Sensor IoT di area konservasi Laskar Taman Nasional Mangrove Park Bontang (Kalimantan Timur). |
Menyediakan solusi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT), startup Jejak.in mendorong demokratisasi carbon offset.
Inisiatif itu dilakukan "Partner for Social Impact 2020" dari Microsoft ini karena tingginya masalah perubahan iklim dunia, termasuk Indonesian sehingga membutuhkan aksi nyata bersama untuk menyelesaikannya.
“Indonesia, dengan sekitar 120 juta hektar lahan hutannya, berpotensi menghasilkan 28 miliar ton kredit karbon per tahun. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di bidang ekonomi hijau yang berkelanjutan,“ ujar Arfan Arlanda, CEO dan pendiri Jejak.in.
Menurut Arfan, Jejak.in memanfaatkan peluang berkolaborasi positif melalui teknologi dan mengajak siapa saja, baik perorangan maupun organisasi dan perusahaan, untuk terlibat dalam upaya carbon offset. "Partisipasi ini dapat dilakukan sesederhana dengan menghitung jumlah jejak karbon yang kita hasilkan dari aktivitas sehari-hari, dan mengimbanginya dengan mengadopsi pohon serta kredit karbon. Di Jejak.in, kami menghadirkan kalkulator karbon dan carbon offset marketplace untuk memungkinkan partisipasi tersebut dari mana saja dan kapan saja. Yang setiap orang butuhkan hanyalah device,” lanjut Arfan.
Kemitraan dengan MRT Jakarta, Gojek, dan One Tree Planted
Didukung platform cloud Microsoft Azure, Jejak.in berkolaborasi dengan sejumlah organisasi, seperti MRT Jakarta, Gojek, dan One Tree Planted, untuk mempermudah masyarakat dalam berpartisipasi untuk pengimbangan karbon atau carbon offset melalui solusi berbasis teknologi.
Jejak.in bekerja sama dengan MRT Jakarta (MRT-J) melalui penambahan kalkulator karbon ke dalam aplikasi MRT-J mobile. Fitur ini memungkinkan pengguna MRT-J untuk menghitung jejak karbon yang mereka hasilkan dari setiap perjalanan antarstasiun bersama MRT-J.
Fitur ini juga dapat memberikan perkiraan terkait berapa banyak kredit karbon yang pengguna butuhkan untuk mengimbangi emisi karbon yang telah dihasilkan. Pengimbangan dapat dilakukan pengguna MRT-J dengan melakukan donasi ke berbagai kampanye penanaman pohon yang dilakukan oleh mitra Jejak.in.
Dengan kisaran 80.000 penumpang setiap harinya, MRT-J akan berhasil mengurangi 8.296 metrik ton karbon per hari.
Jejak.in juga bekerja sama dengan Gojek dengan meluncurkan fitur GoGreener Carbon Offset pada September 2020 lalu.
Fitur ini membantu pengguna Gojek menghitung jejak karbon dari penggunaan layanan Gojek. Setelah itu, pengguna Gojek dapat mengimbangi jejak karbon tersebut dengan menanam atau mengadopsi pohon di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Kawasan Ekowisata Mangrove Pantai Indah Kapuk (Jakarta), Konservasi Mangrove Pesisir Bedono (Demak, Jawa Tengah), dan Konservasi Laskar Taman Nasional Mangrove Park Bontang (Kalimantan Timur). Setiap pohon yang ditanam atau diadopsi akan dipantau dan dilaporkan pertumbuhannya oleh LindungiHutan sebagai mitra konservasi fitur ini.
Pada tahap awal, kerja sama ini sukses menghasilkan 723 kg pengimbangan karbon yang setara dengan menyelamatkan 23,35 m2 wilayah di Kutub Utara. Jumlah ini terus bertambah pada tahap berikutnya.
Sementara itu, bersama organisasi nonprofit One Tree Planted, Jejak.in membantu memantau program reforestasi 10 juta pohon di sejumlah area Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, dengan luas area pemantauan hingga 18.400 hektar. Menggunakan satelit resolusi tinggi, pemantauan dilakukan secara konsisten selama lima tahun, sehingga pada akhir tahun kelima nanti, kita dapat melihat dampak nyata pengimbangan karbon yang dihasilkan.
Dukungan Teknologi bagi Organisasi dan Masyarakat
Untuk memberikan layanan yang mumpuni bagi seluruh mitra dan masyarakat yang ingin mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan, Jejak.in menggunakan platform cloud Microsoft Azure sebagai back end dari seluruh solusi teknologi yang ada. Melalui Microsoft Azure, Jejak.in juga dapat mengirimkan informasi terkait status pengimbangan karbon terkini kepada pembuat kebijakan pemerintahan, sehingga seluruh anggota masyarakat dapat bahu membahu, bekerja bersama sebagai sebuah tim.
“Kami membutuhkan platform cloud yang memungkinkan kami meningkatkan metode penghitungan jejak karbon dengan cepat dari berbagai kegiatan yang dilakukan banyak orang, misalnya mobilisasi dengan transportasi. Platform tersebut harus cukup kuat untuk menerima data dari berbagai titik pengumpulan data, seperti melalui telepon genggam, drone, sensor IoT, Light Detection And Ranging (LiDAR), termasuk data satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologis. Sejauh ini, Microsoft Azure mampu memenuhi seluruh kebutuhan tersebut, sehingga kami dapat menerima banyak partisipasi dalam upaya menjaga kelestarian bumi," jelas Arfan.
Upaya ini sejalan dengan komitmen Microsoft yang berfokus pada pengurangan krisis iklim. Seperti yang diumumkan oleh CEO Microsoft Satya Nadella dan CFO Microsoft Amy Hood pada Januari lalu, Microsoft berkomitmen untuk menjadi perusahaan negatif karbon pada tahun 2030 – yang berarti pada tahun tersebut, Microsoft akan menghapus lebih banyak karbon daripada yang perusahaan keluarkan. Selain itu, pada tahun 2050, Microsoft juga berkomitmen untuk menghapus semua karbon yang dikeluarkan Microsoft secara langsung melalui penggunaan listrik dari lingkungan.
“Kami bangga dapat mendukung Jejak.in dan berpartisipasi mengurangi jejak karbon. Kami harap semakin banyak pihak akan ikut serta dalam berbagai insiatif untuk menjaga lingkungan hidup di Indonesia yang lebih sehat. Mari mengambil tindakan positif bagi perlindungan alam dan bumi,” ujar Linda Dwiyanti, Chief Partnership Officer, Microsoft Indonesia.
Sumber: https://infokomputer.grid.id/read/122728750/manfaatkan-ai-iot-jejakin-ajak-masyarakat-kurangi-jejak-karbon?page=2
0 Komentar