KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

 


KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Abstrak
Kepemimpinan gembala sidang di Era Industri 4.0, dimana perkembangan teknologi semakin berkembang dan tidak dapat dihindari namun harus disikapi dengan positif. Oleh karena itu artikel ini memberikan arahan bagi para gembala sidang untuk memberdayakan teknologi yang canggih di era revolusi industri 4.0. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah literature yang menganalisa menganalisa tentang era revolusi industri 4.0, dan diuraikan secara deskriptif dan sistematis. Penulis mengusulkan bagi para gembala sidang dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan spiritual, pendekatan edukatif, pendekatan integritas, pendekatan  azas manfaat dan pendekatan humanistik.

Pendahuluan
Kualifikasi rohani pelayan Tuhan bukan sesuatu yang mudah dipenuhi oleh pemimpin Kristen namun diperlukan suatu dinamika yaitu kekuatan Ilahi dari Kristus yang dapat memberikan kemampuan bagi hamba Tuhan sehingga Allah mengubah sikap dan sifat menjadi lebih menarik. Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang selalu mematuhkan hidupnya dengan Firman Tuhan, bergantung penuh pada pimpinan Roh Kudus, mengusahakan karakter yang baik, dan selalu menunjukkan sikap kerendahan hati (Ezra Tari, dkk, 2019). Janwar dan Dylmoon (Janwar J.J & Dylmoon H, 2017) mengartikan bahwa Kepemimpinan yang diajarkan oleh Kristus adalah kepemimpinan yang menebus (redemptive leadership) yaitu kepemimpinan yang menerapkan konsep penebusan yang dilakukan Kristus sehingga orang lain memperoleh kesembuhan, pemulihan, dan transformasi dan dapat memenuhi tujuan Allah dalam hidup mereka.  Sebab gereja mengharapkan seorang pemimpin atau pelayan Tuhan yang memiliki potensi rohani yang baik dengan penuh urapan dan tanggungjawab dalam memelihara pertumbuhan rohani jemaat kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah gereja (Objantoro, 2017 : 123). Kemudian Mawikere (2018) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang tidak pernah mengenal kadaluarsa di dunia ini, sebab pemimpin-pemimpin adalah isu dari perubahan yang terjadi di dunia ini.  
Yesus adalah seorang pemimpin dengan kasih, kerendahan hati, integritas dan berhati hamba sehingga para murid dan pengikut-Nya terpengaruh oleh perkataan-Nya. Robinson (2014:91) mengungkapkan bahwa Yesus memberikan teladan dalam kepemimpinan-Nya yaitu lebih menekankan kasih agape. Yeakley (2013:41)  memaparkan bahwa kasih agape adalah kualitas  karakter dasar seorang pemimpin rohani. Kepemimpinan Kristen memerlukan kasih agape sebagai landasan dalam memimpin karena seorang pemimpin yang memiliki kasih agape akan berusaha memberikan yang terbaik dalam hidupnya bagi orang-orang yang  dipimpin serta memiliki kedewasaan dalam mengambil keputusan. Katarina & Krido mengutip Swindoll (Katarina & Krido Siswanto, 2018) menjelaskan mengenai "Kasih sejati mengatakan kebenaran. Orang yang sungguhsungguh menyatakan kasih sejati, membuktikan dengan kata-katanya, yang penuh dengan kesungguhan dan ketulusan."
Departemen Kependetaan Gabungan Gereja Baptis Indonesia (2017 : 65) mendefinisikan gembala Sidang adalah seorang yang mendapat kepercayaan dari Tuhan melalui sebuah gereja setempat untuk menjadi pemimpin dan penggembala bagi sidang atau jemaat di gereja setempat tersebut dengan integritas dan setia untuk melaksanakan Amanat Agung. Seorang Gembala Sidang adalah seorang yang bersedia dengan sungguh - sungguh menggembalakan sekumpulan umat untuk mewujudkan misi-Nya bagi dunia. Natan Prajogo (2019) menegaskan bahwa seorang gembala sidang harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai melayani sesuai 1 Petrus 5:2-10. Demikian halnya Irwanto mengutip Andrew W. Blackwood (Irwanto Sudibyo, 2019) mengatakan bahwa seorang gembala sidang harus berani, seperti seorang pendeta tentara di medan perang.
