengaruhi rakyat di dalam suatu negara dengan tujuan mencapai sasaran negara yang telah ditetapkan.

Society 5.0

Konsep society 5.0 sendiri digagas oleh negara Jepang dan dianggap sebagai penyempurna dari konsep-konsep revolusi industri yang telah ada sebelumnya. Di era society 5.0 ini diharapkan masyarakat mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan ekonomi dan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), serta robot yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dampak bagi Indonesia

Adanya tren society 5.0 sebenarnya menimbulkan dampak secara tidak langsung bagi kepemimpinan negara Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara berkembang berhak untuk berperan aktif dalam mempersiapkan tren society 5.0. Indonesia juga dikenal memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sehingga sangat diperlukan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing menghadapi era society 5.0 untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Pada dasarnya, mau tidak mau Indonesia akan memasuki era society 5.0 sehingga bagaimanapun caranya Indonesia harus mampu jika ingin memasuki era tersebut dengan cara melakukan evaluasi terhadap proses pelatihan kepemimpinan dalam menciptakan dan mengembangkan SDM yang unggul dan mampu berdaya saing tinggi.

Ketidakmampuan birokrasi dalam mendukung terciptanya era society 5.0 juga merupakan dinamika yang begitu kompleks di Indonesia (Kumorotomo, 2019; Sugiono, 2020). Hal ini dikarenakan di era society 5.0 birokrasi di Indonesia harus mampu memahami berbagai pemanfaatan big data sebagai sumber informasi yang didukung oleh teknologi dan kesiapan para aktor dalam proses pembuatan kebijakan serta juga harus memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan lainnya bagi masyarakat (Rahmanto et al., 2021).

Dilansir dari jurnal penelitian, ditemukan bahwa kepemimpinan transformatif sebagai upaya dalam mengubah birokrasi dipercaya mampu meningkatkan kinerja birokrasi menghadapi tantangan pembaharuan dan tuntutan perubahan era. Transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada menyemangati, menginspirasi dan menunjukkan tata cara. Pemimpin transformasional sebagai stimulasi intelektual dan berkharisma harus mampu menyebarkan visi serta menstimulasi pekerjaan bawahan.

Karakteristik kepemimpinan negara

Di dalam menghadapi era society 5.0 sangat diperlukan kepemimpinan negara yang efektif. Terdapat beberapa karakteristik kepemimpinan negara yang harus dimiliki oleh suatu negara dalam menghadapi era 5.0 diantaranya yaitu:

1. Kepemimpinan visioner, maksudnya adalah konsep kepemimpinan yang dapat membangun kembali dan memproyeksikan rencana strategis jangka panjang ke depan sesuai dengan cita-cita negara tersebut. Dengan kata lain, kepemimpinan visioner diperlukan di era society 5.0 karena kepemimpinan visioner hadir sebagai solusi dalam menjawab dan merubah keadaan serta mampu mengembalikan harkat dan martabat suatu negara.

2. Mampu membawa perubahan sosial. Dalam menghadapi era society 5.0, sudah pasti suatu negara harus siap dalam melakukan perubahan sosial yang berguna untuk kemajuan bangsa tersebut, serta merubah nasib rakyat dari keterpurukan menjadi kelayakan hidup sehingga hajat hidup rakyat dapat meningkat dengan baik.

3. Kepemimpinan berbasis kompetensi, yakni kepemimpinan yang didasarkan pada kualitas mental dan intelektual serta nilai akademik yang tangguh dan unggul sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atau dengan kata lain the right man on the right place (orang yang berkualitas secara akademik dan leadership ditempatkan secara tepat dan proporsional). Hal ini sesuai dengan realita yang ada pada era society 5.0, dimana dibutuhkan seorang leader yang peka atau melek akan kemajuannya zamannya sehingga negara tersebut mampu bersaing dengan negara lain dalam menghadapi era society 5.0.

Kepemimpinan strategis dalam menghadapi era society 5.0

Tidak dapat dibantah lagi bahwa penerapan industri 4.0 tak terlepas dari penggunaan teknologi robotisasi, mahadata, kecerdasan artifisial dan perlengkapan lainnya seperti internet of thinkbioengineeringmobile net, serta bioteknologi dan dagang elektronik yang menggantikan peran manusia di berbagai sektor bidang. Namun hal tersebut justru dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi manusia. Seperti yang telah dijelaskan oleh International Labour Organizational (ILO) bahwa tidak mustahil jika robot nantinya akan menggantikan 56% tenaga kerja manusia di berbagai sektor. Oleh sebab itu, dengan hadirnya society 5.0 diharapkan mampu mengembalikan representasi dan peradaban manusia yang luhur mengiringi revolusi industri 4.0.

Masa sekarang ini, boleh dikatakan kalau kita mulai mengalami krisis kader pemimpin yang benar dan mampu mengembangkan kualitas orang-orang yang dipimpinnya.

Lalu kepemimpinan seperti apa yang sesuai untuk menghadapi era tersebut?

