Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dan Klinik Satelit Makara UI melakukan soft launching layanan telehealth monitoring berbasis Internet of Things (IoT). Telehealth monitoring merupakan layanan yang ditujukan agar masyarakat bisa memonitor kondisi kesehatannya secara mandiri, sehingga mengurangi kejadian keterlambatan diagnosis.
Acara peluncuran ini dihadiri oleh Sekretaris Universitas dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D yang mewakili Rektor UI, Direktur Utama RSUI DR. dr. Astuti Giantini, Sp.PK, MPH, Kepala Klinik Satelit UI Makara Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto, Sp.DLP, MSc.CM-FM, F.I.S.P.H, F.I.S.C.M, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI Dr. Rokhmatullah, S.Si., M. Eng, dan juga Direktur PT Usaha Indonesia Advisory Firdaus Rosean Rony, CMA, M.Acct.
Saat menyampaikan sambutan, Sekretaris Universitas dr. Agustin Kusumayati menjelaskan, di masa pandemi ini penggunaan layanan telemedisin merupakan keharusan. Layanan telemedisin di RSUI ini merupakan sebuah inovasi pengembangan ICT yang tidak hanya memungkinkan pengguna dapat me-monitoring kondisinya sendiri, tetapi juga bisa menjadi sumber pengetahuan mandiri pasien.
“Dengan adanya IoT ini pada layanan kesehatan, kita akan bisa menjangkau pasien-pasien yang jauh di luar,” ujar dr. Agustin melalui siaran pers, Senin (13/9/2021).
Menurutnya, pembukaan layanan telemedisin ini harus segera dilaksanakan.
Kepala Klinik Satelit UI Makara Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto mengakui bahwa adanya pandemi Covid-19 memaksa literasi digital bagi Klinik Satelit, yang tadinya belum terlalu fokus pada layanan digital. Selama masa pandemi, banyak masalah kesehatan yang terjadi, khususnya dalam lingkungan UI, contohnya masalah obesitas mahasiswa baru yang terus meningkat tiap tahun.
Dalam mengatasi keterbatasan akibat pandemi, diperlukan inovasi teknologi untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan secara aman dan nyaman dalam suasana pandemi. “Dengan adanya teknologi Telehealth Monitoring yang berbasis pada IoT maka pasien klinik tetap dapat terlayani denan holistik, komprehensif, kolaboratif, dan berkesinambungan karena dilengkapi dengan peralatan monitor medical grade yang tepercaya,” kata dr.Dhanasari.
Saat ini, layanan telemedisin yang masih umum di Indonesia masih terbatas pada telekonsultasi yang cukup bermanfaat tetapi juga memiliki beberapa kelemahan. Telehealth monitoring berbasis IoT ini diciptakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan data kesehatan pasien secara real time.
“Kalau kita bicara telemonitoring, kita harapkan mudah diterapkan terutama pada tenaga medis, waktunya real time, jadi tidak menunggu pasien ada keluhan lalu menunggu tenaga kesehatan datang,” ujar dr. Hermawan Sp.JP(K)-FIHA menjelaskan.
Dengan adanya layanan telehealth monitoring, diharapkan pasien bisa mengenali dan mengidentifikasi keluhan, dan kemudian memahami langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
Selain kemudahan bagi pasien, tenaga medis juga akan terbantu dengan tersedianya data pasien secara real time. Hal ini akan memudahkan dokter untuk memberikan panduan yang lebih tepat, sehingga menghindari kunjungan pasien yang tidak perlu ke rumah sakit.
Dalam rencana pengembangannya, pada tahap awal akan dilakukan sosialisasi mengenai aplikasi telehealth monitoring, dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya monitoring kesehatan secara mandiri.
Setelah itu, akan dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan (nakes) dan non-nakes. Lalu pada tahap akhir, layanan ini akan terus dikembangkan dari sisi software maupun hardware dan pengembangan layanan-layanan lain seperti tele-EKG, teleradiologi, teleoftalmologi, dan lainnya.
Layanan telemedisin dari aplikasi telehealth monitoring tersebut mempunyai beberapa layanan yang diantaranya adalah telekonsultasi, telemonitoring, tele medical record, tele-expertise, dan berbagai layanan jarak jauh lainnya.
Nantinya, pasien akan diberikan alat yang berfungsi memonitor kesehatannya, salah satunya berupa jam tangan. Alat tersebut langsung terhubung dengan aplikasi melalui IoT. Alat tersebut bisa membaca suhu tubuh, tingkat pernapasan, tekanan darah, tekanan jantung, nilai saturasi oksigen, dan catatan kesehatan.
Adanya telehealth monitoring bukan bertujuan untuk menggantikan fungsi layanan kesehatan yang sudah mapan sebelumnya, melainkan membantu pasien untuk mengenali lebih awal kondisinya sendiri.
“Apabila pasien sudah mengalami indikasi kesehatan, maka kita sebagai tenaga kesehatan wajib menyarankan pasien untuk ke rumah sakit. Oleh karena itu, saya tidak menyarankan bahwa kita mengambil keputusan medis hanya berdasarkan telemedisin,” ujar dr. Hermawan
Sumber: https://edukasi.okezone.com/read/2021/09/14/65/2471005/maksimalkan-layanan-kesehatan-rsui-dan-klinik-makara-luncurkan-telehealth-berbasis-iot
0 Komentar