Dalam Alkitab mengatakan, "Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan" (Ams. 1 : 5).  Allah menghendaki manusia untuk selalu mengembangkan diri dengan mengandalkan Roh Kudus, menambah ilmu pengetahuan dan teknologi sebab Tuhan sendiri yang memberikan pengertian dan pengetahuan, keahlian, dalam berbagai pekerjaan kepada seseorang (Kel. 35:31). Salah satu pilar kepemimpinan gembala sidang yang efektif adalah menjadi pemimpin yang transformatif, yaitu menjadi agen perubahan (Ronda, 2016 : 171 - 177). Pemimpin yang transformatif adalah seorang pemimpin harus mempengaruhi dan tindakan orang bagi organisasi yang dipimpinnya, oleh karena itu gembala sidang harus memiliki visi dan misi yang jelas serta siap membawa perubahan yang relevan dalam zamannya.
Pertumbuhan suatu gereja dalam menjalankan revolusi industri 4.0, turut ditentukan oleh kualitas dari gembala sidang. Para gembala sidang dituntut menguasai teknologi baru dan tantangan global. Dalam era revolusi industri 4.0 seluruh entitas dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan Cyber Physical System (CPS) guna mencapai tujuan, yaitu kreasi nilai baru atau optimasi nilai yang sudah ada dari setiap proses di industri (Prasetyo dan Sutopo, 2018: 19).
Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu gembala sidang lakukan dalam penggunaan teknologi yang sesuai dengan iman Kristen, yaitu: 1) Allah adalah sumber pengetahuan (Ams. 1:7) "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan". Dalam hal ini, pengetahuan itu bersumber dari Tuhan dan teknologi memiliki keterbatasan karena itu orang Kristen harus memiliki sikap diri yang takut akan Tuhan sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang benar serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut dengan bijak untuk mengabdi kepada Tuhan dan kebaikan bagi sesama; 2) Orang Kristen harus dapat menguasai teknologi dan bukan dikuasai oleh teknologi sesuai tertulis dalam 1 Kor. 6:12 : "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak akan membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun." Dalam hal ini, teknologi hasil dari akal budi manusia diizinkan digunakan untuk mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia Djoys Anneke, dkk, 2020).
Tantangan terbesar era revolusi industri 4.0 adalah percepatan perubahan teknologi yang berpengaruh dalam setiap kehidupan. Diperlukan kematangan strategi dan kekuatan mental untuk dapat bersaing dalam kompetisi global. Terobosan dalam berbagai inovasi agar dapat melahirkan generasi bangsa cerdas, berkualitas dan kompetitif perlu dilakukan. (Ristekdikti, 2018). Dalam menghadapi Era revolusi industri 4.0, para gembala sidang dituntut untuk berperan secara aktif dan inovatif  dalam menguasai teknologi, dunia maya, dan big data. Tuntutan peran bagi gembala sidang adalah dalam menerangkan, menerapkan dan memecahkan masalah yang dihadapi jemaat di era revolusi industry 4.0.

METODE
Metode dalam penelitian ini adalah metode literatur yang menganalisa tentang era revolusi industry 4.0, dan mengemukakan sebuah konsep prinsip pemimpin gembala sidang di era revolusi industry 4.0.  
Hasil analisis diuraikan secara deskriptif dan sistematis dengan menggunakan beberapa sumber literatur dan relevan baik jurnal, kajian pustaka dan observasi terhadap perkembangan teknologi dan perilaku jemaat dalam perkembangan teknologi di era revolusi industry 4.0.
 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk dapat mengemukakan prinsip pemimpin kristen di era revolusi industri 4.0,  maka penulis terlebih dahulu melakukan kajian tentang era revolusi industri 4.0, baru kemudian mengemukakan analisis konseptual prinsip pemimpin Kristen di era revolusi industri 4.0.