Hakikatnya menjadi seorang pemimpin berarti siap menjadi pelayan (being servant) dan menjadi gembala (being shepherd).

Ada dua tipe kepemimpinan yang mampu menerapkan kedua fungsi tersebut yaitu kepemimpinan ETIS dan kepemimpinan PROFETIK.

Kepemimpinan ETIS merupakan kepemimpinan yang berdasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku serta keputusan-keputusan yang dibuat. Sedangkan kepemimpinan PROFETIK adalah kepemimpinan yang memiliki fokus perhatian terhadap rakyat tertindas dan memperjuangkan hak kebebasan dan keadilan.

Seorang pemimpin akan sukses jika memiliki mimpi yang besar, keyakinan, keberanian dan konsistensi. Untuk itu seorang pemimpin membutuhkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional dalam memimpin baik diri sendiri, perusahaan, bahkan negara.

Kepemimpinan negara yang ideal di era society 5.0

Memasuki era society 5.0 tentunya akan berdampak pula pada perubahan gaya kepemimpinan yang cocok untuk setiap negara di dunia. Persaingan yang semakin ketat disertai perkembangan IPTEK yang semakin maju, mau tidak mau menuntut sebuah negara untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutan zamannya. Oleh karena itu diperlukan kepemimpinan ideal di dalam menyongsong kehidupan di era society 5.0. Kepemimpinan negara yang ideal sendiri adalah kepemimpinan yang mencerminkan adanya humanisme universal yang memperjuangkan segala hak rakyatnya, demokrasi dan keadilan sosial. Kepemimpinan yang ideal dan efektif dalam suatu negara terintegrasi dengan pembangunan bangsa. Tanpa pemimpin yang kuat dan stabil, pembangunan bangsa pun akan terhalang.

Mengingat bahwa setiap negara memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing, maka berbeda pula cara pemimpin negara di dunia dalam menghadapi era society 5.0. Contohnya seperti negara barat yang dominan menganut gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini sangat terkenal di banyak negara berteknologi maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Anglo lainnya.

Beda halnya dengan kepemimpinan gaya Timur yang merupakan antitesis gaya Barat. Karakteristik kepemimpinan timur lebih menekankan kebersamaan. Sedangkan di Indonesia menurut Gani (2004) secara umum masyarakat Indonesia kurang memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan pekerjaan berdasarkan inisiatifnya sendiri, sehingga cenderung membutuhkan sosok yang mampu menjadi guru (pembimbing). Dipertegas pula bahwa gaya kepemimpinan paternalistik, pembimbing, perhatian dan pelayan dianggap sebagai pemimpin ideal bagi masyarakat Indonesia.

Gaya kepemimpinan presiden merupakan hal penting dalam menentukan arah pembangunan bangsa. Mengingat bahwa pembangunan bangsa merupakan jangka panjang membangun sosial, ekonomi dan politik berdasarkan kebutuhan rakyat apalagi saat ini hampir di seluruh dunia telah memasuki era society 5.0 dimana kepemimpinan yang dianut oleh suatu negara akan berdampak pula pada kesiapan negara tersebut dalam menghadapi perubahan era yang begitu pesat. Tidak hanya itu, di dalam memimpin sebuah negara diperlukan juga pemimpin yang cakap dan peka terhadap perubahan zaman.

Dalam konteks Indonesia, seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kepemimpinan transformasional dinilai efektif dan ideal bagi Indonesia dalam menyongsong kehidupan di era society 5.0. Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi yang sesuai dengan Pancasila, dalam hal ini pemerintah Indonesia harus benar-benar mampu manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan sistem pemerintahannya. Pancasila sebagai panduan kepemimpinan negara-bangsa Indonesia dapat menjadi solusi untuk keberlanjutan negara-bangsa Indonesia terutama dalam bidang kepemimpinan nasional. Dari kepemimpinan nasional tersebut tantangan kepemimpinan publik abad 21 akan dapat dipecahkan.

Seorang pemimpin transformasional berorientasi pada kegiatan mengayomi dan memberi motivasi untuk tujuan yang ingin di capai bersama. Seorang pemimpin diharapkan memiliki kedekatan emosional dengan rakyat seperti sering melakukan blusukan. Namun, kedekatan di era milenial khususnya di era society 5.0 tidaklah harus bertemu secara fisik melainkan bisa melalui digital. Di era digital ini, masyarakat bisa menilai, melapor, mengeluh, dan memberi nilai kinerja pemimpinnya melalui smartphone. Poin dari semua itu adalah lahirnya rasa percaya diri warga kepada pemimpinnya. Seiring dengan teknologi yang semakin serba cepat, maka pemimpin era society 5.0 juga harus siap dengan resiko persepsi.

Sumber : https://retizen.republika.co.id/posts/28465/menciptakan-kepemimpinan-negara-yang-efektif-dalam-menghadapi-era-society-5-0

Posting Komentar

0 Komentar