LV Vaidyanathan, Presiden Direktur P&G Indonesia. |
Pandemi Covid-19 mengubah pola konsumsi dan perilaku konsumen dalam dua tahun terakhir. Perubahan tersebut terjadi dengan melewati dimensi yang berbeda dan menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen pengelola P&G Indonesia. Sehingga, perusahaan ini pun berupaya terus mencari berbagai solusinya.
LV Vaidyanathan, Presiden Direktur P&G Indonesia, mengatakan bahwa ada empat tantangan yang dihadapinya selama pandemi. Pertama, bagaimana membuat karyawan tetap aman dan sehat.
Kedua, bagaimana melayani konsumen secara tepat waktu di tengah tantangan rantai pasok (supply chain) dan produksi yang harus terus berjalan di masa pandemi. Ketiga, tetap mengikuti perubahan kebutuhan konsumen yang diakibatkan oleh pandemi.
Dan keempat, pada situasi ini, pihaknya harus tetap melayani konsumen dan tetap hidup bersama masyarakat yang terdampak pandemi. “Tantangannya adalah bagaimana memainkan peran untuk melayani masyarakat, karena yang terimbas Covid-19 bukan hanya konsumen, tetapi juga masyarakat luas,” kata Vaidyanathan yang didapuk menjadi Presiden Direktur P&G Indonesia sejak 2018.
Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, ada dua strategi yang dilakukannya. Pertama, menetukan prioritas secara jelas. Ini merupakan hal penting dalam menghadapi pandemi. Karena, pihaknya tidak bisa mengontrol jalannya pandemi ini dan tidak bisa memprediksi gelombang pandemi yang akan muncul ke depan.
“Tidak ada satu orang pun yang bisa memprediksi itu, karena kita tidak ada yang pernah berada di situasi ini dan merasakan ini semua. Tidak ada satu orang pun yang berpengalaman menghadapi situasi ini,” katanya.
Itu sebabnya, pihaknya berpegang pada tiga prioritas, yaitu menjaga karyawan tetap aman dan sehat. Lalu, melayani konsumen, karena perusahaan ini memiliki brand yang telah dicintai konsumen sehingga harus tetap memberikan yang terbaik kepada mereka.
Kemudian, terus tumbuh dengan baik. P&G merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia dan telah mengakomodasi konsumen lewat produknya selama lebih dari 30 tahun sehingga ingin terus tumbuh dengan baik. “Inilah yang menjadi pegangan kami selama dua tahun terakhir,” ujar peraih gelar Insinyur dan MBA dari Institut Manajemen India Ahmedabad di Gujarat, India ini.
Transformasi yang telah dilakukan P&G Indonesia terkait rantai pasok dan consumer, dan pihaknya harus mengakselerasinya. Pandemi membuat dunia ini menjadi tempat yang berbeda. “Kami harus berubah dan mengobservasi ke mana tren konsumer ini akan berpindah atau berubah di era digital ini,” ungkap Vaidyanathan.
P&G pun telah menjangkau banyak orang melalui digital, termasuk melalui pasar digital, juga fokus pada kekuatan data yang dapat mendorong efisiensi lewat tiga elemen, yakni service, cost, dan cash. Perusahaan ini juga berhasil mengakselerasi transformasi pada elemen tersebut.
Di bidang human capital, banyak perusahaan lain yang melakukan restrukturisasi hingga menahan proses rekrutmen. “Namun, kami dalam dua tahun terakhir ini justru melakukan rekrutmen 20% lebih banyak. Selain itu, kami juga belajar untuk menerapkan engagement yang lebih baik terhadap karyawan dalam situasi kerja hybrid (offline dan online) ini,” kata mantan Direktur Penjualan P&G untuk Asia Tenggara ini.
Selain itu, P&G Indonesia juga mengirimkan lebih banyak talenta untuk tumbuh dan berkembang di luar negeri ke level region. Dengan demikian, mereka memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk nantinya kembali ke Indonesia dan melayani bisnis P&G di negeri ini.