A.Perkembangan Teknologi Era Revolusi Industri 4.0
Straubhaar dan LaRose (2011) secara baik menggambarkan perubahan teknologi sebagai suatu revolusi yang dialami masyarakat dalam kehidupannya karena perkembangan teknologi.  Era revolusi industri 4.0 ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik serta agama (Banu Prasetyo, 2019).  Manusia menciptakan teknologi untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan dan aktivitas kehidupan sehari-harinya karena teknologi merupakan sebagai perpanjangan tangan manusia untuk memanfaatkan alam sekitar secara lebih maksimal.
Niko Sangaji (2019) menjelaskan bahwa lahirnya teknologi digital di era revolusi industri 4.0 berdampak terhadap kehidupan manusia diseluruh dunia yang mana semua proses dilakukan secara sistem otomatisasi di dalam aktivitas melalui perkembangan teknologi  internet semakin berkembang tidak hanya menghubungkan manusia seluruh dunia namun juga menjadi suatu basis bagi proses transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Pada era revolusi industri 4.0 ini mengabungkan teknologi otomatis dengan teknologi cyber seperti: dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana, atau mengenalnya dengan istilah Internet of Things (IoT). Lee, Lapira, Bagheri, & Kao menambahkan bahwa era revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis;  3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.
Manfaat era revolusi industri 4.0 bagi para pemimpin gembala sidang  gereja: 1) evangelisasi dunia virtual (digital continent); 2) menciptakan dan menguatkan sense of community, terutama bila masyarakat semakin sadar bahwa relasi sosial dan semangat persaudaraan semakin dirasakan sebagai khazanah dan sekaligus urgensi; 3) melahirkan global and interconnected civilization, Gereja ikut mengalami transformasi dalam membangun dan menampilkan universalitas dan partikularitasnya; 4) membangun relasi dan komunikasi untuk melakukan discernment spiritual dan kristiani (discretional digital);  5) Keamanan dan kenyamanan (public safety and security) umat dalam merayakan liturgi hari-hari besar menuntut digunakannya teknologi pengamanan yang canggih (valentines CP, dkk, 2019).  Di era revolusi industry ini para  gembala sidang gereja dapat memperdayakan teknologi untuk melakukan Amanat Agung melalui media sosial atau media digital lainnya.
B.Peran Pemimpin Kristen Memasuki Era Revolusi Industri 4.0
Teknologi sudah ada sejak manusia diciptakan. Drie yang dikutip oleh Djoys Anneke R (Djoys A.K, 2020) mengemukakan bahwa di dalam Alkitab menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Imago Dei) dan memperlengkapi manusia dengan kekuatan berpikir (rasio) (Kej. 1:27-31) agar manusia mengali potensi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun teknologi di Alkitab meski tidak secanggih saat ini. Hal ini menjelaskan bahwa teknologi muncul di Alkitab karena Allah memberikan hikmat dan kepandaian kepada manusia sehingga manusia menciptakan, menggunakan dan mengembangkan teknologi, namun Allah yang mengontrol semuanya agar manusia tidak menyombongkan diri atau menyamakan dirinya dengan Allah sebagai pencipta.  
Kepemimpinan Kristen yang diterapkan dan dipahami sebagai bidang studi lintas disiplin yang berpedoman pada kedua disiplin ilmu teologis dan lainnya (Kessler & Kretzschmar, 2015). Oleh sebab itu diperlukan pemimpin Kristen yang menguasai dan menggunakan teknologi, informatika dan era digital baik secara media sosial maupun literasi dapat digunakan sebagai bagian agen perubahan di era revolusi industry 4.0 (Suhadi dan Yonathan AA, 2020).
Ada beberapa peran gembala sidang sebagai pemimpin kristen yang perlu dilakukan secara serius dan komprehensif terhadap era revolusi industri 4.0, yaitu:
a)Pendekatan Spiritual
Yesus adalah pemimpin yang memiliki spiritual yang baik. Wijaya (2018:131) mengungkapkan bahwa kepemimpinan Kristen bukan semata-mata soal organisasi, melainkan terkait dengan aspek spiritual. Pendekatan spiritual merupakan pendekatan yang memperhatikan dorongan moral etika,  iman, dan kasih terhadap orang lain (Leba, 2017:78). Memiliki spiritualitas kepemimpinan yang baik dibuktikan dengan ada waktu pribadi untuk berdoa, ketekunan untuk mempelajari Kitab Suci, serta setia dalam pekabaran Injil.
