Foto : ISTIMEWA Hutan Sawit |
Direktur Utama PT Teladan Prima Agro (TPA), Wishnu Wardhana, mengatakan perusahaannya bertanggung jawab meningkatkan efisiensi produksi secara berkelanjutan untuk pengembangan industri secara jangka panjang. Langkah yang ditempuh dengan menerapkan IoT sebagai inovasi dalam pengelolaan operasional usahanya di Kalimantan Timur.
Dengan lahan konsesi seluas lebih dari 60.000 hektare, TPA memiliki cakupan skala yang memadai dan menguntungkan bagi langkah-langkah pengembangan usaha melalui berbagai pendekatan inovatif melalui IoT.
"TPA memiliki luas lahan yang ideal secara skala, tidak menuntut perubahan yang rumit dan berbiaya tinggi serta pendekatan inovatif yang kami lakukan dapat diuji secara komprehensif," kata Wishnu melalui siaran pers Jumat (21/1).
Mulai beroperasi sejak tahun 2004, TPA menerapkan teknologi untuk operasional usaha pengelolaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Banyak industri seperti perbankan, layanan kesehatan dan transportasi telah mengalami disrupsi dan secara keseluruhan mereka kemudian bertransformasi melalui teknologi digital.
"Kami juga mulai menerapkan pendekatan inovatif berupa 'precision agriculture' pada konsesi TPA. Inisiatif ini memungkinkan TPA untuk mengeksplorasi langkah efisiensi lebih lanjut dalam proses produksi kami sekaligus mengurangi beban kegiatan usaha kami terhadap lingkungan," kata Wishnu, yang telah terjun dalam industri kelapa sawit sejak tahun 2004.
Salah satu contoh precision agriculture terletak pada penggunaan pupuk, yang merupakan faktor utama untuk mencapai hasil produksi yang lebih tinggi. Pemakaian pupuk yang tidak tepat baik secara kualitas dan kuantitas, bukan hanya merupakan suatu pemborosan namun juga menyebabkan bahaya terhadap lingkungan.
Dalam visinya, Wishnu menugaskan para manajer untuk mengumpulkan dan melacak informasi tentang kondisi tanah secara rinci, tidak berdasarkan pada ukuran per blok atau per hektar tetapi sampai ke titik pohon per pohon kelapa sawit di perkebunan. Drone yang menggunakan Geographic Information System (GIS) dan navigasi satelit akan memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah pupuk yang tepat dan dibutuhkan masing-masing pohon tersebut secara akurat.
Selain itu teknologi tersebut dapat mengidentifikasi penyakit, tingkat kesuburan dari masing-masing tanaman, memprediksi cuaca, mengetahui tingkat air di dalam tanah dan memprediksi produksi kebun secara berkala. Hal ini memberikan manfaat terhadap lingkungan dan memberikan TPA kemampuan untuk mengoptimalkan produksi yang berkelanjutan.
"Proses identifikasi dan monitoring ini sering dikatakan sebagai remote sensing, atau kemampuan untuk mengetahui karakteristik fisik area menggunakan refleksi dan radiasi yang dipancarkan dari jarak jauh. Pendekatan progresif ini dibangun berdasarkan big data dan algoritma yang memberikan arus informasi terperinci secara seketika dan dapat diakses oleh para manajer," ujar dia.
Ia mengatakan, suksesnya masa depan industri kelapa sawit bergantung pada pemanfaatan inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Penggunaan IoT dapat mengurangi kebutuhan perluasan areal kegiatan usaha kelapa sawit karena perusahaan dapat meraih hasil lebih banyak dari jumlah lahan yang ada, dan dikelola secara berkelanjutan.
Industri kelapa sawit memerlukan transformasi dengan menerapkan aspek transparansi sehingga para pemangku kepentingan dimanapun, semua dapat melihat bagaimana pengelolaan kegiatan operasi dari sisi agroekologi , sosio-teritorial, dan skala ekonomi."Hal ini hanya dapat dicapai melalui langkah adopsi digitalisasi operasi kami secara rinci dan menyeluruh, dimana kami melakukan pengukuran terhadap semua aspek terkait," ungkap Wishnu.
Sumber: https://koran-jakarta.com/iot-ciptakan-perkebunan-berkelanjutan?page=all
0 Komentar