Vaidyanathan melihat, dari sisi konsumen, terjadi perubahan karena adanya pergeseran kanal dalam berbelanja, yaitu melalui e-commerce. “Kami menyadari model bisnis tradisional membutuhkan beberapa perubahan, karena konsumennya juga berubah. Kami harus berubah mengikuti perubahan konsumen,” katanya.
Seperti dalam dua tahun terakhir, kategori skincare dan healthcare juga mengalami shifting dari traditional market ke modern market. Dengan demikian, perusahaannya harus menciptakan model bisnis baru melampaui situasi pandemi ini. Namun, pihaknya tidak akan menerapkan satu cara untuk produk yang berbeda, tergantung pada kategorinya.
Ia menjelaskan, “Di masa Covid-19, pelayanan kami lebih baik daripada sebelumnya. Salah satunya dari segi inventory, untuk memastikan layanan kami tidak terdisrupsi untuk melayani konsumen dengan lebih baik.”
Di masa ini, pihaknya juga sudah mengaplikasikan digital supply chain dan mendapatkan data transaksi dari berbagai kanal. Sehingga, pihaknya dapat menggunakan data tersebut untuk membangun artificial intelligence (AI) dan machine learning guna memprediksi kebutuhan konsumen.
Begitu pun dengan supply chain, perusahaannya juga mengembangkan model dan memprediksinya secara akurat hingga dapat mengurangi cost and cash yang pada akhirnya dapat melayani konsumen dengan lebih baik. Itulah contoh bagaimana P&G menggunakan krisis untuk mentransformasi rantai pasok ke pasar.
Pandemi membuat perusahaan ini benar-benar memastikan bahwa operasinya berjalan dengan aman dan tidak terdisrupsi. Maka, diaplikasikanlah digital sebagai jantung operasional karena perusahaan harus mengoperasikan pabrik dengan lebih sedikit karyawan. Sederhananya, perusahaan ini ingin menjaga keamanan dan kesehatan karyawan pabrik.
“Itulah transformasi yang berhasil kami eksekusi dalam beberapa waktu terakhir. Supply chain kami berada dalam tekanan, sehingga kami harus men-deliver produk kami dengan lebih baik di masa (pandemi) Covid-19,” kata Vaidyanathan menyimpulkan.
Di masa pandemi ini, pihaknya juga mampu menurunkan cash and cost, serta tetap bisa mengoperasikan perusahaan karena kekuatan data. Juga, karena pihaknya me-leverage tools lewat AI dan machine learning.
Sayang, Vaidyanathan tidak bersedia mengungkap angka-angkanya, termasuk kinerja bisnis perusahaan. “Kami tidak bisa membagikan angka yang pasti. Namun, dari 2017 hingga 2021 performa kami tumbuh positif,” ujarnya.
Ia berharap, pada 2022 perusahaan dapat terus sustain, bahkan bisa tumbuh. “Selama pandemi, kami tumbuh lebih cepat daripada industri untuk beberapa kategori. Saat ini, kami sedang tumbuh dan tahun 2021 merupakan tahun terbaik selama empat tahun terakhir,” ungkapnya.
Bicara iklim bisnis pada 2022 dibandingkan 2021, Vaidyanathan percaya tren konsumsi untuk semua kategori produk P&G akan tetap sustain. Memang, beberapa kategori terdampak pandemi dan mengalami penurunan daripada sebelum pandemi, tetapi P&G sebagai market leader bertanggung jawab untuk menciptakan katalis bagi pertumbuhan produknya.
“Kami pun tetap melakukan investasi untuk pertumbuhan bisnis, karena kami percaya dengan pasar Indonesia,” ujarnya optimistis. (*)
Sumber: https://swa.co.id/business-champions/leaders/best-ceo/lv-vaidyanathan-sukses-lakukan-transformasi-di-tengah-pandemi
0 Komentar