Dalam menjalankan pendekatan spiritual, Alkitab memberikan pedoman yang tertulis di dalam Kitab Galatia, Kitab Galatia memberikan pedoman menghadapi kedagingan dengan "Hiduplah oleh Roh Kudus" (Gal. 5:16), "dipimpin oleh Roh" (5:18) dan "menghasilkan buah-buah Roh" (ayat 22:23). Secara singkat bahwa ada disiplin rohani, yaitu: menyalibkan hawa nafsu daging dan keinginannya (Gal. 5:19-21 dan 24). Kedisiplinan rohani dan penguasaan diri bagi gembala sidang dan jemaat ini wajib dilakukan karena menjadi sentral dalam perjalanan kehidupan seorang untuk memuliakan Allah dan sebagai pengarahan terhadap perkembangan teknologi tanpa batas ini.

b)Pendekatan Edukatif
Di era revolusi industri 4.0, semua bidang kehidupan akan dihadapkan dengan fenomena disrupsi, yaitu: pergantian sistem lama dengan sistem baru yang berbasis teknologi, tak terkecuali di bidang pendidikan. Iswan dan Bahar (2018:32) menjelaskan bahwa pendekatan edukatif perlu dilakukan karena di era revolusi industri 4.0 ada kesenjangan antara inovasi dan kesiapan manusia untuk bersaing di era ini. Salah satu bentuk inovasi dalam era revolusi industri 4.0 adalah pemanfaatan media sosial yang memberikan informasi kepada masyarakat dan mengubah posisi masyarakat dari pemirsa yang pasif menjadi produsen informatif yang aktif. Pada zaman teknologi sangat canggih ini ditandai dengan Smartphone, Internet, Facebook, Twitter, Whatshapp, Line, Instagram, games online,  tiktok, dll (Talizaro T, 2016:126)
Setiap individu dan para gembala sidang dituntut mengali segala sumber daya manusia dan wajib membangun pedoman etika Kristen dalam menggunakan media sosial dan mendorong komunitas bertanggung jawab menghindari membagi konten negatif, tidak menyebarkan hoaks dan berbagai ujaran kebencian, dan yang lainnya. Derasnya hoaks di era pasca kebenaran ini mempertajam polarisasi di masyarakat dan merusak relasi antar anggota keluarga dan antar sahabat, seperti terlihat jelas di Pemilihan Umum 2019. (Aminah dan Sari 2019). Dalam menghadapi hoaks atau berita palsu, gembala sidang harus meningkatkan kemampuan untuk memahami, menganalisa dan menggunakan multimedia.
Cloete (2015:2) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki pandangan bahwa teknologi merupakan ancaman, melihat sifat teknologi yang meresap sebagai sesuatu yang negatif dan berpotensi menyebabkan gangguan dalam hal hubungan tatap muka. Pemimpin harus menyadari bahwa ada generasi yang lebih senior yang takut dengan teknologi oleh karena itu pemimpin harus memberikan penjelasan yang jelas terhadap teknologi sehingga teknologi tidak perlu dihindari atau dianggap sebagai ancaman hidup. Oleh sebab itu, pendekatan edukatif perlu dilakukan sehingga dapat memberi pemahaman yang baik tentang bermedia digital. Contoh kasus yang lebih ekstrim penulis amati adalah adanya perbedaan pendapat dalam gereja tentang vaksin di masa COVID 19 dan pengunaan chip di dalam vaksin.  
Masyarakat Indonesia memilih untuk tidak mengunakan vaksin dan tidak rela menerima konsekuensinya seperti adanya isolasi dari perkembangan dunia. Perbedaan pendapat ini penulis temukan pada satu daerah di Jakarta, di mana anggota gereja tersebut menolak vaksin dan penggunaan chip di dalam vaksin. Saat penulis menyampaikan materi terkait isu teknologi di gereja tersebut, gejolak penolakan terhadap vaksin dikemukakann dalam forum. Mencermati permasalahan tersebut perlu usaha edukatif untuk menolong anggota gereja memahami isu tersebut dan melakukan pendekatan edukatif dengan cara yang lebih sabar dengan tetap memperhatikan konteksnya.

