Lewat Suara, Peneliti Amerika Bisa Deteksi Penyakit Jantung

 

(thesun)

Tak banyak orang yang tahu kalau penyakit jantung ternyata bisa dideteksi dini lewat suara.

Sebuah studi baru menemukan data, kondisi jantung sedang bermasalah atau tidak dapat diketahui dari bagaimana suara seseorang terdengar saat berbicara.

Adalah peneliti di Mayo Clinic di Amerika Serikat yang berhasil menciptakan algoritma kecerdasan buatan yang menangkap perubahan kecil dalam ucapan ini.

Dari kelompok yang terdiri dari 108 orang yang diberi label beresiko mengalami masalah jantung, hampir enam dari 10 orang yang mendapat skor lebih tinggi pada tes vokal berada di rumah sakit dalam waktu dua tahun.

Jaskanwal Deep Singh Sara MD, kardiolog Mayo Clinic dan penulis utama studi tersebut mengungkapkan hal ini.

"Teknologi ini menggunakan mesin untuk mengukur sesuatu yang tidak mudah diketahui dengan menggunakan otak dan telinga manusia,” papar Dr Sara dilansir dari laman Thesun.co.uk Rabu (13/4/2022) hari ini.

Ditemukan data, orang dengan skor biomarker suara tinggi 2,6 kali lebih mungkin memiliki penumpukan plak di arteri jantung.

Mereka juga tiga kali lebih mungkin memiliki penumpukan plak dalam tes medis dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.

Pada awal penelitian, rontgen menilai kondisi arteri jantung. Orang yang terlibat di dalamnya kemudian diminta merekam tiga sampel suara berdurasi 30 detik menggunakan aplikasi smartphone Vocalis Health.

Salah satunya adalah teks yang disiapkan, yang kedua adalah pengalaman positif pribadi dan yang ketiga adalah pengalaman negatif pribadi.

Sistem berbasis Artificial Intelligence (AI) , kecerdasan buatan yang dilatih untuk menganalisis lebih dari 80 fitur rekaman suara, seperti frekuensi, amplitudo, nada dan irama, berdasarkan rangkaian pelatihan lebih dari 10.000 sampel suara yang dikumpulkan di Israel.

Dari penelitian sebelumnya peneliti telah menemukan enam fitur yang berkorelasi dengan penyakit arteri koroner, yang kemudian digunakan untuk membuat skor tunggal untuk setiap orang.

Sepertiga dari pasien memiliki skor tinggi dan berisiko dengan dua pertiga memiliki skor rendah.

“Telemedicine adalah non-invasif, hemat biaya dan efisien dan menjadi semakin penting selama pandemi. Kami tidak menyarankan teknologi analisis suara akan menggantikan dokter atau menggantikan metode pemberian perawatan kesehatan yang ada, tetapi kami pikir ada peluang besar bagi teknologi suara untuk bertindak sebagai tambahan untuk strategi yang ada selama ini,” paparnya.

"Mendeteksi sampel suara sangat intuitif dan bahkan menyenangkan bagi pasien, dan ini bisa menjadi sarana yang terukur bagi kami untuk meningkatkan manajemen pasien. Ini jelas merupakan bidang yang menarik, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” sebut Dr Sara lagi.

“Kami harus mengetahui keterbatasan data yang kami miliki dan melakukan lebih banyak penelitian pada populasi yang lebih beragam, uji coba yang lebih besar, dan lebih banyak penelitian prospektif seperti ini,” pungkasnya.


Sumber: https://korankaltim.com/read/kesehatan/52175/lewat-suara-peneliti-amerika-bisa-deteksi-penyakit-jantung


Posting Komentar

0 Komentar