Induk Google Dirikan Usaha Baru Penemuan Obat Pakai Teknologi AI

 

Ilustrasi cairan kimia. chemicalphilippines.com

Induk perusahaan Google, Alphabet, merilis usaha baru bernama Isomorphic Laboratories, yang akan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk penemuan obat. Pekerjaannya akan didampingi anak perusahaan lainnya, DeepMind, yang fokus dengan inovasi AI dan akan memprediksi struktur protein.

Isomorphic Laboratories akan memanfaatkan kesuksesan DeepMind untuk membangun alat yang dapat membantu mengidentifikasi obat-obatan baru. CEO DeepMind Demis Hassabis juga akan menjabat sebagai CEO untuk Isomorphic Laboratories.

“Tapi kedua perusahaan akan tetap terpisah dan berkolaborasi sesekali,” ujar seorang juru bicara Alphabet yang tidak disebutkan namanya pada Kamis, 4 November 2021.

Selama bertahun-tahun, para ahli telah menunjuk artificial intelligence sebagai cara untuk membuat penemuan obat dan terapi kesehatan yang lebih cepat dan murah. Teknologi AI dapat membantu memindai melalui basis data molekul potensial untuk menemukan beberapa yang paling sesuai dengan target biologis tertentu.

Ratusan juta dolar telah diinvestasikan dalam perusahaan untuk membangun alat AI selama dua tahun terakhir. “Isomorphic Laboratories akan mencoba membangun model yang dapat memprediksi bagaimana obat akan berinteraksi dengan tubuh,” kata Hassabis.

Isomorphic bisa memanfaatkan pekerjaan DeepMind pada struktur protein untuk mencari tahu bagaimana banyak protein dapat berinteraksi satu sama lain. Perusahaan juga mungkin tidak mengembangkan obatnya sendiri, tapi menjual modelnya kepada perusahaan farmasi.

Menurut Alphabet, mereka memang akan fokus pada pengembangan kemitraan dengan perusahaan farmasi. Mengembangkan dan menguji obat diakui, bagaimanapun, bisa menjadi tantangan yang lebih berat daripada mencari tahu struktur protein. "Bahkan jika dua protein memiliki struktur yang cocok secara fisik, sulit untuk mengatakan seberapa baik mereka untuk benar-benar menempel."

Kandidat obat yang terlihat menjanjikan berdasarkan cara kerjanya pada tingkat kimia juga mungkin tidak selalu berhasil jika diberikan kepada hewan atau manusia. Seperti yang ditunjukkan oleh ahli kimia Derek Lowe beberapa waktu lalu, lebih dari 90 persen obat yang berhasil mencapai uji klinis akhirnya gagal menjadi obat.

Pekerjaan yang dilakukan di DeepMind dan yang akan dikerjakan Isomorphic Laboratories mungkin dapat membantu mengatasi beberapa hambatan dalam penelitian, tapi bukanlah perbaikan cepat terhadap tantangan pengembangan obat yang tak terhitung jumlahnya. “Mengevaluasi biokimia dan biologis terhadap, misalnya, fungsi obat akan tetap ada, dan itu pekerjaan yang melelahkan dan menguras sumber daya,” tutur seorang profesor biologi struktural di University of Glasgow, Inggris, Helen Walden.


Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1525326/induk-google-dirikan-usaha-baru-penemuan-obat-pakai-teknologi-ai/full&view=ok

Posting Komentar

0 Komentar