c)Pendekatan Integritas
Seorang gembala sidang harus memiliki integritas ketika menyangkut pelayanan dan pemberitaan Firman Tuhan. Integritas. Seorang pemimpin yang memiliki integritas membangun trust dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila diperhadapkan dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi (Markus Sudjarwo, 2019). Budisatyo Tanihardjo (2017) berpendapat bahwa Integritas seorang pemimpin rohani atau gembala sidang harus teruji, karena seorang gembala sidang atau pemimpin rohani adalah pemimpin yang patut dituruti perkataannya, patut ditiru dan dicontoh atau diteladani perilakunya. Seorang gembala haruslah orang yang tidak bercacat, memiliki karakter Kristen yang baik, memiliki rumah tangga yang baik, memiliki nama baik di luar sidang (1Tim. 3:1-7; Tit. 1:5-10). Dengan integritas yang baik, seorang gembala dapat menunaikan tugas pelayanannya dengan baik, sesuai kehendak Tuhan.
Yesus kristus sebagai model kepribadian berintegritas yang seimbang dan integral. Dari teladan Yesus, integritas penting dalam kepemimpinan sebab integritas menjadikan seorang pemimpin diterima, dihargai, dan dipercaya (Katarina& Siswanto,2018:91).

Kualifikasi seorang gembala jemaat yang berintegritas berhubungan dengan kepribadiannya adalah: Dapat menahan diri (1 Tim. 3:2; Tit. 1:8), pendirian dan keyakinannya tidak goyah (luntur) ketika menghadapi keadaan buruk, persoalan maupun kesulitan; Bijaksana (1 Tim. 3:3; Tit. 1:8), memiliki keseimbangan pikiran, tak pernah terpengaruh oleh hal-hal yang ekstrim; Suka akan hal yang baik (Tit. 1:8), mencintai akan semua hal yang baik dan yang berkenan kepada Allah, seperti: kebenaran, kejujuran, keadilan, tidak suka memfitnah, tidak mencintai uang; Adil (Tit. 3:8), tidak memihak dan tidak bertindak menurut prasangka, memiliki tabiat yang benar terhadap Tuhan dan manusia, tulus ikhlas; Saleh (Tit. 3:8), mematuhi perintah dan peraturan-peraturan Allah, menjadikan Kitab Suci patokan hidup; Bukan peminum (1 Tim. 3:3; Tit. 1:7), tidak minum minuman keras; Bukan hamba uang (1 Tim. 3:3), artinya tidak serakah (Tit. 1:3), tidak mencintai uang dan tidak menutupi segala macam dosa yang berhubungan dengan uang, tidak mencari keuntungan secara yang hina atau buruk, karena cinta uang adalah akar segala dosa (1Tim. 6:10). Pendekatan integritas dalam memanfaatkan teknologi, seperti: media sosial akan dapat menjadi sarana yang efektif dalam menyampaikan kebenaran Firman Tuhan sehingga mampu mendidik warga jemaat untuk menjadi orang Kristen yang unggul secara rohani dan teknologi dengan menjaga komitmen kekudusan, keterbukaan dan karakter Kristus. d)Pendekatan Azas Manfaat Dalam kehidupan warga jemaat dan gembala sidang di era revolusi industri 4.0 melakukan komputerisasi, digitalisasi, dan sistem pelayanan on-line. Dunia digital memiliki pengaruh besar yang harus dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk pelayanan, pemuridan dan misi. Konsep ini melihat teknologi sebagai kekuatan yang berpotensi untuk berkontribusi dalam mengatasi berbagai tantang terbesar dunia, kemudian menyediakan gereja dengan lebih banyak sumber, sarana dan peluang untuk menjangkau lebih banyak orang dengan Injil (Cloete, 2015:2). Octavianus (2018:68) mengemukakan bahwa ada aplikasi "yesHeis" telah memberi manfaat untuk kepentingan pelayanan Kristen, kemudian secara tidak langsung mendorong pemanfaatan teknologi untuk yang lebih positif. Pendekatan azas manfaat menekankan pada gembala sidang untuk terus memodernisasi diri agar bentuk dan cara pelayanannya semakin dekat dan akrab dengan umat yang sejenakpun tidak bisa dilepaskan dari gadget-nya. Kebermanfaatan teknologi menurut Gibbs dalam buku Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang yang dikutip oleh Abialtar Pappalan (Abialtar Pappalan, 2020)  sebenarnya tidak perlu menjadi sesuatu yang menakutkan, justru pemimpin Kristen perlu berkenalan dengan perkembangan teknologi baru sehingga memahami kebermanfatannya. e)Pendekatan Humanistik Kunto Wijoyo yang dikutip oleh Hilmi (Hilmi,2019) mendefinisikan Humanisasi adalah memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia, dengan melawan tiga hal yaitu: dehumanisasi (objektivasi teknologis, ekonomis, budaya atau Negara), agresivitas (agresivitas kolektif, dan kriminalitas), Loneliness (privatisasi, individual). Oemar Hamalik dalam Hilmi menambahkan bahwa Humanistik lebih mengutamakan proses atas individu yang dinamis yang berkaitan dengan pemikiran, integritas dan otonominya. Setiap individu adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan sehari-hari untuk berkembang di era revolusi industry 4.0. Dalam penggunaan teknologi canggih di era revolusi industry 4.0 harus disertai hati nurani, dibangun dengan kesadaran dan kebenaran untuk kehidupan banyak berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Menghadapi permalahan yang terjadi di Jakarta, sebagaimana penulis telah kemukakan, tidak cukup hanya melakukan pendekatan edukatif, tetapi diperlukan pula pendekatan yang humanistik. Walaupun gembala sidang sebagai pemimpin gereja dan warga gereja menolak suntikan vaksin, tetap harus ditangani dengan pendekatan yang humanistik. Mereka sebagai ciptaan Allah yang harus dilayani dengan penuh kasih. Kemudian di era revolusi industri 4.0 dengan perkembangan teknologi yang tiada batas, maka sentuhan kemanusiaan tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Gembala sidang sebagai pemimpin gereja harus memiliki komunikasi dan mengajak warga jemaat secara langsung dan tidak langsung untuk bertindak aktif, kreatif, dan inovatif dengan memanfaatkan teknologi canggih di era digital ini. Peran gembala sidang untuk mengantisipasi penggunaan teknologi pada warga gereja, yaitu: a) mengajarkan pengunaan teknologi yang baik dan benar; b) memberikan waktu untuk komunikasi dan konseling warga jemaat sehingga mereka tetap menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan standar Firman Tuhan; c) mengontrol warga jemaat dalam menggunakan teknologi di rumah (Djoys A.R, dkk,2020). Kehausan manusia akan kasih sayang tidak pernah tergantikan dengan kemajuan teknologi yang ada di dalam era apapun itu, karena kasih itu bernilai kekekalan. Perkembangan teknologi dapat menyebabkan manusia hidup dalam "relasi dalam ketersendirian" dengan pengertian bahwa manusia berelasi dan berinteraksi dengan orang lain melalui media digital, tetapi hidup dalam kesendirian, namun. Teknologi berperan aktif membantu warga gereja untuk menyelenggarakan kebaktian secara online, tetapi setiap anggota gereja tetap membutuhkan sentuhan kasih sayang dan interaksi antar individu. KESIMPULAN   Gembala sidang diartikan sebagai pelayan Tuhan yang di panggil Tuhan untuk melayani umat Tuhan. Gembala sidang harus memiliki integritas, kasih agape, dan karakter Kristus dalam melaksanakan kepemimpianannya di gereja, terkhusus di era revolusi industri 4.0. Di era revolusi industri 4.0 para gembala sidang wajib memberikan pengarahan, bimbingan, pengajaran yang berdasarka Firman Tuhan dengan menggunakan teknologi canggih sehingga visi dan misi gereja yang berdasarkan Firman Tuhan dapat terlaksana dengan baik dan benar serta warga jemaat tidak mengalami ketakutan terhadap perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 namun warga jemaat dan pemimpin gereja dapat menikmati kemudahan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan mengunakan teknologi saat ini. Sumber : https://www.kompasiana.com/adolf52984/6214c012586d291ea66f3f62/kepemimpinan-gereja-sidang-di-era-revolusi-industri-4-0

Posting Komentar

0 Komentar